Ilyas yang berniat ingin keluar dari kamar setelah selesai berpakain rapih, tiba-tiba saja di hadapkan dengan kehadiran Surya yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamar
“ikut saya ke depan” ujar pria setengah baya itu tampa ekspresi lalu dia berbalik inginpergi. Tapi baru beranjak selangkah, Surya secara tiba-tiba kembali menoleh “Glara di mana?” tanyanya penuh curiga sambil menunjuk-nunjuk ke dalam kamar
Menyadari sikap aneh Surya, Ilyaspun cukup di buat terdiam sejenak. Jika di ingat kembali sikap wanita paru baya yang datang membangunkannya dan Glara sebelumnya juga sama persis seperti sikap Surya “Glara ada di dalam kamarnya mbak Windi” jawabnya penuh ketenangan
Surya kemudian mengangguk samar “oh” Ucapnya ber oh ria sambil melangkah pergi
melihat hal itu, barulah Ilyas keluar dari kamar dan pergi mengikuti langkah Surya menuju ke ruang tamu. Setelah sampai di sana dia pun langsung di hadapkan oleh lirikan tajam dari 4 Pria yang sedang duduk bersila di atas lantai, ilyas tau mereka semua adalah keluarga Glara tapi yang aneh kenapa mereka malah menatapnya sampai sebegitunya.
Kemudian dengan agak sedikit cangung Ilyaspun akhirnya turut ikut duduk bersama para pria tersebut
“kamu tau alasan kami sampai berkumpul seperti ini?" Tanya Surya membuka suara
Ilyas menoleh lalu sedikit memaksakan senyumnya “ada apa ya, mas?" Tanyanya agak ragu pasalnya semua orang tampak serius dan menatapnya penuh intimidasi.
“siapa yang ngizinin kamu buat tidur sekamar sama Cucu saya?" tanya salah satu Pria paru baya yang sudah tidak tahan lagi berbicara bertele-tele dengan Ilyas
Haris kemudian menghela napas panjang “sebelumnya saya percaya, kalau kamu pasti bisa menyikapi hal seperti ini dengan dewasa. Tapi apa yang saya lihat tadi pagi itu benar-benar di luar dugaan saya, Ilyas. ” ucapnya lebih kelihatan tenang, jujur saja Haris merasa sangat kecewa dengan prilaku Ilyas yang tak mampu menahan dirinya untuk menunggu Glara, setidaknya sampai keponakannya itu lulus dari bangku SMA toh dia juga merestui ilyas.
Setelah mengetahui alasan di balik, kenapa keluarga Glara sampai memangilnya dan mengajaknya berbicara seperti ini. Ilyas pun tampak temerenung dengan pandangan menunduk
“saya nggak mau banyak bicara lagi, karena yang saya inginkan dari kamu itu ya pertanggung jawabanmu sebagai laki-laki, jadi segera bawa keluargamu kehadapan kami sekeluarga” putus Rahmat sebagai anggota keluarga paling Tua
Seluruh tubuh ilyas seketika berdesir di ikuti dengan degupan jantung yang semakin kuat “iya pak” balasnya di iringi anggukan kecil meskipun pikirannya masih terasa kosong.
“Om ayo, ini udah mau jam 6” dari arah belakang tiba-tiba Glara muncul dengan mengenakan seragam sekolahnya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendapati ekspresi murung kakek serta para om-omnya. tentu saja dia berfikir kalau telah menganggu percakapan serius keluarganya tersebut, makanya mereka semua jadi terdiam begitu saja saat dia muncul secara mendadak
Ilyas lalu melirik arloji di pergelangan lengannya “Pak, saya pamit dulu” ujarnya sambil menjabat tangan Rahmat, lalu berganti ke 2 pria paru baya yang duduk di sisi Rahmat “Mas, saya minta maaf” lanjutnya burujar seraya mejabat tangan Haris lalu selanjutnya Surya
Glara yang melihat itu, justru segera menghampiri dan ikut menyalimi tangan kakek-kakeknya
“absen sesekali nggak apa-apa kali, La” ujar Junaidi, menyebut Glara dengan nama panggilan yang lebih mudah untuk di ucapkan
“nggak bisa kek, bentar lagi aku kan Ujian” tolaknya halus “ Aku pamit pulang duluan ya om” ucapnya ke Surya serta Haris
••••
Selama di perjalanan, Glara merasa sedikit janggal dengan kebungkaman Ilyas. Biasanya pria itu akan mengajaknya bicara tapi sejak tadi ilyas hanya pokus menyetir dan mendiamkannya
“ Om lagi sariawan ya?" Glara tiba-tiba saja berujar sehingga memecahkan keheningan di dalam mobil
“nggak” balas Ilyas singkat tampa mengalihkan pandangannya dari jalan raya
Glara lalu mengangguk pelan, ia tak tau harus mengatakan apa lagi. Gengsi juga kalau terus mengajak Ilyas berbicara terus-menerus, dia lalu melirik tangan Ilyas yang mengeggam tuas persneling
“kalau dia kalem gini, lama-lama yang liat bisa tipes" Glara menegak kasar selivahnya, sambari membandingkan jari jemari miliknya dengan jari-jari besar Ilyas. Lalu kini dia berganti kembali memandang wajah Pria di sebelahnya itu.
“apa jangan-jangan nih om-om, udah punya bini sama anak di tempat lain. Bisa aja kan, kaya di drama-drama gitu, pergi kerja. Abis itu kacantol sama cewe di sana, terus kawin punya anak. Cewenya di tinggalin lagi, dianya cari yang baru di tempat lain”
“Kenapa?"
Glara sedikit tersentak saat tiba-tiba Ilyas bertanya kepadanya “nggak kenapa-kenapa" jawabnya lirih lalu berbalik menghadap ke kaca mobil yang terbuka
“kayaknya nggak mungkin deh, walaupun om ilyas playboy cap biawak tapi seenggaknya belum ada perempuan yang datang kerumahnya buat minta pertanggungjawaban. tapi, kok bisa ya perempuannya nggak hamil. apa karena minum obat, om ilyas sering ngelakuin itu sama banyak perempuan. Kebiasaan kaya gitu kan bisa bawa penyakit menular” Glara lantas menyentuh bibirnya sendiri saat memikirkan hal negatif yang terus saja memenuhi isi kepalanya.
Hingga akhirnya Mobil berhenti tepat di depan lampu merah, awalnya Glara terlihat biasa saja tapi saat dia merasa seperti ada seseorang yang sedang memperhatikannya begitu intens dia lantas balas melihat orang tersebut
Tapi dalam sekejap matanya sontak membulat sempurna saat pandangannya bersirombok dengan tatapan tajam Aksa, dengan segera Glara berbalik menghadap ke depan sembari menaikkan kaca jendela untuk menghalangi pandangan Mata tajam itu “engh, jangan sampe dia liat Om Ilyas" batinnya sambil memejamkan matanya erat-erat
Ilyas sendiri menyadari sikap aneh dari Gadis berseragam SMA di sebelahnya, tapi karena suasana hatinya sedang kurang baik jadinya dia hanya melirik tanpa melontarkan sekata patahpun
Glara lalu mengedarkan pandangannya “ternyata ini udah deket sama sekolah, pantesan ketemu Aksa" lagi-lagi dia hanya bisa membatin
“om kalau berhenti agak jauh dari gerbang ya" pintanya
Tapi ilyas langsung saja berhenti padahal gerbangnya masih terlalu jauh
Glara lantas menatap Polos Ilyas, dia memang minta di turunkan agak jauh dari gerbang tapi tidak sejauh ini juga. Glara lalu mengangguk kaku sambil keluar secara perlahan karena masih merasa kalau, mungkin saja Ilyas sedang ingin bercanda tapi ternyata dugaannya salah. saat ingin menunduk mengucapkan terimakasih setelah kembali menutup pintu, Ilyas justru telah menutup kaca jendelanya dan langsung melenggos pergi begitu saja tampa mengatakan apapun kepadanya
“Wah, tadi gue beneran di kacangin. Wahhh" ucapnya sedikit tak bisa mempercayai kalau barusan pria yang selalu berbicara manis kepadanya kini tiba-tiba mengacuhkannya tampa sebab
Dia lalu menghembuskan nafasnya perlahan, lalu mengipasi wajahnya menggunakan keduanya tangannya dan melangkah menuju ke gerbang sekolah “Tapi, Aksa di mana dah. Bukannya harusnya dia udah sampe juga kan ya” batinnya mempertanyakan keberadaan laki-laki itu
KAMU SEDANG MEMBACA
OM ILYAS [END]
Lãng mạn⚠️FOLLOW 🔞 Adult content Pada dasarnya pernikahan itu terjadi atas dasar kemauan sendiri, tapi bagaimana jika seorang Glara yang baru mengijak usia 18 tahun justru di desak oleh keluarga neneknya untuk menerima pinangan dari om-om yang tinggal tep...