Dua Puluh Dua • Dream

197 23 11
                                    




🐶🐰









"Kau langsung ke prep school, Nojam?" Jaemin membenarkan posisi tali tasnya yang melorot lalu menatap Jeno lamat-lamat.


Yang ditanya mengangguk sekali lalu balas bertanya, "apa kau langsung pulang ke asrama?"


"Ah, tentu saja."


Kedunya saat ini tengah berjalan keluar dari gedung sekolah. Cuaca mendung tetapi hujan tidak ada tanda-tanda menghadirkan diri.


"Tidak ada seminar yang harus kau datangi hari ini?" tanya Jeno lagi.


"Uhm, sepertinya tidak ada."


Jeno menghentikan langkahnya, lalu menggandeng tangan Jaemin dengan erat. "Aku pergi dulu, ya?" pamitnya kemudian.


Jaemin mengangguk seraya melepaskan untaian tangan keduanya.


"Baibai, Cintaku~" Dengan ini, Jeno pun berlari kecil sambil sesekali menoleh ke belakang, melambaikan tangan kepada cintanya yang ia tinggalkan barang sebentar.


Musim panas di tahun ketiga SMA terasa sangat cepat, tahu-tahu sudah musim gugur saja.



Jeno masih berkerja paruh waktu, diselingi oleh kelas tambahan di prep school-nya.


Sementara itu, Jaemin mendatangi beberapa kali seminar karir dan belajar lebih giat untuk bekal saat ujian kelulusan.


Sekarang, dengan kesibukan yang menghabiskan waktu di setiap harinya, tidak terasa kalau mereka hanya mempunyai kurang lebih enam bulan lagi dan setelah itu mereka keluar dari asrama dan menyambut dunia kedewasaan yang sudah menanti.


Di sela-sela, Jaemin juga sering mempertanyakan sampai kapan dia dan Jeno akan terus bersama. Bahkan ia pernah membayangkan kalau dirinya akan berpisah dengan Jeno ketika mereka sudah lulus nanti.


Negative thinking itu memang hal yang buruk, tetapi terkadang bisa menghentikan harapan yang selalu mengiming-imingi tentang keindahan palsu.


Back to reality, kalau kata batin Jaemin.


Jalan menuju masa depan keduanya saja sudah sangat berbeda. Jaemin acap kali merasa kalau Jeno semakin menjauh setiap harinya.


Entah itu realita atau bukan, yang Jaemin tahu dia harusnya tidak memikirkan tentang hal bodoh dan beralih kepada ujian kelulusan saja.


Terlalu egois jika ia terus menginginkan Jeno berada di sisinya, selamanya, walaupun itu mimpinya.


Dia sangat mencintai si Pemuda Lee, tetapi ada realita yang harus dihadapinya nanti, dan dia harus siap, mau tidak mau.


Meskipun Lee Jeno berjanji tentang tidak ada yang akan memisahkan mereka berdua di masa depan.


Itu mimpi lain yang ada di benaknya.









Itu mimpi lain yang ada di benaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOJAM & JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang