08 M.H

38.5K 545 14
                                    

Glara tampak semakin meringkuk di dalam selimut setelah merasa kalau suasana jadi kelewat dingin, sampai pada akhirnya dia membuka matanya sedikit....

Ketika mendengar suara air hujan menimpa atap rumah, perasaannya tiba-tiba saja jadi girang “mudah-mudahan hujannya sampe siang” bibirnya langsung menyunggingkan senyum tipis seusai membuat permohonan di dalam hati

Bertepatan dengan itu pula, ilyas yang semulanya tidur di kasur bawah secara tiba-tiba malah ikut terbangun dan segera naik keatas tempat tidur “Dingin Glara...” ujarnya ikut mencari kehangatan di dalam selimut yang sama dengan Glara

Mata Glara lekas terbelalak, tapi ketika mendengar suara keluhan dari ilyas dia kembali memejamkan matanya, Glara pikir itu orang lain. “oh jadi Om ilyas tidur di bawah,” meskipun terkesan aneh, tapi apa yang di lakukan oleh Ilyas jelas di luar dugaannya, Glara pikir pria itu akan bertindak sebaliknya.

“ makanya pake baju” balas gadis itu masih betah memejamkan matanya

Tapi ilyas justru semakin menenggelamkan dirinya di dalam selimut “coba nyalain lampunya” pintanya

Glara terlihat enggan menyalakan lampu karena merasa malu dengan wajah ala kadarnya ketika di pagi hari begini, apalagi dia sudah bolak balik terlihat konyol di hadapan pria itu, masa kali ini harus terulang lagi.

“enggak usah om, toh masih subuh juga kan” tolaknya

“kok gitu, emangnya kamu mau tidur lagi?” seperti orang-orang pada umumnya, suara Ilyas pun juga agak serak ketika baru bangun tidur

“hum” Glara mengangguk ringan, padahal semalam nada bicara Ilyas ketus dan terkesan dingin tapi pagi ini pria itu justru kembali berbicara dengan hangat seperti sebelum-sebelumnya.

Senyuman tipis seketika terbit di bibir ilyas, kemudian lengannya terulur guna mengusap pipi Glara dalam diam. Merasa tindakannya tidak mendapat penolakan, ilyas pun mulai berani menarik pingang Glara hingga merapat dengan tubuhnya

tentu saja gadis itu langsung memundurkan kepalanya supaya wajahnya tidak terlalu dekat dengan ilyas sebab jantungnya juga kini mulai berdegup begitu hebat. Di dalam hati Glara sungguh berharap kalau ilyas tidak akan menyadari bahwa saat ini dia sedang kelewat gugup

“ kamu takut tidur sendirian kan?” bisik ilyas

“enggak.” elak Glara

“kamu mau tolongin saya nggak?”

“a— apa?” bibir Glara tampak ragu saat bertanya

“coba balik badan” titah Ilyas begitu tenang

Glara lalu secara perlahan berbalik untuk memunggungi Ilyas, sehingga kini pria matang itu bisa lebih leluasa memeluknya dari belakang

“ coba tekuk lututnya, biar lebih nyaman” ucap Ilyas menyerupai bisikan sehingga mampu membuat tubuh Glara meremang seketika

Tanpa mengatakan apapun Glara kemudian menuruti arahan ilyas, dia tidak tau kenapa mau-mau saja melakukan apa yang di perintahkan oleh laki-laki di belakangnya seperti seolah-olah apa yang sedang terjadi sekarang adalah keinginannya juga.

Ketika merasakan gundukkan keras serta hangat di bawah sana menekan begitu kuat bokongnya, Glara hanya bisa bungkam dan mendengarkan deru nafas ilyas yang kian waktu semakin berat di balik pungungnya. Pria itu juga terus saja semakin menekannya di bawah sana

Karena Glara hanya terdiam, ilyas akhirnya sedikit mundur dan mengeluarkan sesuatu yang sudah menegang sedari tadi. setelah itu secara perlahan dia menurunkan celana Glara sampai sebatas paha tanpa mengatakan apapun

“kakinya di angkat sedikit” bisiknya  sembari membantu Glara mengangkat kakinya lalu begitu hati-hati menempelkan kelaminnya di depan bibir kewanitaan gadis itu setelahnya ilyas membiarkan paha mulus Glara menjepit kejantanannya

“Om, aku mau pulang”

Glara Sama sekali tidak berani untuk bergerak sedikit pun sebab merasakan kulitnya bersentuhan langsung dengan kejantanan Ilyas yang terasa hangat serta padat.

“katanya mau tidur lagi”

“nggak jadi, aku mau pulang”

“hujannya kan masih belum redah, masa mau pulang ” Kata Ilyas sambil mengusap bibir ranum yang selama ini hanya bisa dia pandangi “hum?...”

“nggak papa” cicit Glara sambil menjauhkan jemari ilyas dari bibirnya

“Tidur lagi aja, ini kan masih subuh” bujuknya sembari memperbaiki posisi selimut dan memeluk Glara dengan sikap yang tenang seolah dia tak melakukan apapun ke gadis itu.

Di saat seperti ini, ilyas jadi teringat ketika Glara baru menginjak bangku SMP. Waktu itu seingatnya Glara sudah mulai berani bersikap centil di hadapannya bahkan berani memeluknya di setiap kesempatan

Waktu itu dia hanya bisa tersenyum maklum dan sama sekali tidak tertarik dengan Gadis yang sedang dia dekap Saat ini, lagi pula mana mungkin pria dewasa sepertinya bisa tertarik dengan anak kecil. Tapi ada waktu dimana dia  tidak sengaja melihat Glara mengitipnya sedang bermesraan di dapur bersama kekasihnya

Sejak saat itu di menyadari kalau Glara telah memandangnya berbeda, dia bahkan selalu menangkap tatapan jijik gadis itu yang terang-terangan di tujukan kepadanya.

Setelah beberapa tahun berlalu, ada satu waktu ketika dirinya merasa takjub karena melihat perubahan fisik Glara yang di rasanya amat sangat drastis. Mungkin selama beberapa tahun itu dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sehingga tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya dan saat kembali melihat gadia SMA bersurai hitam sepungung agak sedikit bergelombang sedang berdiri di sebrang jalan tepat di depan rumahnya itu, ntah mengapa hal tersebut justru membuatnya kesulitan untuk berhenti menatap Gadis itu lekat-lekat.

Menyadari Glara terlalu berharga untuknya, ilyas akhirnya sadar kalau tindakannya sangat bejat. Bagaimana mungkin dengan beraninya dia mengaku menyayangi Glara tapi sekarang dia justru malah menurunkan celana gadis itu

kemudian secara perlahan ilyas menjauhkan kejantanannya dari himpitan paha Glara dan segera memasukkan kembali kedalam celananya lalu mengecup kening Glara sekilas. "Tunggu sebentar ya" Setelahnya dia turun dari tempat tidur dan melangkah menuju ke kamar mandi

Glarapun kembali menaikkan celananya dan kemudian duduk di pinggir ranjang seraya meremas celananya begitu erat, setelah menenangkan diri dia kemudian menyalakan lampu kamar lalu setelah  itu membawa laptop serta gulingnya keluar dari kamar ilyas

Karena pintu utama terkunci, Glara Jadi tidak bisa pulang. Lama dia menunggu di ruang tamu sampai ketika ilyas datang menghampirinya dia segera bangkit dari duduknya dan berjalan cepat menuju ke ilyas

Buk

Satu bogeman mentah tepat mengenai perut Ilyas, bahkan pria itu sampai memegagi perutnya karena kepalan tangan Glara terlalu kuat “kamu kenapa lagi? ”

“ BUKA PINTUNYA!” bentak Glara sembari mendorong bahu Ilyas cukup kuat “Dasar tua bangka bejat, gak punya otak! Buka pintunya” cemohnya

“kuncinya ada di atas situ” ilyas memberi tahu sambil menunjuk bufet

Glara pun segera menghampiri dan mendapati kunci di sana, setelah itu dengan segera dia membuka pintu rumah kemudian buru-buru mengambil tas dan bantal gulingnya

“liat aja, om bakal ku aduin ke nenekku, om bakal masuk penjara!” ancamnya sambil melangkah keluar dari rumah dengan penuh amarah.

OM ILYAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang