Dua Puluh Tiga • I'm Home!

302 27 5
                                    




🐶🐰









Satu tahun kemudian.


Matahari terbit datang seolah-olah telah merindukan langit dan tidak menginginkan apa pun selain menghangatkan warna biru gelap dengan semburat keemasan yang bersinar.


Pagi mengundang orang untuk bangun dari mimpi dan mulai menjalani realita. Banyak yang bermalasan meski cakrawala telah menyala, banyak juga yang sudah bersiap menyambut hari dengan tawa.


Seperti yang dilakukan oleh Jeno dan Jaemin pagi ini. Keduanya telah bangun sedari tadi dan bersiap untuk memulai hari.


"Nojam? Apa sampahnya sudah dibuang?" tanya Jaemin sambil memakai blazer kerjanya.


"Sudah, Sayangku..."


"Yang habis apa saja selain pasta gigi?"


"Hm... detergent dan pelembut pakaian."


"Kalau begitu aku akan mampir ke supermarket sepulang kerja nanti."


Jeno menjeda gerakannya yang tengah mengumpulkan buku-buku materi lalu melayangkan tatapannya kepada sang kekasih hati.


"Sini," panggilnya.


Jaemin terdiam sejenak lalu berjalan mendekat kepada Jeno.


"Aku yang akan berbelanja dan kau yang akan memasak, bagaimana?" tawarnya sambil membetulkan sampul dasi yang Jaemin pakai. "Hari ini kelasku tidak banyak dan kerja sambilanku libur. Kita bagi tugas, oke?"


Senyum secerah sinar matahari menyapa Jeno. Jaemin mengangguk cepat sebelum akhirnya mencium pipi kekasihnya itu dengan gemas.


Masa depan yang dulu ditakuti Jaemin sekarang tidak lagi menjadi beban pikiran. Karena semuanya berjalan dengan mulus sesuai dengan rencana.


Jaemin bekerja di perusahaan trading sementara Jeno masih menimba ilmu sebelum akhirnya mendapatkan predikat guru. Keduanya menyewa seunit flat dekat stasiun dengan Tuan Na sebagai wali mereka.


Memang, di antara hari-hari cerah pasti akan ada hari mendung, tetapi itu tidak dengan mudah memisahkan keduanya.


Malah yang ada, keduanya semakin lengket dan orang tua Jaemin ingin cepat-cepat merencanakan pertunangan keduanya.


"Aku harus berangkat sekarang," pamit Jaemin.


Jeno mengangguk cepat. "Maaf tidak bisa mengantarmu ke stasiun. Aku masih sibuk menyiapkan tugasku."


"It's okay, aku berangkat dulu, bye Nojam!"


"Sini, cium dulu!" Satu kecupan mendarat di pipi Jaemin dan satu lagi di bibirnya. "Hati-hati ya, Sayangku, Cintaku!"


Ah, mesranya.









Ah, mesranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOJAM & JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang