Seokjin kembali membuka suaranya, masih dengan kedua tangannya yang berada di dalam genggaman tangan Meimei."Apa kau merindukanku?" Seokjin menjeda pertanyaannya. Dia menatap kedua mata Meimei dengan tatapan sendu, dengan harapan bisa mendapatkan jawaban yang dia inginkan dari apapun versi seorang Meimei yang duduk di hadapannya saat ini.
"Apa kau merindukanku? Karena aku sangat merindukanmu. Aku merindukanmu lebih dari aku merindukan kehidupanku."
•
•
•Meimei terdiam. Dia masih tidak percaya Seokjin mampu mengatakan sesuatu seperti itu. Mengakui bahwa dia sangat merindukan Meimei disaat Seokjin kerap kali bersikap dingin kepadanya.
"K-kau mabuk." Meimei berucap dengan terbata. Memandangi tangannya yang kali ini sudah berada di dalam genggaman tangan besar Seokjin. Jari-jari tangan Seokjin bergerak ke punggung jari tangan Meimei, menelusuri jari-jari tangan yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya.
Seokjin sempat terdiam beberapa saat, dia terlihat mengerutkan keningnya melihat jari tangan Meimei, hal yang membuatnya kemudian mengangkat kepala untuk melihat Meimei.
Seperti tersadarkan oleh sesuatu, Seokjin berucap. "Iya, aku mabuk."
Kali ini giliran Meimei yang terdiam. Terlebih ketika Seokjin dengan langsung menarik tangannya - melepaskan genggaman tangannya dari tangan Meimei.
"Kau, benar-benar ada disini." Ucap Seokjin sembari duduk dengan tegak. Sepertinya dia sedang berusaha untuk tidak terlihat mabuk di hadapan Meimei.
"I-iya... Aku ada disini." Meimei berucap dengan terbata. Bingung dengan perubahan sikap Seokjin yang tiba-tiba.
"Aku tau, maksudku, apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau bisa masuk?" Tanya Seokjin sembari menggeser botol wine yang berada di hadapannya, kesamping.
"Uumm... Aku menekan bel dan pak Carlos mempersilahkanku masuk. Jika kehadiranku saat ini mengganggu, aku bisa kembali, atau lebih baik, aku bisa meninggalkan pesan hanya jika kau memberikan nomor teleponmu." Itu adalah solusi terbaik yang bisa Meimei berikan saat ini. Terlebih dia menyadari bahwa Seokjin sudah kembali ke mode COLD HEARTED MAN-nya.
Seokjin memejamkan mata. Menarik nafas dengan pelan dan menghembuskannya.
"Jika kau datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun, kau bisa mengatakannya secara langsung, toh kau juga sudah jauh-jauh datang kesini, jadi aku rasa tidak perlu meninggalkan pesan." Ujar Seokjin.
Meimei terdiam. Mencoba memproses apa yang baru saja dia dengar.
Berhadapan dengan Seokjin selalu berhasil membuat Meimei berpikir dua bahkan tiga kali lebih keras.
Sungguh, Meimei tidak menyangka Seokjin akan mengucapkan hal seperti itu. Karena tadinya dia sempat berpikir Seokjin mungkin akan mengusirnya.
Sulit!
Sulit memang untuk merangkai kata agar bisa menanggapi kalimat yang Seokjin ucapkan. Tapi apa boleh buat, Meimei tidak mungkin mengatakan hal yang hanya akan membuat Seokjin kecewa. Setidaknya tidak hari ini ketika dalam beberapa jam lagi dia akan merayakan ulang tahunnya.
"Selamat ulang tahun." Meimei akhirnya memiliki kekuatan untuk membuka suaranya. Hal yang entah mengapa membuat dada Meimei tiba-tiba terasa sakit. Mungkin karena ini adalah ucapan ulang tahun pertama yang dia ucapkan kepada Seokjin setelah perpisahan mereka.
"Panjang umur dan sehat selalu. Kau harus selalu sehat karena kesehatanmu adalah yang terpenting." Meimei melanjutkan kalimatnya. Hal yang justru membuat Seokjin yang tadinya menatap mata Meimei, dengan cepat menundukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 MINUTES OF DESIRE
Fiksi PenggemarCOMPLETED ✅ "Kau adalah awal dari segalanya tentang diriku." Start 8 Agustus 2021 -