Setelah tiga hari berlalu, sekarang tampak ada seorang gadis yang baru saja keluar dari dalam mobil namun pokus perhatiannya justru malah terpaku ke arah sosok pria berkemeja putih yang tampaknya juga baru saja keluar dari dalam mobil, gadis itupun lantas terus memperhatikan sembari menutup pintu mobilnya. Sehingga saat mata gadis itu bertemu dengan mata pria yang di pandangi sejak tadi, diapun seketika langsung menyungingkan senyuman cerah sebagai tanda sapaan secara tak langsung. Bahkan saat pria itu datang berniat menghampirinya diapun ikut melangkah menuju ke depan mobilnya agar bisa bertemu dan saling menyapa dengan benar di tempat yang tepat "sore mas Ilyas?" Sapanya penuh sopan santun
"Oh ternyata bener Gani. Saya pikir siapa, tadinya saya hampir nggak ngenalin. Karena kamu udah jarang main kesini" ujar ilyas balik menyapa
Sama seperti biasanya, Gani hanya menunyungingkan senyuman seperlunya "kesibukan anak SMA kan nggak ada habis-abisnya, jadi waktu mainnya dikit... oh ya, Mas nggak mau sekalian mampir ke rumahnya Glara. Tadinya aku ke sini karena di suruh sama bunda Emma buat ngajak Glara sama nenek lina camping keluarga, kalau mas ilyas mau gabung justru malah lebih bagus lagi" paparnya
Ilyas yang mendengar hal tersebut lantas merasa jika rencana camping keluarga itu adalah sesuatu yang sangat dia butuhkan untuk saat ini. "Saya nggak mungkin nolak" ujarnya penuh tertarik sembari mengambil langkah beriringan dengan Gani menuju kerumah Lina.
"Dasar cewe setres!" Umpatan Sania terdengar cukup keras saat dia tengah berjalan menuju ke depan tampa memperhatikan dua sosok yang juga tengah melangkah menuju ke arahnya, hingga ketika Sania kembali menoleh ke depan matanya sontak langsung terbebelalak kaku saat mendapati kehadiran Gani tepat di depan matanya" kok lo bisa di sini, bukannya lo lagi di luar negri?" Tanyanya seolah masih belum mempercayai jika saat ini Gani telah kembali muncul di hadapannya.
" harusnya gue yang nanya, ngapain lo ada di sini?" Ujar Gani terkesan dingin
Karena di tatap begitu tajam oleh Gani, Sania jadi tak bisa menutupi rasa gusarnya "ya emangnya kenapa, Glara tuh kakak gue" jawabnya cukup berani
Sebelah Alis Gani lantas terangkat "kakak lu dari mana?" Tanyanya skeptis, tentu baginya fakta tersebut sangat tak masuk akal. Namun rasa-rasanya mana mungkin juga Sania mau mengakui sebagai adik dari Glara kalau faktanya memang tak begitu adanya.
"Dari bokap gue"
"Bokap?. Apa maksudnya sih, gue nggak paham"
"Gani... Sania ini juga anaknya pak Januar papah dari Glara" celetuk ilyas segera menengahi karena dia merasa nada bicara Gani sangat mirip dengan Cara Glara berbicara kepada Sania
Sedang Gani yang mendengar fakta tersebut, tampaknya tak lagi menutupi rasa mirisnya. Pikirnya pasti ini sangat menyebalkan karena Glara justru malah tinggal di bawah atap yang sama dengan anak selingkuhan dari ayahnya sendiri "oh gitu ya, kalau gitu mas ilyas masuk aja duluan. aku masih ada yang perlu di bicarain sama Sania" ujarnya kemudian.
Walaupun tak paham dengan ketidak sukaan Gani terhadap Sania, ilyas sendiri lebih memilih untuk tak ingin ikut campur dengan urusan anak remaja dan memutuskan pergi meninggalkan kedua gadis itu
Setelah ilyas hilang dari pandangannya, Gani kemudian kembali menatap Sania yang kini masih berdiri di ambang pintu "gue kasih tau ya, dalam waktu seminggu ke depan lo harus udah ninggalin rumah ini, kalau tetep masih ngotot mau tinggal di sini gue janji bakal langsung sebarin video termasuk rekaman suara lo sama Sachi pas di dapur malam itu. Paham" ujarnya lalu sedetik kemudian dia langsung saja melemaskan saraf-saraf wajahnya dan tersenyum cerah saat melihat kemunculan Lina dari ruang tengah, dia kemudian segera masuk ke dalam rumah sembari menabrak bahu Sania cukup kasar " apa kabar nek?" Sapa Gani begitu cerah
"Baik kok Gani sayang, kamu sendiri gi mana?" sambut lina penuh suka cita
Sedang Sania sendiri tampaknya tengah menahan gejolak amarahnya karena perlakuan seenak jidatnya Gani "Nggak apa-apa, gue cuman harus pindah dari rumah ini. Kalau bukan karena gue tinggal di sini Gani juga nggak ada niatan ngancem kayak gitu setiap saatkan" batinnya mencoba menenangkan dirinya sendiri untuk lebih bersabar terhadap Gani
●●●
Akhirnya setelah hari kemarin telah berlalu, pagi ini Glara pun tengah menyiapkan keperluan yang akan dia menuju ke tempat camping. Namun sayangnya dia tak berangkat seorang diri dari rumah seperti sebelum-sebelumnya sebab ilyas dan Sania pun juga ikut turun serta sedangkan neneknya, wanita paru baya tersebut justru lebih memilih menolak karena sedang memiliki acara penting lain yang harus di hadiri.
Akhirnya setelah seluruh keperluan yang akan di bawanya telah beres seluruhnya, Glara kemudian baru membawa barang-barangnya tersebut keluar dari dalam rumah dan langsung memberikannya ke ilyas yang sudah lama menunggu
"Sania masih belum selesai?" Ilyas menerimanya sambil memandang penasaran ke belakang pungung istrinya
"Belum, biasalah cewe" balas Glara santai, tapi seketika kedua alisnya langsung terangkat cukup tinggi saat melihat kedatangan motor yang di tumpangi oleh dua lelaki seusia dirinya. Ilyas pun ikut menoleh ke arah motor yang kini telah berhenti tepat di sebelah mobil miliknya
"Pagi manis..." sapa Gabril begitu berseri-seri sesuai turun dari motor, senyumannya pun tampak terus mengembang di wajahnya ketika melangkah menghampiri Glara
Di sapa seperti itu bukannya Senang Glara justru malah mengerjapkan matanya hingga beberapa kali, sejujurnya dia sungguh tak begitu mengenal Gabril dia hanya tau kalau permuda tersebut bernama Gabril sebab sosoknya cukup terkenal di sekolah karena memilki kepribadian yang ramah serta sangat pandai berbicara "lo mau kemana Gabril?" Tanyanya keheranan sambil memandang ransel besar yang ada di gendongan pemuda itu
"Lah ikut camping lah, gue sama Aksa. Kita berdua ni, di ajakin sama si Sania buat ikut camping keluarga. Iya kan Cuy, Sania ngomong makin rame makin bagus kan" sahut Gabril sambil meminta pembenaran ke arah Aksa yang masih setia duduk di atas motornya
Glara kemudian melirik ilyas, ya Gani kemarin memang sempat mengatakan itu tapi dia tak berfikir kalau Sania akan mengajak Aksa serta Gabril. " gitu ya..." jawabnya agak tersenyum kaku
"Iyalah camping gratis siapa yang bakal nolak" ujar Gabril kembali penuh semangat
"Bayar ke gue sih sebenernya" balas Glara
"Mana ada, ngibul lu ya"
"Yee, buruan bayar"
"Nggak ada duit pe'a"
Menonton perdebatan antara Glara dengan Gabril memang menarik, namun ilyas sendiri justru malah memperhatikan Aksa dengan penuh tanya. Padahal seingatnya, Aksa itu tipe laki-laki yang talkaktiv namun anehnya sejak tadi raut wajahnya masih saja terlihat murung. Bahkan saat ilyas menoleh ke arah Glara, istrinya itu pun tampaknya juga tak memiliki niatan ingin mengajak Aksa berbicara, seolah keduanya memang sengaja saling mendiamkan.
"Ayo buruan ke buru panas..." seru Sania dari arah belakang, sehingga hal tersebut langsung menyita perhatian semua mata "Gabril lu bareng Glara sama om ilyas aja naik mobil ya, gue mau naik motor sama Aksa" ujarnya begitu ringan sembari meletakkan barang bawaannya di dekat mobil
"Bareng siapa aja oke-oke aja gue mah" balas Gabril tak merasa keberatan sedikipun
KAMU SEDANG MEMBACA
OM ILYAS [END]
Romance⚠️FOLLOW 🔞 Adult content Pada dasarnya pernikahan itu terjadi atas dasar kemauan sendiri, tapi bagaimana jika seorang Glara yang baru mengijak usia 18 tahun justru di desak oleh keluarga neneknya untuk menerima pinangan dari om-om yang tinggal tep...