Tak lama kemudian, darah mulai berhenti mengalir dari tangan Ruby. Sudah banyak tisu yang di gunakan untuk membersihkan darah yang terus saja mengalir, kini saatnya Selena untuk membuang tisu-tisu tersebut ke tempat sampah.Angela baru saja sampai disana dengan membawakan kotak P3K, ia segera memberikan obat yang di oleskan ke tangan Ruby kemudian menutupnya menggunakan perban.
Catatan : Kotak P3K merupakan perlengkapan yang harus tersedia kapan saja dan di mana saja. Kotak ini berisi berbagai jenis barang yang dibutuhkan untuk penanganan awal saat cedera atau jatuh sakit.
Ketika Angela mengoleskan obat tersebut ke tangannya, Ruby merasa perih. Saat merasa perih, Ruby tanpa sadar mencengkeram kuat tangan Dyrroth untuk menahan perih yang ia rasakan.
Namun Dyrroth terlihat tidak keberatan dengan hal tersebut, ia malah terlihat sangat khawatir.
"Apakah anda merasa lebih baik, nona muda?" Angela bertanya seraya merapihkan kembali kotak P3K.
Ruby pun mengangguk, "Ini jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, terimakasih.. Angela".
"Ia tak mengucapkan terimakasihnya padaku? Kenapa ia hanya berterimakasih pada Angela?" Pikir Dyrroth, ia merasa bahwa itu sangatlah tidak adil.
Ruby menoleh ke arah Dyrroth dan menatapnya, ia kemudian memegang kedua tangan Dyrroth dan berkata "terimakasih banyak!".
Hanya dengan kata-kata 'terimakasih' saja, Dyrroth sudah dibuat tersipu-sipu olehnya.
Roger yang sedari tadi berdiri disana seraya menatap mereka berdua, kini memutuskan untuk pergi dari sana karena merasa bahwa Ruby akan baik-baik saja bersama dengan Dyrroth.
•
•
"Ruby : Obsession"
14©ppiuwz
•
•Kini sudah waktunya untuk segera pulang, sebelum pulang Dyrroth menyempatkan diri untuk berpamitan secara langsung kepada Roger yang berada di ruangannya.
Awalnya, ketika ia masuk kedalam ruangan besar tersebut, dirinya benar-benar dibuat terkejut oleh barang-barang yang terpajang di dinding.
Hal tersebut mampu membuat Dyrroth berfikir "sebenarnya apa pekerjaannya?". Namun, tujuan Dyrroth hanya untuk berpamitan secara langsung, ia tak berani menanyakan hal tersebut padanya.
"Om, saya izin pamit untuk pulang" ucap Dyrroth dengan menundukkan kepalanya seraya mengulurkan tangan dengan niat hati ingin bersalaman.
Roger mengabaikannya dan segera menjawab "baiklah, berhati-hatilah di jalan".
Dyrroth segera menurunkan tangannya dan menegakkan tubuhnya kembali karena Roger hanya diam di tempatnya dan melihatnya saja, ia pun segera berjalan menghampiri Selena yang berdiri di ambang pintu karena ia yang mengantarkannya sampai di ruangan tersebut.
Setelah keluar, Selena segera menganggukkan kepalanya perlahan sebagai pengganti kata 'permisi', ia kemudian menutup pintu besar dari ruangan milik Roger.
Dyrroth segera berjalan melewati Ruby tanpa berbicara sepatah katapun, namun tiba-tiba saja Ruby menghentikan langkahnya dengan cara memegang pergelangan tangannya.
Ruby segera bertanya "apakah ayah mengabaikan dirimu?".
Ia mengangguk perlahan, kemudian berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Ruby dan segera pergi dari sana.
Selena berjalan kearah Ruby, ia kemudian menepuk pundaknya perlahan. "Nona, mungkin ia merasa tertolak oleh ayahmu" ucapnya perlahan.
Mata Ruby mulai melebar, ia segera membuka pintu besar ruangan milik Roger dan masuk tanpa permisi. Roger segera menoleh ke arahnya dan bertanya "Ada apa? Tumben sekali kau ingin masuk ke ruangan ku, nak".
Ruby hampir tidak pernah masuk ke ruangan miliknya, hal itu karena banyaknya senjata api yang terpajang di dinding. Benda-benda tersebut membuat Ruby merasa tidak nyaman karena perasaan aneh sering kali muncul dalam dirinya ketika melihat benda-benda seperti itu.
"Ayah, apa kau mengabaikan Dyrroth?" Ucapnya seraya menggebrak meja, "Kau membuat dia badmood! Ayah tau kan betapa sukanya aku padanya? Kenapa ayah membuat ia merasa seperti tidak di terima oleh keluarga ini?".
Roger segera berdiri dan mengusap perlahan kepala putri tunggalnya itu, "Ruby, dia nampaknya tidak akan pernah bisa menyukaimu kembali. Lagipula, ayah bisa saja mencarikan yang lebih baik darinya".
Mendengar perkataan Roger membuat Ruby muak, ia segera menepis tangan ayahnya dan berkata "apa salahnya jika aku mencoba terlebih dahulu? Lagipula aku tidak ingin seseorang yang dicarikan oleh orang lain untukku!" Kemudian ia berlari keluar dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ruby!" Roger segera berlari mengejar putrinya, namun langkahnya terhenti ketika melihat Selena yang masih berdiri di depan pintu ruangannya.
"Selena, kenapa kau tidak mengejarnya!?" Bentak Roger, bulu-bulu tipis mulai terlihat di tubuhnya yang berarti ia hampir menjadi werewolf.
Selena menundukkan kepalanya dan menjawab "ia kini adalah seorang gadis, tuan. Terkadang ia juga membutuhkan waktu seorang diri untuk menenangkan dirinya sendiri".
Bulu-bulu tipis pada tubuh Roger mulai menghilang setelah mendengar perkataan Selena, ia segera masuk kembali kedalam ruangan dan menutup pintu rapat-rapat.
"Kukira karna aku adalah ayahnya, aku jadi mengira bahwa dirikulah yang lebih mengerti tentangnya, ternyata bukan..." Gumamnya.
Sementara itu, Ruby kini berada di kamarnya seraya menangis hingga kesulitan untuk bernafas, mungkin itu karena Ruby yang sudah menangis kurang lebih 1 jam tanpa henti.
Ia hanya menangis seraya memainkan ponselnya, berusaha mencari sesuatu yang dapat membuatnya berhenti untuk menangis.
Tok tok tok...
Terdengar suara ketukan dari arah pintu kamar milik Ruby, Ruby hanya terdiam dan mengabaikannya karena ia mengira bahwa yang mengetuk pintu kamarnya adalah sang ayah–Roger.
"Nona, ini aku... Angela".
Mendengar perkataan tersebut membuat Ruby segera beranjak dari tempat tidurnya, ia dengan cepat membuka pintu kamarnya dan menarik tangan Angela kemudian menutup rapat kembali pintu tersebut.
Angela segera memeluk Ruby, sedangkan Ruby malah menangis sejadi-jadinya. Akan tetapi Angela paham jika menangis dapat membantu agar ia merasa lebih tenang.
"Tak apa, keluarkan saja.. anda tidak perlu menahannya, keluarkan saja tangisan itu" ucap Angela seraya mengusap-usap kepala Ruby.
Benar saja, Ruby berusaha untuk menangis bahkan hingga berteriak agar ia bisa merasa lebih baik dibandingkan sebelumnya. Bahkan, Ruby berusaha untuk bercerita tentang apa yang terjadi walaupun ia sedikit kesulitan untuk mengatur nafasnya.
"A-ange..la..."
"Anda boleh bercerita nanti, saya akan terus menemani anda disini hingga anda merasa baikan, Nona" Angela meyakinkan Ruby agar ia tak memaksakan diri dalam keadaan seperti ini.
Beberapa menit telah berlalu, kini Ruby sudah benar-benar merasa lebih baik. Ia segera pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya, kemudian kembali ke kamar dan duduk diatas ranjangnya.
Selena datang dengan membawakan makanan untuk Ruby, Angela, dan juga untuk dirinya sendiri. Bukannya tidak sopan kepada majikannya, akan tetapi Ruby sudah meminta agar mereka berdua makan bersamanya di dalam kamar.
Ruby bercerita tentang keluh kesalnya hari ini kepada mereka berdua seraya memakan sup yang masih hangat itu bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruby : Obsession
Teen FictionKurang lebih 3 tahun Ruby menyukai salah seorang teman sekelasnya, ia selalu berusaha agar lelaki yang di sukai olehnya menerima cintanya. Namun sudah lebih dari 44 kali menembak, lelaki itu tidak pernah menjawab apapun. Terkadang Ruby kesal, ia han...