12.

186 30 1
                                    


Dyrroth menggendong tubuh kecil Ruby dan meletakkannya di sofa, ia kemudian berjalan menuju kamarnya dengan membawa lilin di tangan kirinya agar bisa melihat jalan di depannya karena lampu masih padam.

Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa selimut miliknya, awalnya kukira ia akan kembali ke kamar dan tidur di kamarnya sendiri dengan meninggalkan Ruby sendirian.

Ia segera memakaikan selimutnya ke tubuh Ruby, terlihat dengan jelas bahwa Ruby terlihat nyaman-nyaman saja tidur disana.

Dyrroth segera meletakkan bantal di karpet yang berada tepat di depan sofa, kemudian ia meletakkan lilin itu terlebih dahulu dengan jarak sedikit jauh dari barang-barang.

Setelah itu ia pun segera merebahkan tubuhnya, ia berbaring dengan posisi menatap Ruby diatas sana.

"Imut..."



"Ruby : Obsession"
12
©ppiuwz

Pagi telah tiba dan seluruh listrik telah menyala kembali, Ruby terbangun dari tidurnya dan melihat adanya Dyrroth yang tertidur dibawah sana.

Dengan cepat ia segera mengambil ponselnya dan memotret beberapa foto Dyrroth untuk di simpan, menurutnya Dyrroth tertidur dengan wajah yang menggemaskan.

Hingga Dyrroth tiba-tiba saja bergerak membuat Ruby merasa terkejut, namun sepertinya Dyrroth masih dalam posisi tertidur pulas.

"Hanya merubah posisi, kah?" Gumam Ruby.

"Oh selamat pagi, Ruby" seorang wanita cantik dengan rambut berwarna perak dan tergerai itu baru saja keluar dari dalam kamarnya.

Ruby pun segera menunduk dan menjawabnya "Selamat pagi juga, kakak!".

Silvanna memberikan senyum manisnya kepada Ruby, kemudian ia pun bertanya "Apa kau bisa memasak? Kalau kau mau.. kau boleh membantuku untuk memasak" kemudian Silvanna langsung berjalan menuju dapur tanpa menunggu jawaban dari Ruby.

"Untung saja Selena mengajarkanku cara memasak" batinnya dengan perasaan senang, akan tetapi rasanya ada yang sedikit mengganggu pikirannya.

Saat berjalan dan hendak menghampiri Silvanna, ia baru saja menemukan jawaban tentang apa yang mengganggu pikirannya.

"Oh ya, bahan-bahan seadanya..." Batinnya, namun Ruby tetap berjalan kearah dapur dan berusaha untuk membantu Silvanna.

Mungkin ini akan sedikit rumit dikarenakan jauh berbeda dengan dirumahnya sendiri, tapi Ruby akan berusaha untuk membuktikan pada Silvanna bahwa ia bisa.

Hingga pada akhirnya Ruby pun bertanya kepada Silvanna, "Kakak, apa yang ingin anda masak?".

Namun Silvanna tak menjawab beberapa saat dan fokus mencuci tangannya di tempat cuci piring, kemudian ia pun menoleh dan menjawab "Apapun... Menggunakan apa yang kita punya".

Dengan cepat Ruby pun mengangguk, ia pun berusaha semaksimal mungkin untuk dapat membantu Silvanna memasak menggunakan apa yang mereka punya.

Beberapa saat telah berlalu, kini Dyrroth terbangun dari tidurnya dan segera berjalan menuju kamar mandi dengan kesadaran yang belum kembali sepenuhnya.

Ia segera membasuh mukanya dan menyikat gigi tanpa mandi, sepertinya Dyrroth sangat malas karena ini adalah hari minggu dimana ia bisa bersantai sesuka hatinya.

Dengan mata yang masih sedikit sulit untuk terbuka, Dyrroth berjalan menuju meja makan sambil berkata "Kakak, hari ini makan apa?".

Silvanna yang sudah duduk tepat di depan meja makan itupun menoleh dan menjawab "Lihatlah sendiri apa yang ada di atas meja, dasar kau ini..".

Kemudian Dyrroth segera duduk dan mencoba untuk membuka matanya perlahan-lahan, saat matanya benar-benar terbuka, betapa terkejutnya ia ketika melihat seseorang yang berada tepat di sebrang meja makannya.

"Eh, Ruby???"

Ruby yang sedang fokus untuk mengunyah makanan itupun segera menoleh dan tersenyum ke arahnya, "Selamat pagi!" Sapa nya.

"Aku baru ingat bahwa Ruby menginap disini" batinnya, ia kemudian segera mengambil makanan yang sudah di siapkan tepat di depannya.

Saat menyuapkan sesendok kedalam mulutnya, Dyrroth merasa sangat terkejut karena ada sesuatu yang jauh berbeda.

"Siapa yang membuat ini?" Ia bertanya dengan nada yang sedikit tinggi, hal itu membuat Ruby ketakutan dan mengira bahwa Dyrroth tidak menyukai masakan buatannya.

Silvanna yang masih sibuk makan dengan ketenangan itupun langsung menjawab "Tentu saja itu buatan pacarmu, aku sangat bangga kau tidak salah pilih".

Mendengar hal itu membuat wajah Ruby memerah, ia benar-benar tidak menyangka bahwa kakak Dyrroth–Silvanna bisa menerima kehadirannya.

Namun berbeda dengan Dyrroth yang mungkin sulit untuk di mengerti untuk siapa perasaannya, memang mungkin untuk menerima seseorang membutuhkan waktu yang sulit untuk di tentukan.

Sambil menatap kakaknya kesal, Dyrroth pun berkata "Kakak, bukankah sudah ku bilang..".

Belum selesai berbicara, Silvanna langsung memotong perkataannya, "Apa? Lagipula siapa tahu kau bisa saja menyukainya dalam waktu dekat, kan?".

Dyrroth terdiam, akan tetapi Silvanna terus melanjutkan ucapannya, "Aku menyukai Ruby, dari sekian banyaknya gadis yang.. ntahlah. Aku lebih menyukai Ruby untuk bersamamu, apa kau mengerti?".

Perkataan Silvanna itu membuat Ruby semakin salah tingkah, ia benar-benar merasa senang bahwa kehadirannya di terima oleh Silvanna.

"Anu.. kak, bukankah sebaiknya menghabiskan makanan terlebih dahulu?" Tanya Ruby.

Mendengar itu Silvanna dan Dyrroth segera diam dan fokus pada makanan mereka masing-masing, Ruby merasa lega perdebatan mereka tidak lagi berlanjut.

Ruby berada di rumah keluarga Dyrroth seharian, bukannya bermain dengan Dyrroth akan tetapi bersama Silvanna.

Silvanna yang biasanya terlihat biasa saja, lebih terlihat seperti suram sih. Kini ia terlihat begitu senang di tambah lagi ada seseorang yang mau menemaninya menghilangkan rasa bosan.

Akan tetapi hari begitu cepat berlalu, langit sudah mulai gelap dan sudah waktunya untuk Ruby kembali ke rumahnya.

Sebenarnya Silvanna sendiri juga tak ingin Ruby pulang lebih cepat, ia ingin Ruby lebih lama bersama dengannya dan juga adiknya–Dyrroth.

"Hati-hati di jalan ya, jangan lupa mampir lagi!" Ucap Silvanna pada Ruby yang sudah berboncengan dengan Dyrroth.

Ruby pun mengangguk, Dyrroth juga segera melajukan kendaraannya untuk mengantar Ruby sampai ke rumahnya.

Dalam perjalanan mereka tak berbicara apapun, rasanya sangat canggung apalagi Dyrroth yang terus saja memikirkan perkataan Silvanna.

Wajah Ruby juga memerah ketika mengingat bahwa Silvanna benar-benar menerima kehadirannya, bahkan Silvanna terus saja membanggakannya di banding Dyrroth yang adalah Adiknya sendiri.

Pada akhirnya mereka pun sampai di rumah Ruby, gerbang besar itu segera terbuka dan Dyrroth segera masuk.

"Halaman depan saja seluas ini, astaga.." batin Dyrroth, ia selalu saja memikirkan tentang perbedaan ekonominya dan Ruby. Mungkin saja ia takut jika Ayah Ruby–Roger akan langsung menolaknya.

Pada akhirnya mereka sampai di depan pintu utama, Ruby segera turun dan mengucapkan terimakasih padanya, "Terimakasih untuk seharian ini, eh.. dari semalam. Aku merasa sangat senang, apalagi kakakmu juga menerima kehadiranku".

"Tentu" jawab Dyrroth dengan sesingkat mungkin.

Saat Ruby berjalan mendekati pintu, pintu itu segera terbuka lebar. Bukan Selena yang di lihat olehnya, akan tetapi Roger.

"A-ayah.."

"Kenapa tidak mampir dulu? Ayo, masuklah.. Dyrroth" ucapnya dengan senyum tipis di wajahnya.

Ruby : ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang