"Kenapa kau menyimpannya?" Ruby bertanya kepada Selena, Selena kemudian menoleh dan menjawab "Untuk kenang-kenangan!" Jawabnya dengan penuh semangat."Maaf telah salah sangka padamu, Selena. Kupikir kau ingin bersaing denganku untuk mendapatkan Dyrroth" batin Ruby, ia benar-benar merasa bersalah karna berburuk sangka kepada Selena.
Kemudian Ruby berbaring diatas ranjang milik Selena yang hanya digunakan olehnya ketika ingin beristirahat saat lelah bekerja, kasur itu sangat empuk dan nyaman.
Ruby memejamkan matanya sesaat kemudian menatap langit-langit, lalu saat beralih pandangan ia segera mengubah posisinya menjadi duduk dengan perasaan yang sedikit terkejut.
Di langit-langit terdapat lampu yang tak biasa, lampu itu bertuliskan S.T.U.N yang adalah salah satu sebuah nama group band ternama.
"Tunggu... S.T.U.N!?" Ucap Ruby dengan perasaan terkejut, ia kemudian melihat ke arah dinding, beberapa penghargaan milik Selena serta pakaian yang digantung olehnya terpajang disana.
Ia juga dibuat terkejut oleh sebuah gelang yang di pajang oleh Selena di dinding, "gelang itu nampak tak asing di mataku..."
Selena menoleh kemudian tersenyum kecil, "nampaknya anda melupakannya ya, Nona Ruby".
•
•
"Ruby : Obsession"
6
©ppiuwz
•
•Beberapa tahun yang lalu sebelum Ruby mengenal Dyrroth, ia adalah gadis yang sangatlah ceria namun dengan sifatnya yang tidak sombong hingga saat ini.
Sejak dulu ia tak memiliki teman yang benar-benar tulus kepadanya, banyak anak yang membully dirinya. Bahkan jika ia tak mengejek Ruby, mungkin ada sesuatu yang diinginkan dari Ruby.
Hal itu membuat sang ayah–Roger tidak mengizinkan Ruby untuk bermain dengan anak-anak di luar sana, bahkan ia juga diajarkan untuk tidak memberitahu siapapun tentang siapa ia sebenarnya.
Hingga ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, Ruby tak memiliki sedikitpun keberanian untuk berteman dengan orang lain.
Ia hanya bermain dengan Selena dan beberapa pelayan di rumahnya, para pelayan itu adalah beberapa orang yang kurang mampu dan membutuhkan pekerjaan.
Dulunya rumah itu sangatlah sepi, di rumah sebesar itu hanya ada Ruby dan juga ayahnya–Roger. Namun semua berubah ketika Ruby sedang berada di dalam mobil untuk pergi ke rumah setelah jalan-jalan bersama sang ayah ke pantai.
"Ayah, bisakah kita berhenti sebentar?" Ruby kecil bertanya kepada sang ayah, kemudian ayahnya pun memilih untuk meminggirkan mobilnya dan menghentikannya. Setelah merasa mobil itu benar-benar berhenti, Ruby segera membuka pintu dan berlari.
Roger segera mengejar putri kecilnya itu, betapa terkejutnya ia ketika melihat putri kecilnya sedang memeluk seorang gadis yang tengah menangis di trotoar.
"Permisi, maafkan saya atas ketidak sopanan putri saya" kemudian Roger meraih tangan Ruby dan hendak untuk menggendongnya, namun dengan cepat Ruby segera menarik tangan kecilnya dan kembali memeluk gadis itu.
"Tidak apa... Ruby memelukmu, kau akan hangat kembali!" Ucap Ruby kecil, Roger mulai menyadari bahwa gadis itu sama sekali tak bergerak, ia kemudian segera memeriksanya dan menggendongnya kedalam mobil.
"Sebenarnya aku tidak peduli pada orang asing ini, namun sepertinya Ruby sangat ingin menolongnya" batin Roger, ia kemudian mengendarai mobilnya secepat yang ia bisa untuk menuju ke rumah sakit.
Ruby kecil memegang tangan gadis itu, "Kamu sangat dingin... Kenapa malam-malam begini kamu berada di luar? Ruby punya rumah yang sangat besar! Kamu bisa tinggal didalamnya bersamaku dan tidak akan merasa dingin lagi!".
Sesampainya di rumah sakit, Roger segera memanggil perawat untuk membawa gadis itu ke ruang perawatan.
"Baiklah Ruby, bagaimana kalau kita pulang? Ibu dokter akan mengurusnya" tanya Roger, ia benar-benar merasa tidak peduli pada orang lain kecuali pada dirinya dan putrinya sendiri.
"Tidak mau! Ruby akan menunggu!" Jawabnya, Roger hanya bisa menghela nafas panjang kemudian membiarkan putrinya untuk menunggu dengan ditemani olehnya.
Beberapa menit telah berlalu, Ruby terus saja menguap namun ia berusaha untuk terus membuka matanya. "Tuh, kamu sudah mengantuk, kita pulang ya?" Roger bertanya, namun Ruby menggeleng cepat.
Hingga pada akhirnya sang dokter keluar dan menghampiri Roger "Penyakitnya sudah lumayan parah, hal itu dikarenakan penyakit itu dibiarkan dalam jangka waktu yang lumayan lama" ucap sang dokter.
"Bagaimana kalau operasi? Itu kan bisa menyembuhkan orang yang sakit parah?" Ruby kecil dengan polosnya berkata demikian, dokter kemudian menoleh kearahnya dan mengusap kepalanya.
Roger langsung menarik Ruby agar dokter itu tak menyentuhnya lagi, ia benar-benar tidak suka ada orang asing yang menyentuh putri kecilnya.
"Eeeuumm... Mungkin saja bisa nona kecil" ucap sang dokter. Namun ini tidak benar-benar parah, hanya perlu perawatan beberapa hari mungkin ia sudah pulih.
"Apa Ruby sudah boleh masuk kesana dok? Apa nona itu sudah siuman?" Ruby bertanya lagi, kemudian dokter itupun mengangguk.
Ruby dengan cepat berlari masuk dan menghampiri gadis itu, "Kamu sudah baik-baik saja? Ayah Ruby akan membantumu agar sembuh!".
"Benarkah itu, tuan?" Gadis itupun bertanya kepada Roger yang baru saja masuk untuk mengikuti putrinya.
"Tentu saja, itu karena kemauan putriku" Roger pun menjawab.
"Syukurlah!"
"Siapa namamu?" Ruby bertanya seraya memegang tangan gadis itu, sudah berada infus di tangannya dan Ruby berfikir kalau itu sangatlah sakit.
"Karina" jawabnya.
"Kakak, bukankah sudah kubilang jangan memaksakan diri!" Seorang gadis yang terlihat lebih muda dengan rambut berwana coklat terang yang terurai itu masuk kedalam ruangan seraya memarahi sang kakak.
Ruby menoleh ke arahnya "Kakak tidak boleh membentak orang yang sedang sakit!" Ruby kecil memarahi gadis itu.
"Apa kau yang membawa kakakku kemari? Kau kira kami memiliki uang untuk membayar dokter hah? Untuk sekolahku saja kami tidak memiliki uang!" Bentaknya kepada Roger.
"Saya akan menanggung biaya pengobatannya hingga sembuh, saya juga akan membiayai pendidikan mu sampai kau lulus" jawab Roger dengan santai.
"Namun kau harus menjadi pelayan di rumahku dan menemani anakku, bagaimana?" Mendengar tawaran itu gadis itu merasa sedikit tidak yakin.
Akan tetapi pada akhirnya ia pun menerima tawaran itu, "Baiklah".
"Nah Ruby, dia adalah temanmu" ujar sang ayah kepada Ruby, mata Ruby pun melebar dan merasa sangat senang karena mendapatkan teman walaupun memiliki selisih umur yang cukup jauh.
"Karna kamu teman Ruby, Ruby akan memberikan sesuatu!" Namun Ruby kebingungan sendiri, kemudian ia melihat gelang yang melingkar di tangannya.
Ia melepas gelang itu dan memakaikannya ke tangan gadis itu sambil bertanya, "Siapa namamu?".
"Selena" ia menjawab sambil memperhatikan Ruby yang sedikit kesulitan untuk memakaikannya gelang, "apa ingin ku bantu?" Selena bertanya.
"Namamu indah! Unghhh, Ruby akan memakaikannya agar lebih spesial untuk tanganmu yang indah!".
Selena menoleh ke arah Roger dan berkata "Saya harap anda menepati ucapan anda yang barusan".
Hingga pada akhirnya Ruby terkadang membawa beberapa orang yang tidak mampu untuk di pekerjakan di rumahnya, Roger hanya bisa pasrah karena hanya itulah yang membuat rumah ini tidak sepi lagi dan Ruby merasa memiliki teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruby : Obsession
Fiksi RemajaKurang lebih 3 tahun Ruby menyukai salah seorang teman sekelasnya, ia selalu berusaha agar lelaki yang di sukai olehnya menerima cintanya. Namun sudah lebih dari 44 kali menembak, lelaki itu tidak pernah menjawab apapun. Terkadang Ruby kesal, ia han...