Guinevere merasa bingung dengan apa yang dimaksud oleh Ruby, "Apa maksudmu? Oh, aku benar-benar tidak mengerti... Mungkin karena kamu tidak pernah menyukai orang lain?" Pada akhirnya ia memutuskan untuk bertanya.Kemudian Ruby mengangguk, "Seseorang berkata aku terobsesi padanya secara berlebihan, aku sendiri juga tidak mengerti..." Pada akhirnya ia hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Lupakan dia sejenak, bagaimana jika kita mengingat saat pertama kali kita bertemu?" Guin mengajaknya untuk membahas saat-saat dimana mereka pertama kali bertemu, jujur saja ia melupakan beberapa.
Akan tetapi Ruby langsung berdiri dari tempat ia duduk, "Sudah waktunya untuk kembali ke kelas, mungkin saat jam istirahat saja nanti".
"Huh? Bel saja belum-"
Krringgg...
Baru saja ingin berkata bahwa waktu untuk masuk kedalam kelas masih lama, tiba-tiba saja bel langsung berbunyi.
Sedangkan Ruby berlari menghampiri Dyrroth dan langsung menggandeng tangannya untuk mengajaknya ke kelas bersama, nampaknya Dyrroth biasa saja walaupun sudah menolaknya berkali-kali.
Nampaknya Dyrroth kini semakin terbiasa pada sifat Ruby, lagipula ia tidak memiliki pacar, jadi apa salahnya jika dekat dengan Ruby?
"Jangan lupa nanti di kantin sekolah! Aku akan menunggumu!" Jerit Guinevere sambil berjalan menuju ke kelasnya.
•
•
"Ruby : Obsession"
9
©ppiuwz
•
•Ruby masuk kedalam kelas dengan keadaan masih menggandeng tangan Dyrroth, kemudian ia melepasnya perlahan dan membiarkan Dyrroth untuk kembali ke tempat duduknya sendiri.
Dyrroth menatap Ruby sesaat dan berfikir, "setelah aku berkali-kali menolaknya, ia masih baik padaku dan tidka membenciku? Apa... Apa aku harus mencoba untuk membuka hatiku?" Pikirnya.
Tidak ada salahnya untuk mencoba, iya kan? Seharusnya Dyrroth mencoba sejak awal saja!
Kini Dyrroth merasa bersalah secara tiba-tiba, sungguh ia sendiri juga bingung mengapa ia merasakan hal itu secara mendadak.
Selama pelajaran Dyrroth hanya diam dengan pikirannya yang dipenuhi oleh Ruby, kebaikan hati Ruby, keimutan Ruby, bahkan segalanya tentang Ruby.
"Apa aku sudah gila? Astaga kenapa anak ini tiba-tiba saja berada didalam pikiranku!" Gumamnya, ia merasa kesal sendiri.
Sang guru yang mendengar gumaman itupun menghampiri Dyrroth, "Kau ini kenapa, Dyrroth?" Guru itupun bertanya dengan tatapan yang sedikit menyeramkan.
Namun saat Dyrroth hendak menjawab, tiba-tiba saja bel istirahat telah berbunyi. "Oh tuhan, terimakasih banyak telah membantuku!" Ia merasa bersyukur karena tak perlu repot-repot menjawab pertanyaan gurunya.
"Baiklah anak-anak, silahkan beristirahat. Jangan lupa kerjakan Pekerjaan Rumah kalian, boleh dikerjakan bersama ya" kemudian guru itupun keluar terlebih dahulu.
Ruby mengeluarkan kotak makan siangnya, kemudian berjalan keluar dari kelasnya. Dyrroth langsung mengikutinya dan bertanya, "kau mau kekantin? Kebetulan sekali, ayo ke kantin bersama".
Kemudian Ruby mengangguk dan tersenyum, ia melanjutkan langkah kecilnya. Sedangkan Dyrroth yang mengulurkan tangannya itu segera menurunkannya, "oh dia tidak menyadarinya ya? Atau... Dia sengaja untuk membalasku?" Batinnya.
Namun ia berusaha untuk tidak berfikir buruk terhadap Ruby, ia juga berusaha untuk memperlambat langkahnya agar bisa menyamakan langkahnya dengan Ruby.
Beralih pada Guinevere yang tengah duduk seorang diri di salah satu meja yang berada di kantin sekolah, ia merasa sangat bosan menunggu walaupun belum ada 1 menit ia menunggu Ruby.
Ia selalu memperhatikan koridor dan berharap Ruby segera sampai disana dan menemuinya, benar saja Ruby langsung datang menghampirinya.
"Loh, Ruby... Kamu tidak mau aku traktir nih? Aku sedang baik loh!" Ucap Dyrroth yang tiba-tiba saja ditinggalkan oleh Ruby.
Ruby menoleh kebelakang sambil berjalan dan menjawab, "Tidak perlu, untukmu saja!".
Kemudian Dyrroth menatap kearah papan menu, "apa yang disukai oleh Ruby ya? Astaga, dia mengerti banyak tentangku... Tapi hal sepele seperti ini saja aku tidak tahu" pikirnya, ia pun memilih untuk membelikan susu kotak rasa strawberry untuk Ruby.
Setelah mendapat apa yang di inginkan dan telah di bayar, Dyrroth segera menghampiri Ruby yang nampaknya sedang asik berbincang-bincang seraya memakan makan siangnya.
"Ini" ucap Dyrroth seraya meletakkannya di atas meja dan menggesernya agar lebih dekat dengan Ruby, Ruby kemudian menatapnya dengan perasaan tidak percaya dengan apa yang terjadi di hadapannya.
"Apa ini untukku?" Ia bertanya untuk memastikan, Ruby takut jika dirinya merasa terlalu percaya diri dan mengira itu untuknya.
Dyrroth mengangguk, "Tentu saja! Kalau kamu tidak mau...".
"Aku mau kok! Terimakasih banyak, Dyrroth" kemudian Ruby mengambilnya dan terus menerus menatapnya, masih terasa sedikit hangat karena baru saja dipegang oleh Dyrroth.
Sementara itu di seberang meja, Guinevere hanya diam dan merasa bahwa ini adalah tontonan yang sedikit menarik untuk di lihat.
Saat mereka berdua sudah saling diam, Guinevere pun bertanya, "apa sudah selesai?".
Ruby mengangguk sambil memakan makan siangnya, ia kemudian menatap Guinevere sambil menunggunya untuk memulai percakapan.
"Baiklah, Ruby. Aku benar-benar ingin berterimakasih kepadamu, maaf aku baru berani mengucapkannya sekarang" ucapnya, kenapa tiba-tiba Guinevere berterimakasih? Apakah Ruby pernah melakukan sesuatu yang menurutnya sangat membantu?
"Tentu aku akan menerima rasa berterimakasih mu itu" jawabnya sambil tersenyum, "namun... Untuk apa kau berterimakasih?" Ruby pun bertanya.
Dahulu saat Ruby dan Guinevere berada di Sekolah Dasar, Guinevere adalah gadis kecil yang sering kali memamerkan mainannya bahkan seringkali menyombongkan diri.
Akan tetapi karena hal tersebut membuat ia tak memiliki banyak teman, hanya beberapa orang yang merasa setara dengannya lah yang berani berteman dengannya.
Terkadang Guinevere merasa iri ketika melihat Ruby yang terlihat sangat sederhana namun memiliki beberapa teman yang baik padanya, terkadang mereka berbagi makanan, jika ada yang membawa mainan maka mereka akan memainkannya bersama.
Sedangkan Guinevere dan kedua temannya hanya memainkan mainan mereka masing-masing dan membandingkannya, bahkan mereka sangat tidak senang jika ada orang lain yang memegang barang mereka.
Guinevere kecil berjalan perlahan mendekati Ruby kecil dan bertanya, "Apa... Kamu mau...".
Mendengar ada yang bicara padanya, Ruby kecil langsung menoleh dan berkata "kau ingin berteman? Ayo! Ruby akan menjadikanmu temanku, siapa namamu?".
"Guin... Guinevere".
"Guinevere Baroque?" Ruby bertanya, ia langsung berdiri dan membungkuk di hadapannya "sungguh sebuah kehormatan untuk bertemu dengan anda".
"Kupikir dia akan seperti anak kecil lainnya, namun aku sedikit terkejut melihat apa yang dilakukan olehnya" pikir Guinevere.
Kemudian mereka pun berbincang-bincang, lalu setelah beberapa hari mengenal Guinevere, Ruby mengajak Guinevere untuk bermain di rumahnya.
Guinevere kecil terkejut saat mengetahui rumah Ruby yang besarnya hampir sama dengan istananya, ia merasa sangat malu karena memamerkan harta milik orang tuanya.
"Ruby, maukah kau mengajarkanku jadi anak baik?" Guinevere bertanya.
"Tentu saja, kau bisa menjadi anak baik yang terkenal tanpa harus memberitahu orang lain bahwa kau adalah seorang putri loh! Dengan cara itu kamu bisa mengetahui bahwa ada teman yang tulus dan ada teman yang hanya melihat gelar mu saja" jawab Ruby kecil yang mungkin di mata orang dewasa sudah sangat bijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruby : Obsession
Teen FictionKurang lebih 3 tahun Ruby menyukai salah seorang teman sekelasnya, ia selalu berusaha agar lelaki yang di sukai olehnya menerima cintanya. Namun sudah lebih dari 44 kali menembak, lelaki itu tidak pernah menjawab apapun. Terkadang Ruby kesal, ia han...