13.

227 31 2
                                    


Karena ajakan tersebut, Dyrroth mau tidak mau harus masuk terlebih dahulu. Ia ingin terlihat seperti pria yang baik di mata Roger, akan tetapi perasaannya tetap tidak tenang karena merasa takut.

Mereka bertiga berjalan menuju ruang tamu, ruang tamu itu benar-benar sangat luas untuk mereka bertiga. Sesampainya disana, Roger segera duduk dan berkata "silahkan duduk, Dyrroth".

Dyrroth kemudian menuruti perintahnya, ia segera duduk di sofa yang berada tepat di depan Roger. Kini Dyrroth dan Roger saling menatap, nampaknya tangan Dyrroth mulai gemetar karena perasaan takut.

Bagaimana mungkin ia merasa tidak takut, ia kini berada tepat di hadapan Ayah dari seorang yang ia sukai. Yang paling di takutkan oleh Dyrroth adalah sebuah pertanyaan yang membahas tentang bagaimana ia dan keluarganya.

Hawa di ruangan itu benar-benar terasa aneh, nafasnya juga terasa lebih berat dibandingkan sebelumnya. Rasanya sangat canggung, ia hanya bisa berdiam diri dan menunggu Roger berbicara lebih dulu.

Sedangkan Ruby menatap mereka berdua dengan perasaan bingung, nampaknya Ruby sendiri juga tidak bisa membuat perasaan canggung mereka menghilangkan dengan cepat.

Hingga pada akhirnya Selena datang dengan membawakan dua cangkir teh hangat, mengapa hanya dua? Karena Selena tau bahwa Ruby pasti lebih memilih untuk pergi seorang diri ke dapur dan menentukan apa yang ia inginkan setelah melihat-lihat.

Selena segera meletakkan kedua cangkir teh hangat itu di hadapan Dyrroth dan Roger, Roger merasa bingung kenapa tidak ada secangkir lagi untuk Ruby? Karena bingung, ia bertanya kepada Selena "mengapa hanya dua, dimana untuk Ruby?".

Belum sempat menjawab, Ruby langsung menjawabnya terlebih dahulu "itu karena aku akan pergi ke dapur dan memilihnya secara langsung, Ayah. Aku ingin melihat-lihat dulu apa saja minuman yang ada di dapur, kemudian aku akan mengambilnya sendiri" jawabnya.

"Benarkah? Mungkin ayah terlalu sibuk hingga tidak menyadarinya" ucap Roger dengan perasaan sedikit kecewa pada dirinya sendiri, ia merasa kurang memperhatikan Ruby dan perubahan apa saja yang terjadi pada putri tunggalnya.

Mendengar ucapan sang ayah yang terdengar seperti ia sedang merasa sedih, Ruby segera menghampiri Roger dan memegang kedua tangannya kemudian berkata "Ayah.. jika ada perubahan dalam diriku dan ayah tidak menyadarinya, bukan berarti ayah tidak memperhatikanku".

Melihat pemandangan seperti ini didepannya, Dyrroth langsung mengerti bahwa keluarga Ruby lebih mementingkan keluarga dibandingkan harta benda. Namun, Roger terlalu berusaha memanjakan Ruby dengan seluruh harta yang di miliki olehnya, sedangkan Ruby terus berusaha untuk mandiri.

Hanya mengambil air minum sendiri, bukankah itu adalah hal yang sangat biasa dan normal? Mengapa Roger terlalu melebih-lebihkan, seakan-akan mengambil air minum sendiri tanpa memerintahkan maid seperti menyerang ribuan lawan tanpa pasukan? Benar-benar aneh.

"Sebentar.. aku ingin mengambil air minum untuk diriku sendiri, rasanya benar-benar haus" kemudian Ruby berjalan meninggalkan Roger dan Dyrroth, kini benar-benar hanya ada mereka berdua disana karena Selena berjalan mengikuti Ruby.

Ruangan itu kini benar-benar sunyi, Roger terus menatap Dyrroth yang berada di sebrang meja. Sementara itu, Dyrroth hanya bisa menundukkan kepala karena takut untuk menatap Roger.

Beberapa detik kemudian, Roger mulai mengeluarkan suara dan bertanya "Apa kau pacar Ruby?".

Mendengar pertanyaan itu, Dyrroth segera menoleh dan menatap Roger, ia kemudian menjawab "Bukan om, saya hanya teman sekelas Ruby".

"Benarkah?" Roger merasa kurang yakin dengan jawaban yang Dyrroth berikan, "yah.. siapa juga yang mau bersama dengan putriku, jika ada, pasti mereka hanya menginginkan harta kami".

Secara tiba-tiba, Dyrroth langsung menjawab "Dia adalah gadis yang baik, ia selalu peduli terhadap orang lain, bahkan seringkali mementingkan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri terlebih dahulu".

Ia kemudian terdiam dan berfikir "astaga, kenapa aku harus mengatakan hal seperti itu? Itu terjadi secara tiba-tiba..".

"Hhhmm..." Roger mulai menatap Dyrroth dengan serius, "kau menyukai Ruby? Jika kau seorang pria, maka jujurlah".

Dengan perasaan yang ragu-ragu, Dyrroth mengangguk perlahan sebagai jawaban 'ya'.

Mereka tidak melanjutkan kembali pembicaraannya, Dyrroth kembali terdiam dengan nafas yang terasa berat.

"Ruby lama sekali, apa aku coba memeriksanya saja ya?" Batinnya, ia kemudian berdiri dan meminta izin kepada Roger, "Om, saya ingin memeriksa Ruby terlebih dahulu.. ia tak kunjung kembali, jadi-".

Roger juga ikut berdiri sambil berkata "aku ikut denganmu, ayo kita pergi ke dapur dan memeriksanya".

Kini, mereka berdua melangkahkan kakinya untuk pergi ke dapur, Dyrroth berdiri tepat di belakang Roger karena merasa kurang sopan jika berada di depan orang yang lebih tua ditambah lagi Roger adalah tuan rumah.

Sesampainya mereka di dapur, mereka berdua melihat gelas yang pecah dan airnya tumpah kemana-mana. Tak jauh dari sana, terlihat Ruby yang sedang duduk di lantai dengan Selena yang terus memegangi tangannya.

Dengan perasaan khawatir, Roger segera bertanya "apa yang terjadi, Selena?". Sedangkan Dyrroth langsung menghampiri Ruby dan membantunya, Selena segera menoleh ke arah Roger dan menjawab "gelas itu terjatuh dan Ruby berusaha untuk membersihkannya, namun entah bagaimana.. ia malah terpeleset dan tangannya jatuh tepat diatas itu".

Dyrroth segera mengambil tisu yang berada di samping Ruby, ia terus membersihkan darah yang mengalir di tangan Ruby hingga pada akhirnya darah yang keluar mulai berkurang.

"Hei.. apa kau menangis?" Dyrroth bertanya kepada Ruby seraya terus membersihkan darah yang mengalir ditangannya.

Ruby menggeleng pelan "tadi sih iya.. tapi sekarang aku sudah merasa lebih baik!" Jawabnya dengan bersemangat.

"Lain kali kau perlu lebih berhati-hati lagi, Ruby. Kalau perlu, biarkan para maid saja yang mengerjakannya" Roger yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan Dyrroth, kini ia mulai membuka suara.

"Ayah, aku ini sudah remaja.. aku bukanlah anak kecil lagi, aku ingin bisa melakukan sesuatu yang sepele tanpa bantuan siapapun" jawab Ruby seraya menatap ayahnya dengan perasaan yang sulit untuk di tebak.

Roger kembali diam dan memperhatikan Dyrroth, ia berfikir bahwa Dyrroth tidaklah seburuk yang di pikirkan olehnya.

Sebenarnya sejak awal Roger merasa ragu tentang perasaan Dyrroth kepada putri tunggalnya, bahkan dengan apa yang di lihatnya saat ini, ia berfikir bahwa Dyrroth melakukannya karena ada dirinya disana.

Mungkin Dyrroth melakukan hal yang terlibat peduli di depan Roger untuk mendapatkan kepercayaan dari Roger, namun apa yang di pikirkan oleh Roger adalah salah.

Entah bagaimana, Dyrroth sendiri juga merasa bingung mengapa tubuhnya tiba-tiba saja tergerak untuk segera menolong Ruby.

Bahkan saat ini, Dyrroth masih merasa sangat khawatir kepada Ruby. Ruby terus saja tersenyum ke arahnya dengan tatapan seperti mengatakan 'aku baik-baik saja loh'.

Ruby : ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang