46 M.H

12.2K 347 25
                                    

19.10 PM

"cucu kesayangannya nenek pergi kemana lagi?" Sindir Glara sembari menenteng tas jinjing berwarna hitam di lengan kirinya, tadi setelah Sania pergi keluar. dengan segera Glarapun langsung mengambil tas pakaian yang sebelumnya sengaja dia simpan di dalam kamar neneknya, kemudian seusai ia mengambil tas tersebut Glarapun pergi ke depan untuk menemui neneknya

Lina yang tengah duduk di kursi teraspun perlahan menoleh namun saat mendapati Glara yang tengah membawa tas seperti orang ingin belanja sayur di pasar seketika bibirnyapun berkedut menahan senyum, benar-benar menggemaskan pikirnya dan sedikit tak...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lina yang tengah duduk di kursi teraspun perlahan menoleh namun saat mendapati Glara yang tengah membawa tas seperti orang ingin belanja sayur di pasar seketika bibirnyapun berkedut menahan senyum, benar-benar menggemaskan pikirnya dan sedikit tak menyangka juga jika bayi perempuan yang sangat kecil dulu kini telah tumbuh hingga sebesar ini "sana, suamimu pasti udah nunggu" ujarnya begitu tenang, sambil terus memperhatikan rumah sebrang

"nanti nenek bakal bilang apa ke Sania kalau dia tanyain soal aku?" Tanya Glara tak ingin terlalu memusingkan soal Ilyas lagipula pria itu juga belum keluar dari dalam rumahnya

Lina tampak sedikit mendongak saat melihat Ilyas keluar dari dalam rumah lalu masuk ke dalam mobilnya "ya tinggal bilang kalau kamu lagi jalan-jalan kerumah kerabat, udah sana Ilyas udah nungguin di dalam mobil tuh" ujarnya mendorong pinggang Glara agar segera pergi menghampiri Ilyas

Glara lalu menoleh sekilas "dia pasti ke sini dulu buat sungkem sama ndoro maminya..." ledeknya sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada

Dan benar saja ucapan Glara tadi, setelah Ilyas menepikan mobilnya di tepi jalan pria itu langsung keluar dan berlari kecil menuju ke rumah Lina "Tante nggak mau ikut sekalian?" Tawar Ilyas setelah sampai di teras rumah

Lina memejamkan matanya seraya menggeleng pelan "Ada Sania di rumah, kalian aja yang pergi. Salam buat mamah papahmu ya?" Ucapnya di susul senyuman tipis

"iya Tante, kalau gitu saya pamit pergi dulu" ujarnya lalu menyalimi tangan wanita paru baya yang masih betah duduk di kursi

Glara sendiri tampaknya hanya bungkam dengan bibir yang terus saja merengut, namun saat Ilyas selesai menyalimi tangan neneknya diapun juga ikut menyalimi tangan Lina "cucu nenek yang paling ngenes ini pergi dulu, doain semoga nanti pulangnya tetep utuh" ujarnya tampa ekspresi lalu setelah itu berbalik dan berjalan mendahului Ilyas pergi menghampiri mobil.

•••

Selama di perjalanan suasana di dalam mobil hanya di isi dengan keheningan. Glara jelas mulai memahami satu hal, bahwa jika Ilyas sedang marah maka pria itu akan lebih banyak diam. Dan menurut Glara keterdiaman tersebutlah yang justru lebih membuatnya sedikit ciut "Kenapa om Ilyas yang banyak diemnya tuh selalu jauh lebih kelihatan menarik ya..." batinnya sedang mengakui jika pria berusia 34 tahun yang tengah serius menyetir di sebelahnya ini memang sangat memikat jika bersikap soalah tak mau peduli kepadanya.

Glara lalu memperhatikan lengan Ilyas hingga sampai ke jari-jemari pria itu "urat di lengannya nonjol...ish mikirin apa sih " setelah tersadar dari pikiran kotornya Glara langsung saja meruntuki dirinya sendiri di dalam hati seraya berpaling memandang ke arah luar jendela

OM ILYAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang