HOPELESS

918 126 91
                                    







VOTE & KOMENTARNYA YA PINKISH~





Meimei dan Seokjin hanya bisa saling bertukar pandang setelah menyadari keberadaan nenek Seokjin di depan rumah Seokjin.

"Kau belum memberitahu nenek mengenai kita kan?" Tanya Meimei dengan panik.

"Tentu saja tidak."

Meimei menghembuskan nafas lega.

Meimei memang sudah menduganya, mengingat tidak ada satupun panggilan telepon atau kedatangan secara tiba-tiba oleh nenek Seokjin di tempat tinggalnya. Karena tentu saja itu semua adalah hal yang akan terjadi jika neneknya tau bahwa mereka sudah bercerai.

Seokjin benar-benar menyembunyikan semuanya dengan sangat baik.

"Apa kalian akan terus berada di dalam?" Suara nenek Seokjin terdengar samar dari luar, dia bahkan memberikan kode kepada pak Carlos untuk membukakan pintu mobil.

"Berpura-puralah." Ujar Seokjin dengan cepat.

"Tentu saja." Meimei menanggapi sembari mendorong Seokjin untuk turun lebih dulu agar pak Carlos tidak perlu membukakan pintu mobil untuk mereka.

"Hallo nenek..." Sapa Seokjin dengan penuh kepura-puraan.

"Nenek..." Meimei dengan cepat berucap sembari berlari pelan sesaat setelah dirinya keluar dari dalam mobil.

Nenek Seokjin dengan cepat membuka kedua tangannya untuk menyambut Meimei ke dalam pelukannya, sedangkan Seokjin harus menunggu gilirannya untuk memeluk neneknya sendiri.

Iya, Meimei adalah kesayangan keluarga Seokjin. Karena mereka sudah mengenal Meimei sejak dia kecil, dari saat Seokjin pindah ke Cina dulu.

Mereka bahkan sudah menjodoh-jodohkan Seokjin dan Meimei sejak mereka kecil, karena Meimei adalah satu-satunya anak yang mampu menjadi teman baik Seokjin selama berada di Cina.

"Sudah sangat lama nenek tidak mendengar berita dari kalian berdua. Bagaimana keadaan di Cina? Kalian harus kembali menetap di sini."

Meimei hanya bisa terus tersenyum mendengar ucapan nenek Seokjin.

Tentu saja Seokjin membuat skenario yang sempurna untuk menutupi perceraian mereka, karena itu Meimei hanya bisa menyerahkan semua kepada Seokjin, dia tidak mungkin asal mengeluarkan kata.

"Kita hanya akan berada dua bulan di sini. Benar kan sayang?" Seokjin dengan pelan meraih pinggang Meimei dan menariknya mendekat. Dia tidak ingin neneknya mencium kegugupan Meimei jika terus berada di dekatnya.

"Sayang sekali seperti itu. Aku harus menjalani pengobatan yang rutin di sana. Jadi setelah sembuh, kita berdua akan kembali ke Forklyn." Jawab Meimei, berharap alur dari permainan yang dia lakukan bisa satu jalur dengan skenario kebohongan yang Seokjin buat.

Memei mengingat bagaimana Seokjin mengatakan kepada karyawan di butik tadi tentang pengobatan yang Meimei jalani di Cina, karena itu ada kemungkinan cerita yang sama juga Seokjin katakan kepada keluarganya.

"Ya sudah kalau begitu, ayo kita makan malam." Ucap nenek yang sempat membuat Meimei menghembuskan nafas dengan lega, karena Meimei tidak menyangka sang nenek bisa dengan begitu saja menerima penjelasannya. Pertanda bahwa dia melakukan kerja yang bagus dengan aktingnya.

"Kita berdua akan makan malam di luar, sudah reservasi tempat, dan juga, tidak ada yang memasak di sini karena kita tidak lama di sini." Seokjin berucap, apapun yang terjadi malam ini, dia harus makan malam bersama Meimei. Terlebih berada dengan neneknya akan menambah kebohongan-kebohongan lainnya karena sudah pasti neneknya itu akan menanyakan banyak pertanyaan, sedangkan Meimei masih belum tau apa-apa tentang skenario yang dia ceritakan kepada keluarganya.

7 MINUTES OF DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang