19.

178 13 8
                                    


"Mmppphhh" Dyrroth meronta ketika mulutnya ditutupi menggunakan tangan Ruby, ia merasa bahwa kini dirinya sudah cukup tenang dibanding sebelumnya.

Ruby pun mengerti maksud dari Dyrroth, ia pun segera melepaskan tangannya dari mulut Dyrroth.

Dyrroth kemudian bertanya kepada Ruby "lalu, apa yang akan kamu dan ayahmu–Roger akan lakukan? Apakah kalian akan pindah dari sini?".

Hal itu membuat Ruby bingung, ia memiringkan sedikit kepalanya sambil berfikir sejenak. Ia pun memilih tuk langsung menjawab "aku pun tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya, atau apapun itu.. kamu bisa bertanya pada-".

"Aku!" Seorang Pria gagah dengan kumis dan jenggot tipis di wajahnya tiba-tiba saja memotong. Ia adalah Roger, kini ia sedang menuruni anak tangga satu-persatu.

"Selamat.. eumm siang? Om" ucap Dyrroth dengan sedikit gugup.

Jujur saja Dyrroth merasa sedikit malu, awalnya ia pikir bahwa Roger tengah sibuk memikirkan jalan keluar di ruangannya sehingga tak dapat mendengarkan pembicaraan dengan Ruby.

Namun ternyata ia benar-benar salah, Roger sejak tadi memperhatikan mereka dari lantai atas dan mendengar pembicaraan mereka dengan sangat jelas.

"Duh, mana tadi gue rewel banget.. kaya cewek!" Batin Dyrroth.

Kini Roger sudah duduk di sofa, berhadapan dengan Dyrroth. Tatapan tajam yang diberikan olehnya membuat Dyrroth merasa takut, bahkan terlihat seolah-olah Roger hendak menerkamnya saat itu juga.

Roger menghela nafas panjang sebelum mulai berkata-kata, hingga pada akhirnya Roger pun memutuskan untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

"Aku juga tak mengerti apa yang mereka inginkan dariku, aku sudah berusaha mencari tahu namun gagal. Karena kecerobohan ku juga, mereka kini mengetahui dimana aku dan Ruby tinggal".

"Aku juga tidak tahu mengapa 'mereka' mengincar Ruby, entah karena sesuatu yang terjadi atau apa" lanjutnya.

Dyrroth terdiam sejenak berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Roger, namun ia mulai bertanya kembali "jadi, om bakalan pindah atau tetap disini?".

Sementara itu, Ruby merasa bahwa disini ia hanyalah sebuah angin lalu, atau bahkan hanya butiran debu yang tak terlihat. Pada akhirnya, Ruby memutuskan untuk pergi ke pekarangan. Toh, Roger dan Dyrroth terlalu sibuk hingga tak menganggap keberadaan Ruby.

Kini Roger dan Dyrroth benar-benar terlihat seperti orang 'sibuk', akan tetapi Ruby membiarkannya saja. Menurutnya, hal itu membuat Ayahnya–Roger seakan-akan telah menerima kehadiran Dyrroth dalam hidupnya.



"Ruby : Obsession"
19
©ppiuwz

Kini langit yang semula biru berubah menjadi warna oranye yang berpadu dengan merah, menandakan bahwa kini sudah sore hari.

Oh astaga, nampaknya Dyrroth bolos dari sekolah kali ini. Benar-benar anak nakal kau, Dyrroth. Hanya karena gadismu sedang terkena suatu masalah, kau 'kepo' hingga segitunya.

Sedangkan Ruby sibuk memainkan ponselnya seraya membaca E-book yang berada di dalamnya, nampannya E-book yang ia baca adalah novel dengan genre action, hal itulah yang membuatnya seakan gregetan sendiri.

Namun tanpa ia sadari, seseorang tengah mengawasinya jauh dari sana. Astaga, alat apa itu? Nampaknya alat tersebut dapat melihat dari jarak lebih dari 500 meter!

"Astaga gadis kecil, dengan apa yang baru saja terjadi.. sepertinya kamu tidak merasa takut, ya?" Suara berat khas pria terdengar, suaranya menggema karena ruangan yang sangat sepi.

Ruby : ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang