59 M.H

7.8K 243 12
                                    

"La, kamu tuh jangan benci-benci banget sama Sania. Nanti anakmu mirip sama Sania loh, dan takutnya bukan cuman mukanya tapi semua sifatnya bisa-bisa di ambil sama anak kamu "

Mendengar lontaran tersebut Glara dengan segera langsung berlari menuju ke teras untuk meludah, setelah selesai diapun kembali masuk ke dalam rumah untuk menghampiri neneknya yang masih setia duduk di sofa ruang tamu "jangan sampe, amit-amit deh" tepisnya sambil mengelus perut ratanya, tadinya dia memang masih kesal karena sebelum benar-benar meninggalkan rumah ini Sania masih sempat-sempatnya mengajaknya bertengkar tapi seusai mendengar peringatan dari neneknya barusan dia jadi berusaha sebisa mungkin untuk mengeyahkan Sania dari pikirannya.

"Makanya jangan benci-benci banget" sahut Lina kembali, tadinya saat memdengar pertengkaran Glara dan Sania dia memang sengaja tak mau ikut campur. Mengetahui sifat Sania yang kurang cocok dengannya, tentu hal tersebut membuatnya turut kurang nyaman dengan keberadaan gadis itu di kediamannya, tapi karena masih belum memiliki cukup keberanian untuk mengusir gadis itu jadinya dia hanya bisa banyak-banyak bersabar dan untung saja hari ini Glara telah melakukannya untuknya hal hasil sekarang rumahnya telah kembali damai seperti sedia kala.

"Nggak benci kok, cuman agak gedek aja" tepisnya sambil menoleh keluar "kalau gitu, aku kerumahnya om ilyas dulu" pamitnya lalu berbalik dan kembali keluar dari rumah untuk pergi menemui ilyas, setelah berjalan sebentar akhirnya Glara pun sampai juga di depan pintu utama ketika dia menggengam dan mendorong gangang pintunya ternyata pintu tersebut tak terkunci "lingkungan sini emangnya aman banget ya, masa pintunya nggak di kunci. Apa udah ngerasa jadi orang terkaya sebumi apa ya sampe nggak takut kemalingan" gerutunya lalu melangkah masuk dan tak lupa mengambil kunci di dalam laci bufet kemudian setelah itu mengunci pintu

Setelah berfikir semuanya telah aman, Glara baru bisa menyisir seluruh ruangan namun karena suasananya terlalu sepi diapun bertanya-tanya tentang keberadaan ilyas saat ini. Ketika menengok ke arah dapur di sana tampaknya juga senyap tak ada orang sama sekali sehingga hal tersebut membuatnya lanjut mengecek ruang kerja tapi hasilnya tetap sama saja di sana juga tak ada orang "masa jam segini tidur, ini kan udah mau jam 6" batinnya sambil terus melangkah menuju ke kamar ilyas, setelah sampai Glara kemudian menghela nafas panjang dan setelah itu langsung saja membuka pintu tampa banyak berfikir

Tapi saat mendapati keterkejutan ilyas, ketika melihat kedatangannya secara tiba-tiba hal tersebut justru membuat Glara kehilangan kata-katanya, matanya terus memperhatikan kesigapan pria itu saat menarik headset dari telingannya dan dengan sikap terburu-buru menaikan celananya lalu menyembunyikan ponselnya "Glara..." pangilnya dengan nafas masih terengah-engah

"Om habis ngapain?" Walaupun sudah tau jika suaminya habis melakukan manstrubasi di dalam kamar sambil menonton sesuatu di ponsel Glara tetap masih mempertanyakan.

Ilyas menggeleng pelan "bukan apa-apa, Gla" ujarnya saraya menatap dalam-dalam mata gadis di hadapannya

"Bukan apa-apa ya?" balasnya seraya beralih memperhatikan ponsel ilyas yang masih tergeletak secara terbalik di atas tempat tidur lalu dengan cepat Glara langsung menghampiri dan melihat apa yang sedang di lihat oleh pria itu, sehingga saat membalik dan melihat layarnya matanya seketika langsung membulat sempurna " kenapa om ngerekam ini?" Tanyanya sambil menunjukkan layar ponsel tersebut ke ilyas

"Gla, itu kan cuman kita berdua yang tau" balas ilyas sambil berusaha mengambil pelan-pelan ponselnya dari tangan Glara

Tapi sayangnya Glara menggengamnya terlalu erat "Jawab aja, kenapa om ngerekam ini?" Desaknya tak terima, Glara ingat betul itu adalah ruang kerja dan malam itu dia dan ilyas cukup lama bergumul di dalam satu selimut yang sama. Tapi dia sama sekali tak memperkirakan kalau pria itu akan merekam tampa sepengetahuannya

Melihat raut penuh kemarahan dari istrinya, ilyaspun jadi kesulitan untuk menjawab "Glara..." ucapnya begitu lelah

Glara kemudian menunduk menatap layar ponsel di tangannya, lalu jemarinya dengan lihai bergerak di atas layar untuk menghapus file video tersebut. Untungnya hanya ada satu file tapi ketika dia berganti memeriksa daftar poto di ponsel lagi-lagi hal tersebut membuatnya tersenyum miris, ntah kapan ilyas mengambilnya tapi di sana terdapat banyak poto miliknya. Kalau poto biasa mungkin dia akan biasa saja, tapi sayangnya semua poto tersebut di ambil saat dia tengah tertidur pulas dengan pakaian serba minim pula "dasar bajingan mesum" cibirnya setengah berbisik lalu perlahan duduk di tepi tempat tidur sambil mengeletakan ponsel yang sebelumnya ia genggam, lelah rasanya kalau harus marah-marah terus. Jadi dia memutuskan untuk tak terlalu mempermasalahkan tindakan suaminya

ilyas menundukkan pandangannya dan turut ikut duduk tepat di sebelah Glara, tadi rasanya jantungnya seperti ingin lepas sangking terkejutnya dengan kemunculan Glara yang mendadak di saat dia sedang melakukan sesuatu yang seharusnya tidak di lakukan oleh pria beristri.

Masih merengut Glara kemudian melirik ilyas sambil mengeluarkan textpack yang ada di dalam saku celananya "Aku hamil" ujarnya langsung saja memukul dada suaminya dari samping dan dengan sengaja menjatuhkan texspack dari telapak tangannya

Menyadari seperti ada yang jatuh, ilyas lantas menunduk dan mendapati benda berwarna putih ada di atas pahanya "ini apa..." sahutnya pelan lalu mengambil benda tersebut dan di lihatnya secara seksama

Mendengar tanggapan ilyas yang tidak sesuai dengan ekspektasinya hal tersebut langsung saja membuat Glara menoleh cepat dan malayangkan tatapan penuh amarah "ini apa?...ini apa?, om nggak seneng aku hamil?!" Hardiknya tak terima

Pupil mata ilyas seketika melebar sempurna "Mana mungkin, mas seneng sayang" balasnya setenang mungkin

"Mana ada orang seneng tapi tampangnya senep begitu" sahut Glara kembali

"Nggak ini..." ilyas menjeda ucapannya sebentar lalu membasahi bibirnya "mas cuman nggak nyangka, akhirnya kita punya anak" jelasnya sembari mendekatkan diri ke Glara dan membawa gadis itu ke dalam dekapannya

"Bohong, Om pasti pura-pura lagi ya?" Tudingnya karena merasa ilyas hanya berpura-pura menerima kehamilannya, mengingat bahwa ilyas senang berhubungan dengan perempuan tapi sampai sekarang tak ada satu pun perempuan yang mendatangi ilyas sambil membawa anak

Ilyas merasa sepertinya hidupnya di dunia ini itu juga suatu kesalan besar bagi Glara, hanya karena dia tak begitu bersemangat bukan berarti ia tak senang mendengar kabar baik itu. Karena masalahnya dugaan jika istrinya tengah mengandung itu sudah dia dengar dari ibunya sejak beberapa waktu yang lalu "pura-pura apa sih, Gla. Mas seneng kamu hamil" balasnya menolak membenarkan tudingan Glara

"Tapi kenapa nggak sumeringah terus lari 100 putaran keliling rumah" celetuk Glara tampa banyak berfikir

"Emangnya harus?"

"Tuhkan om nggak seneng aku hamil!!"

•••

Senyuman penuh kepuasan terus saja mengembang di bibir Glara, sambil mencomot cemilan dari wadah plastik satu persatu dia pun juga masih terus memperhatikan ilyas yang tengah berlari mengelilingi rumah

"Glara?"

Tapi kesenangannya tersebut seketika terusik saat mendengar panggilan dari suara perempuan yang sangat familliar sehingga hal tersebut langsung membuat menoleh "tante Aletta?"

OM ILYAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang