21.

157 12 1
                                    


Orang-orang ricuh dan berlarian ketika mendengar suara tembakan, mereka tidak tahu mesti melakukan apa selain menyelamatkan diri mereka masing-masing.

"Ayah.." Ruby menatap ayahnya yang tengah melihat ke salah sebuah wahana yang terlihat begitu gelap, mata Roger mulai berubah menjadi merah padam ketika ia semakin fokus menatap kearah tersebut.

Dyrroth yang tadinya lemas karena baru saja keluar dari rumah hantu, kini menjadi lupa akan apa yang beberapa waktu lalu terjadi. Kini Dyrroth merasa panik, ia bingung mesti kabur atau tetap disana karena Ruby dan Roger masih berada dalam wahana bianglala.

"Sebaiknya kita keluar dari sini, Ruby" ucap Roger dengan tegas, kemudian mulai memperhitungkan kapan waktu yang tepat untuk mereka melompat keluar.

Ruby buka suara untuk memberi saran, "Mengapa tidak menunggu operator agar menghentikan wahana ini?"

"Lihatlah kebawah, Ruby. Tidak ada operator wahana ini di sana, mereka sudah kabur menyelamatkan diri mereka sendiri. Beruntunglah hanya kita yang menaiki wahana bianglala ini, kita bisa fokus menyelamatkan diri" jawab Roger, kini ia benar-benar siap untuk melompat.

Ruby paham apa yang di maksud oleh ayahnya, ia pun bersiap untuk mengikuti ayahnya dari belakang. Ruby bukanlah anak manja yang mesti digendong oleh ayahnya untuk menyelamatkan diri, ia bisa melakukannya seorang diri.

Mereka akhirnya melompat ketika bagian yang mereka naikin berada sedikit lebih dekat dengan tanah, tak ada luka sedikitpun dan mereka memijak tanah dengan seimbang.

Dyrroth yang melihat hal tersebut tercengang dibuatnya, ia mematung, mulutnya menganga, ia benar-benar merasa bahwa Ruby adalah anak yang aneh dan sulit untuk dimengerti.

"Jangan melamun, Dyrroth!" Ruby dengan cepat menyambar tangan Dyrroth dan menariknya dengan kuat, ia dan ayahnya bergegas menuju mobil yang masih terparkir.

Pemimpin dari orang asing tersebut segera berteriak memerintah, "Jangan biarkan mereka lolos, tangkap gadis itu hidup-hidup dan tanpa luka sedikitpun!"



Ruby : Obsession
21
©Ppiuwz

"Sebenarnya ada apa?" Seraya berlari, Dyrroth masih menyempatkan diri untuk bertanya tentang apa yang sedang terjadi saat ini.

"Aku juga tidak mengerti, Dyrroth. Hanya ayah yang mengerti akan hal ini, dan ia tidak memberi tahu alasannya padaku" jawab Ruby yang terus menarik lengan Dyrroth.

Sementara mereka sibuk berlari dengan perasaan penuh tanya, Roger sudah berada di dalam mobil, "cepat masuk!" Ia pun memerintahkan Ruby dan Dyrroth agar segera masuk ke dalam mobil.

Kini mereka sudah berada di dalam, Roger pun segera melajukan mobilnya. "Apa kalian baik-baik saja?" Roger bertanya pada mereka berdua, sesekali melihat ke spion.

"Kami baik-baik saja, tidak ada yang terluka" jawab Ruby yang masih menggenggam lengan Dyrroth, nampaknya Dyrroth merasa lelah setelah berlari sekuat tenaga.

Hening.. Roger terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, entah tempat apa yang akan mereka tuju kali ini untuk berlindung.

Setelah beberapa saat berlalu, Dyrroth mulai melihat keluar jendela dan merasa bingung, "Eh.. ini kan?"

"Menuju rumahmu, Dyrroth."

"Bagaimana ayah tau?" Ruby yang sama bingungnya pun bertanya.

Roger tersenyum tipis, "Seharusnya kamu tahu itu, Ruby."

Ruby mengerutkan wajahnya, ia mulai berfikir. Apa yang sebenarnya dimaksud oleh Roger? Atau ia memang melupakan sesuatu?

Tang!

"Cepat kejar mereka, kalian ini lamban sekali!" Seseorang dengan pakaian serba hitam dan wajah yang tertutup helm, kini sedang menaiki motor yang memiliki warna senada dengan pakaian yang sedang ia kenakan. Pria itu nampaknya adalah pimpinan mereka, atau mungkin hanya suruhan namun dengan pangkat lebih tinggi.

"Mereka benar-benar mengganggu, bisakah kau urus mereka, Ruby?" Dengan nada datar, Roger memerintahkan Ruby untuk melakukan sesuatu.

Ruby tersenyum tipis, kemudian membalik badan dan melompat ke bagasi, disanalah tempat dimana sesuatu selalu dibawa oleh mereka kemanapun mereka pergi.

Sebelum melakukan aksinya, Ruby merasa sedikit ragu, ia menoleh ke arah ayahnya dan bertanya, "apakah.. apakah boleh, yah? Apa tidak masalah?"

"Tenang saja, polisi akan mengurus mereka untuk kita" Roger menjawab dengan santai, membuat Ruby semakin yakin untuk melancarkan aksinya.

Dor! Dor!

Sebuah senapan menembakkan peluru, membuat kaca mobil pecah seketika. Peluru itu meluncur dengan cepat ke arah kelompok aneh yang sedang mengejar Ruby dan yang lainnya.

Dyrroth terkejut dibuatnya, ia membeku di tempat, ia pun mulai bicara dalam hati, "apakah keluarga ini psikopat? Aku jadi takut.."

"Jangan berfikir aneh-aneh, Dyrroth. Kau bersantai-santai saja, jangan menambah beban" Roger mengerti apa yang dipikirkan oleh Dyrroth hanya dengan melihat ekspresinya melalui kaca.

Dor!

"Ayah, sebaiknya jangan mengatakan hal seperti itu pada Dyrroth, itu sangat tidak baik" dengan terus fokus menembak, Ruby memperingatkan ayahnya.

Pihak lawan tidak berdiam diri, mereka juga membalas serangan Ruby secara beruntun.

Suara tembakan terdengar dimana-mana, membuat warga sekitar bingung dengan apa yang terjadi, kemudian berusaha untuk melindungi diri.

Salah satu peluru mengenai tangan kanan orang-orang aneh itu, membuatnya kehilangan kendali saat mengendarai motornya. Ketika ia terjatuh, yang lain tetap terus mengejar.

Pergerakan mereka begitu cepat, namun mata Ruby tetap bisa mengikuti kecepatan mereka. Ia terus mengincar ban motor karena tak ingin melukai mereka, ia lakukan itu agar motor mereka berhenti dan tidak mengejar. Namun tetap saja, salah satu peluru mengenai tangan salah satu dari mereka.

Mereka tidak selemah kelihatannya, seorang Ruby yang hampir tidak pernah meleset pun bisa dihindari.

Tunggu sebentar, meleset? Ya, Ruby sesekali berlatih menembak, memanah, dan bermain-main dengan sabit peninggalan ibunya. Roger yang melatihnya selama ini, namun hanya disaat ia sedang sempat.

"Mereka sulit sekali untuk dilumpuhkan, ayah" Ruby mengeluh setelah berkali-kali pelurunya meleset, membuatnya merasa jengkel.

Roger hanya diam tak merespon, ia nampak seperti tidak peduli dan tidak memikirkan bagaimana jalan keluarnya, seakan-akan membiarkan Ruby untuk memikirkan bagaimana cara menghabisi mereka.

"Ayah.. ini sulit sekali, aku tidak bisa.." Ruby nampaknya kewalahan, ia hendak menyerah. "Sebenarnya apa yang ayah lakukan? Mengapa ini bisa terjadi?"

"Tidak perlu banyak bertanya, Ruby. Lumpuhkan saja mereka, apa mereka begitu sulit untuk kau hadapi?"

Ruby terdiam tidak merespon, ia kembali menyiapkan senapannya dan menembakkannya ke arah lawan. Satu, dua terjatuh dari motornya karena mengenai ban motor dan kaki mereka. Masih tersisa dua lagi yang mesti Ruby hadapi.

Sulit.. mereka bergerak sangat cepat, membuat Ruby sulit fokus. Tunggu sebentar.. walau mereka bergerak dengan cepat, mengapa mereka tidak menyerang balik?

"Rumah Dyrroth melewati jalan berkelok, kita akan membuat mereka sedikit melamban. Ketika melewati tepat di depan rumahnya, kalian melompatlah, ayah yang akan mengurus mereka." Roger memerintahkan Ruby dan Dyrroth agar melompat keluar dari mobil ketika masih melaju.

"Tu-tunggu, apa!?" Dyrroth yang sedari tadi terdiam, kini dibuat terkejut untuk kesekian kalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruby : ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang