16

61 8 0
                                    

Seungjun kira ronde-ronde selanjutnya akan berakhir cepat seperti ronde pertama mereka. Nyatanya 1 ronde saja bisa menghabiskan waktu hampir 1 jam karena Hyojin tak kunjung mendapatkan pelepasannya. Totalnya sudah 5 ronde Hyojin menghancurkan dirinya.

"Kamu jahat sekali tau tidak, sudah menghancurkan aku tanpa ampun tadi siang dan sekarang kamu menyuruhku belajar" Seungjun merajuk dan memasukkan dirinya ke dalam selimut. Ia tidak ingin belajar karena terlalu lelah menghadapi Hyojin tadi.

"Kita belajar sekarang atau kita mating lagi?" Seungjun menyingkap selimut nya dan berjalan kearah meja belajar yang sudah Hyojin pindahkan ke kamar mereka. Tentu saja dengan tertatih-tatih dirinya berjalan karena pinggang nya sakit.

"Mau pangku, kursi nya keras dan hole ku masih sakit" Hyojin mengangguk dan menepuk paha nya untuk diduduki Seungjun.

'Padahal ada bantal, bilang saja kamu ingin manja denganku' Inner Hyojin.

"Hyojinnn, aku lapar" Seungjun duduk menyamping pada pangkuan Hyojin, ia menatap Hyojin sambil memohon.

'Aku ingin makan pizza' Inner Seungjun.

"Baiklah kita pesan pizza bagaimana?" Seungjun mengangguk senang, astaga Hyojin benar-benar peka sekali. Padahal Hyojin sekarang sudah bisa membaca pikiran Seungjun makanya dia tau.

"Hmm, baiklah kamu ingin pizza apa?" Hyojin mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dan membuka aplikasi delivery. Ia membernarkan posisi Seungjun menghadap meja agar bisa sama-sama melihat layar.

Dengan membaca pikiran Seungjun lagi, Hyojin langsung saja memilih menu nya tanpa menunggu jawabannya. "Ahh itu benar hehe" Seungjun bergerak riang karena mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Hei hei hei" Hyojin menghentikan pergerakan Seungjun yang bergerak kesana-kemari. "Hentikan, kamu membuat milikku tegang nanti" Lanjut Hyojin. Seungjun langsung terdiam, dia menatap Hyojin yang ada dibelakangnya sambil terkekeh.

"Sekarang ayo baca buku dulu sembari menunggu pizza nya datang" Seungjun mengangguk, dia mengambil buku fisika kelas 11 dan membacanya. Sementara Hyojin hanya memeluk Seungjun saja dan menghirup feromon manis yang menguar dari leher Seungjun.

'Ini bagaimana? Jika aku bertanya pasti akan lama, lebih baik aku pura-pura mengerti saja' Inner Seungjun. Ia membalikkan halaman bukunya ke halaman selanjutnya tanpa ragu.

"Aku tau kamu tidak paham yang ini" Hyojin melepaskan tangannya dari perut Seungjun dan membalikkan halaman buku ke sebelumnya tadi. Hyojin menjelaskan ulang kepada Seungjun dengan bahasa yang lebih mudah.

"Apakah setelah kita marking kamu dapat membaca pikiran ku Hyojin?" Seungjun tentu tidak bodoh hingga mengira 3x berturut-turut Hyojin peka terhadap dirinya.

"Iya" Tidak berguna juga Hyojin berbohong karena Seungjun pasti akan memojokkannya nanti. "Ajari aku juga, sangat tidak adil jika hanya kamu yang bisa dan aku tidak"

"Kita harus berciuman, itu caranya" Seungjun memukul kepala Hyojin dengan menggunakan buku fisika tebal yang ia baca. "Bisa-bisanya kamu, tidak lihat apa bibirku begini?"

Hyojin mengusap kepalanya yang terpukul, ini lumayan sakit juga. "Hahaha, itu satu-satunya cara-"

"-Ampun Seungjun, hahah" Hyojin mencegah Seungjun yang akan memukulnya lagi. "Hmm akan ku maafkan kali ini" Seungjun kembali fokus membaca. Hyojin yang memang peka, kali ini benar-benar peka ya. Ia memberikan Seungjun sebuah pensil dan buku untuk mencorat-coret. Mana mungkin fisika tidak menghitung.

Seungjun hanya berfokus pada aktivitas belajarnya dan Hyojin yang hanya menjadi tumpuan duduk Seungjun kali ini. Begitu saja selama 25 menit dan untungnya pizza mereka datang.

"Sebentar ya sayang" Hyojin mengangkat Seungjun agar berdiri lalu mengambil bantal untuk Seungjun duduki. "Duduk disini dulu" Hyojin lalu keluar dari unitnya untuk mengambil pizza mereka.

Setelah mengambilnya, Hyojin duduk pada kursinya yang lain agar bisa menyuapi mate nya. Sepertinya dengan sengaja Seungjun berpikiran seperti itu saat dirinya masih fokus menghitung.

"Buka mulutnya" Seungjun membuka mulutnya lebar-lebar untuk menerima pizza favoritnya tanpa mengalihkan pandangannya pada buku. "Bagus sekali, makan yang banyak" Hyojin menyuapkan sisa pizza yang telah digigit Seungjun pada dirinya.

Mereka makan dengan lahap, tentu saja karena lelah juga mating selama 5 ronde. Untung saja Hyojin membeli 3 box pizza ukuran medium untuk keduanya.

Ide jahil terlintas dipikiran Hyojin. Ia menyuapkan pizza pada Seungjun dan setelah Seungjun membuka mulutnya dia akan memasukkan jarinya. "Ishh" Seungjun memukul tangan tangan Hyojin pelan, dia ingin pizza bukan jari seseorang.

"Nih, sensitif sekali jika tentang makanan" Hyojin menyuapkan pizza ditangannya pada Seungjun. "Oh iya Seungjun, apakah milikku muat ya jika kamu melakukan blow job untukku?" Seungjun terbatuk karena mendengar Hyojin mengatakan hal itu.

"Otakmu ini isinya hanya itu saja? Aku benar-benar tidak mengira bahwa kamu se mesum ini" Ucapnya sambil mengetuk-ngetuk kening Hyojin dengan pensilnya.

"Sakit loh sayang" Hyojin menghentikan pergerakan tangan Seungjun lalu mengecup punggung tangannya. "Iyuhhh" Seungjun menarik tangannya, tuh kan Hyojin sekarang sudah gila.

"Lucu sekali melihat pipi mu merona" Hyojin ingin sekali mencubit pipi Seungjun yang memerah. "Tanganmu kotor loh, jangan coba-coba mencubit" Hyojin melihat tangannya yang memang agak kotor karena terkena remahan pizza nya.

"Baiklah, tidak dengan tangan" Hyojin mendekat pada Seungjun dan menggigit pipi itu layaknya mochi. "Ahhh, sakit, lepaskan-lepaskan" Hyojin melepaskan gigitannya lalu mencuri kecupan pada bibir bengkak Seungjun.

"Bibir ini sudah bengkak tapi masih saja bisa memarahi ku. Aneh sekali" Hyojin kembali duduk di kursi nya dan melanjutkan acara makan dan menyuapinya.

"Sekali lagi kamu menggoda ku, tidak akan ku maafkan dan akan ku pukul nanti" Seungjun memberikan ancaman pada mate nya agar tidak semena-mena padanya.

"Pukul saja pukul, aku lebih mampu untuk membuatmu tidak berdaya" Seungjun kesal, dan melanjutkan belajarnya. Percuma berdebat dengan Hyojin karena ia akan selalu kalah.

'Dia sangat menggemaskan' Inner Hyojin.

.

.

.

.

To be Continued

[IV] Mine? RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang