1.

785 68 0
                                    


Di koridor sekolah yang sudah mulai sepi karena sudah banyak siswa dan siswi yang kembali ke rumah masing-masing, ada dua orang yang tengah berdebat.

"Kumohon, berhentilah" seorang pria tengah bersujud hingga berkali-kali memohon pada seorang gadis yang sedang berdiri dihadapannya seraya menatapnya kosong.

Gadis itu berdiri dengan memegang ponsel di tangan kanannya, ia masih merasa bingung dengan apa yang ada di hadapannya.

Ia mulai menunduk dan berusaha untuk mengusap wajah pria itu, namun dengan cepat pria itu menepis tangannya.

Mata gadis itu memerah dan terasa mulai panas, tak lama kemudian air mata mulai keluar dan berlinang membasahi pipinya.

"Kenapa?..." Ia mulai bertanya pada pria itu, ia menunduk dan menangis walaupun tanpa sedikitpun suara tangisan yang terdengar.

"Ruby, jika kau seperti itu terus menerus, aku..."

"Katakan saja jika kau risih karena kehadiranku, Dyrroth!" Ruby mulai menangis sejadi-jadinya, ponsel miliknya pun terlepas dari genggamannya dan terjatuh.

Dyrroth memegang kedua pundak Ruby dan mencengkram nya meskipun tidak terlalu kuat agar tak melukainya, ia kemudian mengguncangkan tubuh Ruby dan kembali memohon.

"Tolong Ruby, Hentikan..."



"Ruby : Obsession"
1
©ppiuwz


Hari sudah mulai gelap, Ruby dan Dyrroth keluar dari sekolah. Kini mereka sedang berdiri di depan gerbang sekolahnya, Dyrroth menemani Ruby hingga ia dijemput oleh ayahnya dan barulah ia pulang menggunakan motor miliknya.

Mereka terdiam seribu kata karena canggung, bahkan untuk menoleh untuk melihat satu sama lain mereka tidak mau.

Beberapa menit menunggu, sebuah mobil pribadi berwarna hitam berhenti di depan mereka. Mobil itu tak lain adalah mobil milik Roger-Ayah Ruby.

Ruby menoleh kearah Dyrroth dan membungkuk padanya untuk meminta maaf atas kejadian yang baru saja terjadi, kemudian ia masuk kedalam mobilnya dan membuka kaca mobil itu, ia melambaikan tangan kepada Dyrroth sebagai tanda perpisahan hari ini.

Namun Dyrroth mengabaikannya, ia berjalan ke parkiran motor sekolah dan segera menaiki motornya. Dengan perasaan kacau, Dyrroth mengendarainya dengan kebut-kebutan menuju rumahnya sendiri.

Sementara itu, Ruby duduk di kursi depan tepat bersama ayahnya seraya menatap keluar jendela dengan tatapan yang sulit untuk di tebak. Ayahnya mulai memberikan banyak pertanyaan kepada putrinya agar suasana tidak terlalu canggung.

"Bagaimana hari ini, Ruby?" Roger mulai bertanya kepada putrinya, pandangannya masih fokus kedepan untuk memperhatikan jalan.

Ruby yang mendengar pertanyaan itu langsung menoleh dan melihat ke arah sang ayah dan menjawab pertanyaannya, "Seperti biasa" jawabnya.

Kemudian Roger hanya bisa kembali fokus memperhatikan jalanan, ia menyadari bahwa suasana hati putrinya sedang tidak bagus.

Beberapa saat kemudian, mereka kini telah sampai di rumah. Rumah dengan halaman depan yang luas serta bangunan rumah yang mirip dengan istana dengan cat putih itu terlihat begitu indah, pintu depan terbuka dan Ruby bergegas masuk kedalam rumahnya.

Bagian dalam rumah pun terlihat begitu mewah, namun menurut Ruby itu tidak ada apa-apanya karena rumah tetaplah sebuah rumah untuk berteduh dan pulang.

Ketika menaiki tangga, Roger yang berada di lantai satu berteriak kepadanya "Jangan lupa makan malam, Ruby!"

"Suruh saja pelayan membawakan makanan ke kamarku" sahut Ruby, ia kemudian masuk kedalam kamarnya dan segera merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

Kamarnya begitu rapih, Ruby selalu membersihkan kamarnya sendiri karena tak ingin pelayan yang membersihkan kamarnya.

Ia membuka ponselnya, Wallpaper lock screen serta wallpaper desktop miliknya adalah foto Dyrroth. Bahkan mulai dari foto profile atau apapun yang bisa diubah fotonya, Ruby selalu menggunakan foto Dyrroth yang ia ambil secara diam-diam.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu terdengar, Ruby segera bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar itu. Awalnya ia akan mengambil secara langsung makanan yang dibawakan oleh pelayan agar tidak masuk kedalam kamar miliknya, namun siapa sangka bahwa yang membawakan makan malam adalah ayahnya.

Roger langsung masuk kedalam kamar milik Ruby walaupun belum diberikan izin sama sekali, ia cukup terkejut melihat dinding kamar Ruby yang penuh dengan foto seorang laki-laki yang sepertinya diambil secara diam-diam.

"A-ayah! Aku belum mengizinkanmu untuk masuk!" Dengan perasaan campur aduk, Ruby merasa sedikit panik karena takut ayahnya akan marah karena perbuatannya.

"Apa dia target mu?" Roger bertanya, senyum tipis mulai terukir diwajahnya.

"Bukan, ia bukan targetku. Ia orang yang ku sukai, jadi-" Ruby pun menjawab, namun belum selesai bicara Roger langsung memotong perkataannya.

"Baiklah, aku mengerti. Bisa kau jelaskan pada ayah bagaimana dan kenapa?" Mendengar pertanyaan itu, Ruby terdiam sesaat. Roger pun berkata "Jujur saja pada ayah, nak".

Mau tidak mau Ruby pun jujur dan menjelaskannya, "Entahlah, aku menyukainya-aku sangat mencintainya. Yang aku inginkan hanya dia, tapi kenapa ia sepertinya tidak mau denganku?".

Roger masih diam menunggu Ruby untuk melanjutkan penjelasannya, ia sedikit tertarik karena baru pertama kali melihat putrinya jatuh cinta pada seseorang.

"Dengarkan aku, Ruby. Jika kau mencintainya, jangan memaksa agar dia bersamamu. Jika kau terlalu mengejarnya, bisa saja itu karena terobsesi".

"Sudah sejak lama aku memotretnya diam-diam, namun lama kelamaan ia mulai menyadarinya. Aku... Benar-benar hanya ingin dirinya, tapi..."

Drrtt... Drrrttt...

Sebuah ponsel berdering, ponsel itu adalah milik Roger. Dengan cepat Roger mengangkat telpon tersebut.

"Baiklah, aku akan segera kesana".

Tut-

Panggilan telepon itu kini sudah terputus, Roger mendekati Ruby dan mengusap kepalanya lalu berkata "Maafkan aku Ruby, tapi aku harus pergi" kemudian ia meninggalkan Ruby dan bergegas menuju mobil pribadinya.

"Ayah selalu saja sibuk..." Ruby menghela nafas, kemudian terdiam diatas ranjang tanpa tau apa yang harus dilakukan olehnya sekarang.

Lama kelamaan Ruby mulai merasa sangat mengantuk, ia pun tertidur diatas ranjang masih dengan menggunakan pakaian sekolah.

Mungkin karena merasa terlalu sedih, Hal yang terjadi di sekolah pun di mimpikan olehnya.

Tanpa sadar ia menangis di dunia nyata, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya, hanya air mata yang keluar tanpa henti.

Berjam-jam telah berlalu, Roger telah kembali pulang kerumah. Sebelum masuk ke kamarnya ia memutuskan untuk melihat Ruby di kamarnya terlebih dahulu.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Roger memasuki kamar Ruby dan melihat apa yang telah terjadi.

Ia melihat Ruby yang menangis dalam tidurnya, dengan cepat ia mengusap air mata Ruby dan mengusap kepalanya perlahan.

"Sebenarnya, apa yang kau mimpikan Ruby?" Batinnya, Roger pun mencium kening Ruby dan segera keluar dari kamar itu.

Saat menuju ke kamarnya ia pun bergumam "Mungkin aku harus meninggalkan Ruby lagi, astaga... Aku harap saat aku pergi ia tak seperti ini lagi".

Ruby : ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang