Stranger

29 2 0
                                    

"Aaarrghhh....Aaaarrgghhh..." aku tidak bisa menahan desahanku ketika Suga berulang kali menghajar bagian bawahku dengan agak kasar. Ini bukan pertama kalinya Suga bermain sekasar ini, aku bahkan harusnya sudah terbiasa dengan Suga yang gairahnya kadang terlalu hyper seperti ini.

"Bagaimana? apa kau suka? Hah?" ucapnya menatapku tajam. Aku hanya bisa memejamkan mata sambil mengigit bibir bawahku.

"Jawab!" bentakannya membuatku terkaget.

"I-iya, ini nikmat...sangat" ucapku sambil mengambil nafas. Suga menampilkan smirknya, dia mendorong, hingga miliknya tertanam sangat dalam, dan bisa kurasakan cairan miliknya tumpah di dalam sana, sangat banyak, lalu dia ambruk di sisiku.

"Terima kasih" ucapnya mengecup keningku. Aku mengangguk lalu meraih selimut dan menutup tubuhku sebatas dada dan berbalik untuk memunggungi Suga.

Hening terjadi di antara kami.

"Anna yah..." lirihnya.

"Anna?" aku berusaha menajamkan pendengaranku karena kurasa Suga memanggilku dengan sangat lembut, tidak seperti biasanya. Aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar ketika aku merasakan sentuhan jemarinya dengan sangat lembut mengusap lembut punggungku.

"Anna yyah...kurasa aku mulai jatuh cinta padamu" aku secara sadar mendengar Suga mengucapkan hal tersebut, dan jujur, aku terkejut, sangat terkejut. Saking terkejutnya aku sampai tak berani berbalik dan menatapnya. Aku takut aku akan kecewa.

"Maaf Suga, tapi aku tidak menerima pernyataan cinta seorang pria yang telah menghabiskan malam bersamaku dengan bercinta" kataku tanpa membalik punggung dan Suga terdiam. Sebenarnya, aku mungkin Cuma berdalih atau melakukan pertahanan terbaikku karena aku takut Ketika merasa Bahagia karena apa yang baru saja di katakana Suga justru membuatku merasa kecewa.

*

Pagi ini aku dan Suga berangkat bersama. Suga kembali menjadi Suga yang 'seperti biasanya' suka memaksa dan tidak suka di bantah, aku tidak bisa melakukan apapun selain menurutinya.

"Anna, asisten yang kau minta sudah ada" ucapnya membelokkan stir mobil memasuki area parkir Hype ent.

"Hah? Apa aku meminta asisten?" aku menatapnya, dan Suga hanya mengangguk.

"Kau tidak memintanya secara langsung, tapi aku tahu kau mulai kewalahan dengan banyaknya permintaan lagu untukmu, iya kan?" ujarnya, setelah selesai memarkirkan mobil meskipun kami tidak langsung turun.

"Tapi Suga, kau tahu kan? Aku tidak suka karyaku di sentuh oleh orang lain jika itu masih berupa karya mentah, belum selesai" aku ikut turun bersamanya. Secara spontan Suga meraih paper bag yang tampak kesulitan ku genggam.

"Iya, tapi, aku tidak bisa melihatmu tidak tidur berhari-hari karena menyelesaikan sebuah proyek." kami melangkah terus memasuki gedung dan masih setia dengan perdebatan kami.

"Kau juga biasa melakukannya" aku membela.

"Iya, aku kan laki-laki" ujarnya. Aku menghentikan langkahku. Membiarkan Suga melangkah sendirian kedepan, setelah beberapa langkah, Suga akhirnya menyadari bahwa aku tidak berada di sisinya lagi, dia menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya kebelakang, menatapku.

"Kau tidak percaya aku bisa melakukannya hanya karena aku wanita?" aku tidak percaya Suga seseorang seperti itu. Maksudku masih membatasi hal-hal hanya karena gender?

"Bukan seperti itu..." lirihnya.

"Lalu seperti apa?" dengan gemas aku menghampirinya, menatapnya sedikit tidak suka. "lalu apa maksudmu jika bukan seperti itu? Lagipula jika aku kesulitan aku bisa meminta bantuanmu, Taehyung atau Adora atau Jimin, atau Jungkook, atau siapa saja, pokoknya aku tidak butuh asisten!" protesku melangkah dengan langkah yang sengaja di hentak-hentakkan tanda tidak suka.

More than AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang