Tujuh Belas • Sketch

920 124 29
                                    




🐶🐰










"Sekarang Ssaem akan membagikan form ini kepada kalian. Kalian harus mengisinya dengan benar dan mengumpulkannya besok lusa."


Jeno mengerjap lambat, menatap Yook Ssaem yang sedang membagikan lembaran-lembaran form di depan kelas. Tidak seperti teman-teman sekelasnya yang lain; yang sibuk bergumam, Jeno malah melamun sendirian.


"Yo, Nojam, oper ke belakang," ucap Daehan, membuyarkan lamunan sahabatnya.


"Eung? Oh, okay." Sejenak bingung, lalu Pemuda bermarga Lee itu mengambil lembaran-lembaran forms dari tangan Daehan dan mengopernya ke meja belakang.


Setelah ia mendapatkan form-nya sendiri, lagi-lagi ia melamun.


Kali ini, ia memikirkan hari-hari yang sudah dilewatinya bersama Jaemin. Yang ternyata, tanpa disadari, sudah satu tahun berlalu.


"Ini sudah hampir semester kedua, Ssaem yakin kalau semestinya kalian sudah mempunyai bayangan tentang rencana masa depan kalian." Yook Ssaem bersedekap, menatap muridnya satu persatu dengan senyum tampannya. "Apapun yang kalian tulis di form itu, kalian bisa menggantinya sesuka hati di masa depan nanti. Tetapi Ssaem ingin mengingatkan, tentukanlah dengan matang apa yang akan menjadi tujuan kalian dan Ssaem harap itu tidak hanya akan menjadi sekadar sketsa asal jadi saja."


Manik rubah Jeno menjelajah cepat kolom-kolom kosong di form. Untuk kesekian kalinya ia membaca huruf-huruf yang tercetak tebal di bagian paling atas; Career Inquiry Form.


"Jangan lupa mengumpulkannya besok lusa!" Yook Ssaem membuka buku absen. "Dan oh, ada pertemuan orangtua dan wali kelas awal semester depan, okay?" tutupnya yang disambut oleh gumaman rendah dari seisi kelas.


Jeno mendesis, mendengar kalimat 'pertemuan orangtua dan wali kelas' tadi. Sudah bisa ia pastikan kalau Taeyong Hyung-nya tidak akan bisa, ralat, tidak akan mau datang untuk sekadar membahas hal yang membosankan. Sementara Ayahnya?


"Pft! Mimpi." Ia menahan tawanya ketika memikirkan tentang kemungkinan kalau Ayahnya bersedia datang.


Keluarganya termasuk orang berada. Dengan segala aset yang dimiliki secara turun temurun, seperti perusahaan, beberapa saham yang bernilai fantastis, lahan kosong yang kini sedang dalam tahap pembangunan real estate, Jeno sudah yakin kalau Ayahnya pasti menertawakan apapun yang akan ditulisnya di dalam form.


Juga, sudah bisa dipastikan, Ayahnya akan mengatakan hal-hal yang biasa dikatakan oleh para borjuis, seperti misalnya:


"Kenapa kau repot memikirkan pekerjaan ketika yang harus kau lakukan hanyalah pulang, menjadi anak baik dan meneruskan perusahaan?"

NOJAM & JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang