Just take it all

15 1 0
                                    

Sebenarnya ini pertama kalinya dalam hidup Suga merasa tidak nyaman akan kehadiran seseorang di sekitarnya. Biasanya, dia juga merasa asing dengan siapa pun, tapi jika itu soal pekerjaan, Suga akan membiasakan diri, karena menurutnya fokus dengan pekerjaan akan membuatnya lupa dengan kehadiran orang asing di sekitarnya. Tapi, tidak untuk kali ini, kehadiran wanita ini disini lumayan mengganggunya, tapi dia harus menahan diri, demi Anna.

"Apa kau sudah menyelesaikannya?" Suga menatap Bianca, sepertinya dia juga merasa tak nyaman, tapi bukan rasa tak nyaman seperti yang Suga rasakan, lebih ke arah salah tingkah? Bagaimanpun juga memang lebih mudah mendapatkan informasi jika melalui wanita.

"Bu-bukan sunbaenim, ehm, maksudku belum, sedikit lagi" dia benar-benar gugup, atau horny? Karena suaranya terdengar seperti setengah mendesah.

"Baiklah, katakan di mana masalahnya" Suga berjalan mendekat padanya, dia harus segera mengakhiri situasi ini, karena Suga tahu dia tak akan bisa lama menahan rasa jijik terhadap wanita ini. Setelah apa yang dia lihat, dia dengar, dan dia ketahui waktu itu, bukan hanya itu, setiap kali berada dekat wanita ini, Suga selalu membayangkan penderitaan seperti apa yang harus di lalui oleh Anna dulu karena perbuatan mereka berdua, Bianca dan Jayden.

"Aku hanya sedikit tidak paham ke arah mana not ini akan melaju..." tidak salah lagi, kali ini Suga yakin wanita di hadapannya ini setengah mendesah, mungkin mencoba menggoda Suga dengan desahannya, sayangnya itu tidak mempan sama sekali, yang ada Suga makin ingin segera menyingkirkannya dari studionya.

"Kau tidak bisa?" Suga menatapnya dan Bianca menggeleng. Pria itu meraih tangan Bianca, terasa sangat dingin, "maafkan aku Anna, tapi aku harus melakukan ini" ucap Suga dalam hati lalu menatap Bianca.

"Kenapa kau gugup sekali?" Suga melepaskan tangan Bianca, dia tidak bisa melakukan hal bodoh itu ternyata rasanya sangat menjijikkan, ada semburat kecewa di wajah Bianca, padahal wanita itu, sudah berharap lebih saat Suga memegang tangannya. "Baiklah kalau kau tidak tahu tidak usah di lanjutkan, bagaimana kalau kita mengobrol saja?" Bianca menelan ludah. Apa mereka cukup dekat untuk bisa mengobrol?

"Ngomong-ngomong dari mana kau mengenal Anna?" Suga mulai membuka suara, sekali lagi Bianca menelan ludah. Dia tak menjawab, ia memang mengharapkan untuk bisa mengobrol berdua dengan Suga tapi bukan topik tentang ini yang dia harapkan, bukan topik tentang Anna, seseorang yang sangat ingin ia singkirkan.

Suga menatapnya cukup lama, dan hendak berdiri meninggalkannya karena Suga pikir cara ini akan sia-sia, tapi Bianca menahan tangannya.

"Kau tidak akan suka mendengar ceritaku" Bianca menelan ludah, dia memang tidak suka pembahasan ini, tapi jika ini adalah satu-satunya kesempatan yang dia miliki untuk bisa dekat dengan Suga maka ia rela melakukannya.

"Kita tidak akan tahu jika tak mendengarkannya." Suga kembali duduk di hadapan Bianca.

"Anna dan Jayden, dulu mereka punya hubungan" Bianca tampak sangat gugup, terlihat memilih kata yang tepat, mungkin agar Suga tak salah memahami apa maksud dari ceritanya.

"Aku tahu, karena Anna tampak menghindari Jayden, jika sebelumnya mereka tidak saling kenal, atau jika sebelumnya tidak terjadi sesuatu di antara mereka, Anna tidak akan menghindari Jayden." Suga memang berpikir seperti itu, awalnya, tapi setelah melihat apa yang terjadi, dia tahu, hal yang lebih parah pernah terjadi di antara mereka.

"Tapi apa kau pernah berpikir kalau mereka nyaris saja punya seorang anak?" Bianca balik bertanya. Suga tak menjawab lagi, ia menunggu, dan Bianca tahu dia harus melanjutkan ceritanya.

"Jika kau berpikir aku berbohong, aku tidak. Jayden sendiri yang mengatakannya padaku waktu itu, Anna sempat hamil anaknya meskipun pada akhirnya keguguran" Bianca mulai terlihat santai, semburat wajahnya bahkan ulai tersenyum, dia tahu ke arah mana dia harus mengarahkan ceritanya.

More than AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang