3

82 12 1
                                    

"Ini kartu mu" Seungjun mengembalikan kartu Hyojin dengan meletakkannya pada mejanya. "Karena mu aku tidur nyenyak semalam, hari ini kamu tidak akan ku siksa"

Jujur saja, dengan penampilan Hyojin yang bisa dibilang nerd ini mana tau jika dia anak orang kaya. Harusnya Seungjun mengambil uangnya juga daripada hanya memukulnya.

Seungjun duduk tepat dibelakang Hyojin yang duduk sendirian. Harusnya mereka duduk saja bersebelahan, namun karena Seungjun tidak mau jadi ya sudah dibiarkan sama gurunya. Capek sendiri jika mengurus anak nakal satu ini karena cerewet.

•••••

"Aku kesal" Seungjun menarik Hyojin ke tempat biasa dimana ia menyiksanya sepulang sekolah. Sudah 2 hari Seungjun tidak melampiaskan amarahnya pada Hyojin.

Seperti biasa, Seungjun hanya memukuli wajah Hyojin. Hanya sebentar saja kali ini karena Seungjun mampu menahan diri agar berhenti.

"Mana ponselmu?" Seungjun mencari ponsel Hyojin pada tas nya untuk menghubungi Changyoon agar menjemput Hyojin.

"Jangan hubungi Changyoon, dia ada acara keluarga. Aku bisa pulang sendiri" Hyojin mengambil alih tas nya dari Seungjun dan bangkit perlahan untuk pulang. Ia berjalan meninggalkan gang itu.

"Rasa sesak apa ini?" Seungjun memukul dadanya untuk menghilangkan rasa sesak yang tiba-tiba menyerang dirinya. Melihat Hyojin yang babak belur karenanya membuat dada nya sesak? Jangan bercanda.

Seungjun mencari keberadaan Hyojin dan benar saja masih belum terlalu jauh, ia menarik tangan Hyojin agar ikut bersamanya. "Akan ku obati dulu luka mu" Seungjun membawa Hyojin kerumahnya.

"Duduk disini" Seungjun mendudukkan Hyojin ke sofa dan buru-buru mengambil kotak P3K nya untuk mengobati luka Hyojin. Pipinya lebam, sudut bibirnya berdarah serta keningnya yang tergores cincin Seungjun. Walaupun omega, tenaga Seungjun tidak main-main.

Saat dirinya kembali, Hyojin sudah melepaskan kacamata nya. Tidak bisa Seungjun berbohong jika memang Hyojin ini tampan, coba saja sedikit peduli dengan penampilannya, pasti sudah menjadi most wanted di sekolahnya.

Seungjun berdiri agak membungkuk untuk meraih dagu Hyojin. Ia menempelkan plaster terlebih dahulu pada bagian kening Hyojin, setelah itu membersihkan noda darah yang hampir mengering pada sudut bibir Hyojin. "Ahh" Hyojin meringis karena Seungjun dengan sengaja menekan luka pada bibirnya.

"Tahan sedikit" Dari jarak sedekat ini, Hyojin bisa mencium feromon Seungjun yang ternyata lebih manis daripada dugaannya. Hyojin hanya fokus pada bibir Seungjun yang sedikit terbuka karena fokus membersihkan noda darah pada bibirnya, Pikirannya berlabuh kemana-mana.

"Nahh sudah, tinggal kompres saja luka lebam pada pipi mu" Seungjun bangkit dan mengembalikan kotak P3K nya dan kembali membawa kompres untuk Hyojin. Ia duduk disamping Hyojin dan menempelkan kompresnya pada pipi kanan Hyojin yang lebam.

Sungguh, Hyojin tertawa dalam hati. Dia ini kan alpha dominan, bahkan dalam waktu singkat dirinya akan sembuh total. "Terima kasih" Hyojin memegang tangan Seungjun yang ada pada pipinya sambil tersenyum. Lambat laun ia mengambil kompres dari tangan Seungjun dan meletakkannya di meja. Ia menarik tangan Seungjun yang semula ada di pipinya agar lebih dekat dengannya.

"Terima kasih Seungjun" Kini Hyojin berbisik tepat di telinga Seungjun. "Terima kasih" Hyojin melepaskan tangan Seungjun dan bangkit dari duduknya.

"Aku pulang dulu" Hyojin pergi begitu saja. "Dasar gilaaaa" Seungjun memukul bantal sofa dengan brutal. Sial, perlakuan Hyojin padanya membuat Seungjun merinding.

•••••

Sudah satu Minggu lamanya Seungjun menjauhi Hyojin, ya bagaimana tidak, Hyojin sekarang menjadi lebih berani untuk menggodanya. Dirinya dipukul pun tidak masalah asal jangan digoda.

[IV] Mine? RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang