36 M.H

12.7K 274 21
                                    

Ini adalah hari yang telah Glara nanti-nantikan sejak lama. Karena tepat pada hari ini rencananya dia akan berangkat menuju ke Pantai serawan bersama dengan ilyas tentunya, jadinya Glara tak perlu pusing-pusing lagi memikirkan soal biaya penginapan, konsumsi, serta transportasi.

Setelah sampai di pekarangan rumahnya tampa di temani oleh Sania, Glarapun berhenti dan memarkirkan motornya di samping rumah lalu setelah itu melangkah menuju ke teras rumahya. Namun saat teringat akan satu hal diapun mendadak berhenti untuk sekedar mengecek waktu di ponselnya yang masih menunjukkan pukul 2 siang sehingga Glara pikir dia masi punya waktu satu setengah jam untuk mempersiapkan semua keperluan yang akan dia bawa pergi nanti.

[WhatsApp]

Om jangan lupa ya, kita pergi ke serawannya jam 4 sore loh. 14.10

Tak hanya mengecek waktu Glara juga menyempatkan diri mengirimi pesan pengingat untuk ilyas agar pria itu tak lupa dengan agendanya hari ini, setelah selesai Glara kembali memasukkan ponselnya ke dalam sakunya sembari memandang penasaran dua pasang alas kaki yang terdapat di depan pintu yang sedang terbuka lebar " lagi ada tamu ya?" gumamnya seraya menegok ke dalam rumah namun sayangnya dia tak mendapati siapapun berada di ruang tamu. Hingga akhirnya Glarapun sadar kalau orang yang datang berkunjung adalah anggota keluarga, sebab setiap ada keluarganya yang datang mereka pasti akan memilih untuk beristirahat di ruang tengah "assalamualaikun" ucapnya sembari melangkah masuk ke dalam rumah

"waalaikumsalam" balas orang-orang yang ada di rung tengah

"kak Lala"

Bukannya senang atas kedatangan keluarganya Glara justru malah terpaku saat melihat kehadiran jamima, Aletta serta Alana di dalam rumahnya. Padahal sebelumnya Glara pikir nenek jamimanya itu telah pulang ke daerah asalnya sejak lama ternyata wanita paru baya tersebut masih betah belama-lama di daerah ini. "Lana" balasnya lirih

Jamima tampak mengulas senyum mengejek "nikahanmu kok dadakan, kamu hamil ya?" tanyanya memandang Glara sekilas

Aletta yang mendengar lontaran prontal ibunyapun lantas tak bisa menahan keterkejutannya "mah..." tegurnya karena merasa tak enak dengan Glara apalagi tante linanya juga sedang pergi keluar untuk membeli sesuatu, jadi tak ada yang bisa membantu Keponakannya yang sedang di intimidasi oleh ibunya

Sama seperti Aletta Glara juga sempat terkejut saat mendengar tudingan Jamima "nggak nek, aku nggak hamil" tepisnya terdengar sopan

"halah, nggak mungkin. Semua keluarga udah tau kalau kamu pasti udah sering tidur sama laki-laki di luar nikah, he... Asal kamu tau ya di keluarga kita nggak ada tuh anak gadis yang nakal kayak kamu. Kelakuan ibu sama anak kok sama" cibir Jamima begitu pedas

Aletta lagi-lagi melotot "mah, kenapa sih. Glara, mending ganti baju dulu sana" pintanya

Emosi Glara langsung saja tersulut saat mendengar ucapan Jamima barusan, padahal dia selalu menghormati Jamima tapi kenapa adik sepupu dari neneknya itu justru malah berkata demikian " Nenek omongannya di jaga ya. Ibuku udah nggak ada, dan siapa juga yang sering tidur sama laki-laki di luar nikah. Kalau bertamu ke rumah orang etikanya di jaga dong, ngomongnya jangan asal nyablak kayak orang goblok! "

"Glara!!"

gadis yang tengah terbawa emosi itupun sontak terdiam saat mendadak di bentak oleh seseorang, Glara lalu menoleh ke arah sumber suara dan mendapati kehadiran nenek serta ilyas di sana

"omongan macam apa itu, cepet minta maaf ke nenek Jami" titah Lina tak kalah emosinya setelah mendengar ucapan kasar cucunya terhadap saudari perempuannya

Glara memalingkan wajahnya di susul dengan dengusan kesal "ogah. Orang dia yang salah" ujarnya sambil bangkit dari duduknya

"Glara, yang baik kalau bicara sama orang tua" karena tak senang mendengar ucapan ketus Glara ke Lina, ilyaspun jadi ikut geram dan ikut angkat bicara

" Glara ini nggak punya sopan santun ya" sindir jamima lagi

Glara sendiri sempat menoleh ke arah Ilyas sekilas lalu memalingkan wajahnya "terserah deh, capek." balasnya tak bersemangat sembari melangkah menuju ke kamarnya lalu masuk dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat

Lina sendiri hanya bisa menatap nanar pintu kamar yang baru saja di masuki oleh cucunya "Jami, maafin sikapnya Glara ya. Dia masi muda, jadi emosinya belum stabil" ucapnya sembari duduk di sebelah jamima yang masi di liputi kekesalan

"Mbak belain terus sih, jadinya anaknya nggak punya sopan santun" balas Jamima terkesan tak ingin berdamai, lalu diapun beralih menengok ke arah ilyas "iyas, tante bisa minta tolong nggak. Tante ini mau pulang ke rumah, cuman nggak ada yang bisa nganterin. Soalnya Haris sakit terus Surya juga lagi pergi keluar kota jadinya nggak ada yang bisa nganterin tante pulang. Makanya Tante ke sini buat minta tolong, kamu bisakan nganterin tante pulang. Lagipula besok Weekend loh, jadi tempat kerjamu libur kan?" Pintanya penuh rayuan maut

Ilyas yang duduk di belakang Linapun sempat terenyak dan berfikir ucapan Jamima barusan rasanya lebih ke arah pemaksaan dari pada meminta tolong. "umm... Maaf Tante, bukannya saya nggak mau nganterin. Cuman hari ini sampai besok, saya juga ada kepentingan yang nggak bisa di tunda" tolaknya sesopan mungkin

"ya gi mana dong, Yas. Masalahnya Tante itu kan masih trauma kalau pulang naik taksi ataupun kendaraan yang di kemudiin orang yang nggak tante kenal banget" ujar Jamima mengungkit kejadian di mana dia pernah hampir mengalami pelecehan seksual saat naik taksi

Ilyas sendiri masih mengingat betul cerita itu walaupun waktu sudah lama berlalu. Tapi kalau dia mengiyakan permintaan ibu dari Aletta tersebut, lalu bagaimana dengan rencana bulan madunya, Ilyas benar-benar tak ingin melewatkannya

"kepentinganmu emang nggak bisa di tunda sama sekali?"

Di tengah kegundahan yang di rasakan Ilyas, lina mendadak berujar cukup pelan. Sehingga pria dewasa itupun mengangkat pandangannya dan mendapati Lina yang tengah menatapnya penuh harap, sebetulnya Ilyas benar-benar berat untuk mengiyakan tapi di lain sisi dia juga merasa prihatin dengan Jamima yang masih terbelenggu dalam trauma di masa lalunya "ya udah Tante, biar saya yang anter pulang" putusnya kemudian setelah cukup lama berfikir

Mendengar persetujuan dari Ilyas, jamimapun langsung kegirangan di dalam hati. Sehingga berbagai rencana untuk membuat Aletta dan Ilyas kembali bersama telah memenuhi isi kepalanya, karena bagi Jami semua pria itu sama saja tak terkecuali Ilyas sekalipun. Dia yakin betul kalau Ilyas pastinya juga tidak akan cukup kalau hanya dengan satu perempuan saja

OM ILYAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang