"Bukan begitu maksud ayah, Ruby.. hanya saja.." belum selesai berbicara, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari arah belakang mobil yang sedang mereka tumpangi.Ekspresi wajah Roger berubah seketika, kemudian segera mengambil senapan yang sejak awal memang selalu berada di dalam mobil tersebut.
Ia mengarahkan senapan tersebut kearah belakang, kemudian membidik kearah pengemudi dari mobil berwarna hitam yang kini terus mengikuti mereka dari jarak yang cukup dekat.
"Merunduk, Ruby!" Perintah Roger, Ruby segera menuruti perintahnya kemudian merunduk dan menutup matanya.
Pelatuk dari senapan tersebut segera ditarik oleh Roger, peluru tersebut mulai melesat kearah pengemudi dari mobil yang mengikuti mereka. Karena kecepatan dari peluru tersebut, kaca mobil miliknya dan milik mobil hitam tersebut dibuat memiliki lubang seukuran senapan itu.
"Keparat.." gumam seseorang dari dalam mobil hitam itu, darah mulai mengalir dari pelipisnya.
Sementara itu, Ruby mulai mengubah kembali posisinya seperti semula, ia membuka matanya perlahan-lahan kemudian menatap kearah ayahnya.
"Apa karena ini? Sebenarnya apa yang ayah lakukan?" Ruby mengerutkan keningnya, mulai banyak pertanyaan yang mengelilingi benaknya.
Roger menoleh dan membalas tatapan putri kecilnya, ia pun menjawab "iya, karena ini".
"Kenapa Ayah tidak langsung mengatakannya saja tadi? Ayah tidak harus membuat keramaian di sekolah!" Ruby kesal pada sang Ayah.
Roger menghela nafas panjang, "Maafkan Ayah, Ruby.."
•
•
"Ruby : Obsession"
17
©ppiuwz
•
•Saat itu, langit masih gelap gulita, hanya ada lampu sebagai penerangan. Sementara itu, Roger masih berada di ruangannya dengan menggenggam ponsel miliknya.
Sepertinya ia sedang berbicara dengan seseorang, mungkin pembicaraan tersebut tidak enak untuk dibicarakan. Urat-urat di bagian wajahnya mulai terlihat dengan jelas, tanda bahwa Roger dibuat kesal saat ini.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Roger bertanya kepada orang didalam panggilan telepon tersebut dengan emosi yang masih ia tahan.
"Putrimu, Ruby" ucap seorang pria didalam panggilan telepon itu.
Roger semakin kesal karenanya "Dia adalah putriku dan dia juga punya hak atas apa yang ia inginkan!" Bentak Roger kepadanya.
Orang didalam panggilan tersebut kini terdiam, ia nampaknya berusaha untuk mencerna perkataan Roger barusan.
Tutt.. tutt..
Panggilan telepon tersebut sudah terputus, nampaknya pria asing itu yang menutupnya."Sialan kau.." gumam Roger.
Roger melangkahkan kakinya menuju jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangan tersebut, ia menatap kearah pintu gerbang rumahnya.
Betapa terkejutnya ia ketika melihat putrinya–Ruby tengah mengendarai motor CBR150R dengan warna matte black. Awalnya yang terlintas dipikiran Roger hanya "Astaga, ayah membelikan ZX25R, mengapa kau membeli itu?" Hingga..
"APA YANG DILAKUKAN ANAK ITU SEPAGI INI" ucap Roger dengan perasaan panik, ditambah lagi baru saja ada seorang pria asing yang menelponnya dan membahas tentang Ruby.
Pagi? Mungkin karena waktu sudah lewat dari jam 12 malam, maka dari itu Roger menganggap bahwa itu sudah termasuk pagi, padahal diluar masih sangat gelap.
"Perlukah aku mengikutinya?" Roger bergumam, kemudian ia menarik sebuah kursi yang terletak tepat disamping jendela besar tersebut, ia duduk disana seraya terus memperhatikan keluar.
"Mengapa jadi rumit begini" Roger menggaruk bagian belakang kepalanya seraya terus berpikir mesti berbuat apa.
...
Selena masih berada di dapur saat ini, ia masih membersihkan peralatan yang kotor setelah digunakan oleh Ruby untuk memasak beberapa saat yang lalu.
"Selena!" Tiba-tiba saja terdengar suara berat dengan jarak yang cukup jauh kini sedang memanggil namanya, ia pun segera menoleh dan mencari darimana suara itu berasal.
"Tuan Roger? Apa ada yang bisa saya bantu?" Selena bertanya setelah menyadari bahwa yang memanggilnya adalah tuannya–Roger.
Kemudian Roger segera menjelaskan apa yang terjadi kepada Selena, hal itu membuat Selena mengerti bahwa karna hal tersebut Roger jadi merasa panik.
Panik? Ketakutan? Bukankah Roger adalah orang yang seharusnya ditakuti oleh orang-orang?
Mungkin karena putrinya yang masih ia anggap seperti anak kecil, saat ini putri kecilnya itu sedang terancam karena seseorang yang bahkan ia tidak tahu siapa orangnya.
Selena berusaha untuk membuat tuannya agar tidak gegabah, kemudian memberikan beberapa saran yang mungkin akan sangat membantu.
Akan tetapi, nampaknya Roger tidak bisa mencerna apa yang diucapkan oleh Selena karena pikirannya yang semakin kacau.
"Sebenarnya pergi kemana anak itu?" Roger bertanya kepada Selena, ia baru saja menyadari bahwa Selena masih membersihkan peralatan dapur disaat ia seharusnya sudah tidur dan dapur sudah bersih.
Selena pun segera menjawab "Nona Ruby pergi menuju rumah Dyrroth, hal tersebut ia lakukan untuk mengembalikan motornya serta memberikan makanan..".
"Perlukah kita menghampirinya kemudian memintanya untuk kembali?" Roger bertanya lagi.
"Tidak perlu, tuan.. lagipula, bukankah anda sendiri yang memberikan Ruby senjata api? Atau senjata tajam untuknya? Anda tidak perlu terlalu khawatir, nona Ruby selalu membawanya sesuai dengan permintaan tuan" jelas Selena.
Namun Roger sedikit tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Selena, "Anak itu sedang jatuh cinta, hal itu bisa membuatnya kehilangan akal sehatnya, bukankah kau tahu itu?"
"Saya mengerti apa yang anda maksud, tuan. Namun, bukankah tidak baik jika kita asal bertindak?" Selena menyelesaikan mencuci alat-alat memasak, kemudian mencuci tangannya dan fokus pada pembicaraan mereka saat ini.
"Kita harus menjemputnya saat ini juga!" Perintah Roger.
Akan tetapi, Selena berani membantah dan melawan perintah Roger. Ya, hanya dia yang berani untuk melakukannya.
"Tidak! Tuan, anda berlebihan, Ruby sudah cukup dewasa.. apa anda tidak menyadarinya? Ia dapat bersikap dewasa seorang diri meskipun masih menginjak usia remaja. Anda tidak perlu merasa terlalu takut begini.. semua akan baik-baik saja" ucap Selena.
Roger menghela nafas panjang "baiklah, kita biarkan saja ia untuk saat ini.."
Ia terdiam sejenak, kemudian melanjutkan ucapannya "akan tetapi, kita akan menunggu di sekolahnya, bagaimana?"
Selena mengangguk tanda setuju, mereka pun kembali ke ruangan mereka masing-masing seraya menunggu fajar tiba.
Akan tetapi, isi pikiran Roger terus saja mengganggu ketenangannya. Padahal ia tak perlu cemas sedikitpun dikarenakan Ruby pandai dalam bela diri. Namun, sebagai seorang ayah, ia tetap merasa khawatir.
Fajar telah tiba, Roger dan Selena bergegas datang menuju sekolah Ruby dengan target setengah jam lebih awal sudah berada di sana.
Sesampainya mereka disana, mereka hanya menunggu didalam mobil yang diparkir kan tepat di parkiran siswa maupun siswi.
Selang beberapa saat, akhirnya mereka melihat kedatangan Ruby yang tengah mengendarai sebuah motor dengan satu orang pria yang menjadi penumpangnya.
Awalnya semua baik-baik saja dan Roger merasa lebih tenang, hingga..
Seorang pria asing dengan pakaian serba hitam dan help yang menutupi seluruh bagian kepalanya, ia mengikuti Ruby hingga ia masuk kedalam sekolah.
"Sialan itu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruby : Obsession
Teen FictionKurang lebih 3 tahun Ruby menyukai salah seorang teman sekelasnya, ia selalu berusaha agar lelaki yang di sukai olehnya menerima cintanya. Namun sudah lebih dari 44 kali menembak, lelaki itu tidak pernah menjawab apapun. Terkadang Ruby kesal, ia han...