Delapan • Family

2.9K 406 20
                                    




🐶🐰









"Kalian tidak jalan-jalan? Di taman dekat sini sedang ada pertunjukan amal untuk Natal, loh," tanya Nyona Na dengan kedua tangannya yang cekatan membereskan meja makan; mengangkat piring-piring kotor dan lauk yang tersisa di meja.


Jeno dan Jaemin saling melemparkan pandangan, lalu Jeno mengerling penuh arti pada Jaemin. "Ayo!" ajaknya penuh semangat.


Tak lama, keduanya sudah siap untuk berangkat dan sedang memakai sepatu di hyeongwan. Namun Nyonya Na datang dan menarik lengan Jaemin dengan cepat, mencegahnya membuka pintu. "Pakai mufflernya yang benar, Nana," ujar Nyona Na seraya mengulurkan tangannya, membenarkan simpul muffler Jaemin yang longgar.


Lalu Nyonya Na berpaling, tersenyum pada Jeno yang sedang memperhatikan interaksi Ibu dan Anak di hadapannya sekarang. "Jeno juga, pakai jaket tebalnya Papa, ya? Yang kau pakai sekarang tipis sekali, tunggu." Dengan ini Nyonya Na berlari ke dalam dan kembali dengan Tuan Na bersamanya, menenteng padding tebal.


"Hati-hati!" pesan Tuan Na sebelum keduanya berjalan keluar rumah.


Jeno mengangguk mantap. Lalu setelah berpamitan dan menutup pintu, Jeno menggamit lengan Jaemin, meminta untuk berjalan bersisian.


"Aku iri," kata Jeno lirih. Jaemin hampir saja tidak mendengarnya kalau dia tidak berjalan sedekat ini dengannya. "Aku juga ingin diperhatikan sepertimu tadi," lanjutnya tanpa melepas pandangannya dari anak tangga.


Jaemin terkekeh pelan. "Kalau begitu, sering-seringlah ikut aku pulang ke rumah. Ma tampaknya juga suka padamu, Nojam."


Senyuman tipis terukir di bibir Jeno mendengar kalimat yang diucapkan Jaemin. "Aku bukan siapa-siapa," ujarnya setengah berbisik.


Jitakan mulus mendarat di kepala Jeno, itu dari Jaemin yang sudah cemberut, menggembungkan pipinya serta mengerucutkan bibirnya kesal.


"Kau itu pacarku, seharusnya bilang 'terima kasih' atau 'baiklah aku mau', kau malah berbicara seperti itu!" protesnya.


Jeno meringis sambil mengelus kepalanya yang dipukul Jaemin. "Maafkan aku."


"Kau sekarang sudah menjadi bagian dari keluargaku juga, Nojam. Jangan berpikir seperti itu lagi, ya?"


Satu kecupan mendadak mendarat di pipi membuat Jeno tersentak kaget dan wajahnya langsung memerah padam.


"Jangan bermuram durja seperti itu. Kau merusak malam yang indah ini saja, Nojam," ucap Jaemin sambil menyeringai lebar.









 Kau merusak malam yang indah ini saja, Nojam," ucap Jaemin sambil menyeringai lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Ini sudah hari kedua Jeno menginap di rumah Jaemin. Siang ini keduanya tidak mempunyai rencana apa-apa. Jadilah mereka hanya bermalas-malasan di ruang tengah sejak tadi. Membaca manga koleksi Jaemin, bermain game di ponsel, sampai bermain kartu dengan Tuan Na juga sudah dilakukan, tapi malah semakin membuat keduanya bertambah bosan.


NOJAM & JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang