23 M.H

21.9K 495 30
                                    

Setelah mengetahui alasan kenapa neneknya tiba-tiba ingin menggelar akad nikah, sesegera mungkin Glara kembali pulang kerumahnya.

Ketika sampai di rumah, dia sedikit merasa rikuh sebab di pandangi terus menerus oleh semua orang yang ada di dalam rumah. Wajarlah pikirnya, sebelumnya dia kan sudah berteriak menolak ilyas lari seperti monyet pula, sungguh memalukan.

"Nenek kamu ada di dalam kamar" ujar Haris memberi tahu

Sehingga Glara pun buru-buru masuk ke dalam kamar, ketika membuka pintu dia langsung saja mendapati Rahmat, Lina, Fatma istri dari Rahmat serta Januar papahnya sedang duduk dengan raut murung. Glara kemudian masuk ke dalam dan menutup pintu secara perlahan

"duduk di sini" lina menepuk tepi tempat tidur di sisinya sejujurnya dia masuk kedalam kamar karena shock dengan sikap Glara tadi makanya keberadaan Rahmat di dalam kamar tujuannya adalah untuk menenangkannya, syukurlah sekarang cucunya telah kembali kerumah jadinya  shocknya cukup sedikit mereda.

Glara kemudian melakukan apa yang di perintahkan oleh neneknya, sayup-sayup angin di sore hari menerobos masuk ke dalam kamar melalui celah jendela. Glara pun hanya memilin jari-jemarinya dengan pandangan menunduk seraya menunggu salah satu orang tua di ruangan itu membuka suara

Rahmat menghela nafas panjang "Glara, kamu itu asalnya dari keluarga baik-baik. Jadi kakek selalu pengen yang terbaik untuk kamu, kalau kakek mutusin mau nikahin kamu sama Ilyas secepatnya itu pasti ada alasan yang kuat." ujarnya penuh pengertian

"kek, aku sama om Ilyas nggak ngapa-ngapain di dalam kamar. Kita tidur sekamar cuman karena om Ilyas nggak kebagian selimut sama sarung, terus aku juga nggak kebagian tempat di luar" jelasnya

Januar memejamkan matanya sejenak, dia sudah mendengar penjelasan itu sebelumnya dari Rahmat tapi setelah kembali mendengarnya secara langsung dari mulut putrinya. Rasanya Ubun-ubunnya seperti mendidih karena sebagai seorang pria dia jelas tau jikalau putrinya tidak menjelaskan keseluruhan dari cerita sebenarnya

Lina menggeleng pelan "iya nenek percaya, La" ujarnya

"terus kenapa nenek bilang kaya tadi, Kalau pihak sekolahku sampe tau ada murid yang udah nikah. Aku pasti langsung di keluarin dari sekolah" balas Glara lagi

"nenek juga tau soal itu, tapi keluarga ini nggak bisa tinggal diem kalau ada anak perempuan dari anggota keluarga yang tidur sekamar sama laki-laki yang jelas-jelas nggak punya hubungan apa-apa" ujarnya

"belum lagi, mulut tante-tante kamu itu nggak bisa di jaga. Lagian kenapa kamu nolak Ilyas, bukannya kamu suka sama dia" tambah Lina sedikit blak-blakkan

Glara menggeleng cepat "Aku nggak pernah suka sama om Ilyas" tepisnya

Lina mengulas senyum tipis "kalau kamu nggak nikah sama Ilyas, nenek nggak bakal berani keluar dari rumah lagi" ujarnya terdengar sendu

Glara lantas temerenung, mengerti bahwa gosip yang di sebarkan di masyarakat akan di lebih-lebihkan dan cenderung melenceng dari kenyataan yang sebenarnya. Hal tersebut juga membuatnya takut, bersikap masa bodo pun rasanya tak mungkin. Namun ketika kembali teringat kalau neneknya bahkan pernah menyuruhnya menginap di rumah Ilyas hal tersebut justru membuatnya mencibikkan bibir, dia akhirnya benar-benar sadar kalau neneknya sebenarnya ada di pihak Ilyas bahkan di saat seperti ini sekalipun

Lina lalu mendaratkan telapak tangannya di paha Glara "kita nggak ada pilihan lain La, kalau kamu masih ragu...kamu bisa bikin perjanjian pra nikah sama Ilyas" ucapnya memberi usulan ke cucunya

Glara lantas terpaku mendengarnya, itu jelas bukan pilihan melainkan adalah desakkan. Seolah dia tak di beri hak untuk mengambil keputusan atas hidupnya sendiri “hmm...” gumamnya pasrah bercampur marah.

•••••

1. Pihak kedua, sebagai istri harus selalu bersikap lembut ke pihak pertama sebagai suami

5. Pihak kedua di wajibkan menjadi pribadi yang penurut ke pihak pertama

8. Pihak kedua tidak di izinkan Pergi kemanapun tampa sepengetahuan pihak pertama

9. Pihak ke dua Di larang bersikap ketus ke pihak pertama

10. Pihak kedua harus selalu terbuka soal apapun ke pihak pertama, termasuk password ponsel dan lain-lainnya

Glara membaca dengan seksama isi surat perjanjian milik Ilyas yang kelewat sangat mengatur, kemudian  tampa adanya rasa ragu sedikit pun dia menandatangi lembar kertas tersebut.

Sedang Ilyas hanya menggeleng samar, sejujurnya dia sama sekali tidak mempermasalahkan kalau sebagian besar isi dari perjanjian pra nikah milik Glara hanya soal harta dan harta saja mengingat calon istrinya memang mata duitan. Tapi ada satu hal yang membuatnya terganggu

"kamu yakin soal ini?" Tanyanya sambil menunjukkan satu perjanjian yang berisi jika setelah menikah Glara tetap ingin tinggal di rumah neneknya

Gadis itu lantas melihatnya "hum, aku kan masih sekolah" balasnya kelewat santai, sebelumnya setelah selesai berdiskusi dengan keluarganya Glara langsung saja meminta Ilyas untuk membuat perjanjian pra nikah sebelum melakukan akad nanti malam jadi ya beginilah dia dan ilyas sekarang sedari tadi pria itu terus mempertanyakan tulisan tangannya.

Ilyas kemudian mengangguk samar "ok" ujarnya lalu menandatangani kertas milik Glara

••••

Sesuai kesepakatan bersama, ketika malamnya Ilyas dan Glara telah melaksanakan akad nikah yang di gelar begitu sangat sederhana. Makanan yang di sediakan pun seadanya itupun hanya di tujukan untuk menjamu Beberapa orang dari keluarga Ilyas

Setelah selesai akad, Glara masih belum di biarkan bernafas dengan tenang dia kini kembali di hadapkan dengan senyuman penuh ledekan dari Ilene serta Surya

"Nah kalau gini kan enak, mau ngapain aja dan kemanapun bareng-bareng udah nggak ada yang ngelarang" ujar Rizwan salah satu kakek dari Glara

"di resminnya jangan lama-lama, yas" timpal Surya

Ilyas membalas dengan senyuman tipis, lega tentu saja. Menikahnya saja dadakan, lalu di rahasiakan pula. Benar-benar cobaan untuknya, antensinya lalu tertuju ke pria paru baya yang tampak duduk sendirian dengan pandangan temerenug.

"mas, kesana dulu" pamitnya cukup lirih ke Glara, lalu bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri Pria yang sebelumnya telah menikahkannya dengan istrinya

"kok duduk sendirian di sini, pak" ujarnya lalu duduk perlahan di sisi Januar

Sudut bibir Januar tertarik, dia pikir anaknya menikah dengan laki-laki seusianya tapi ternyata dia salah sangka. Perbedaan usia Glara dan Ilyas justru terpaut sangat jauh "saya malu sendiri dengernya, padahal usia saya dan kamu itu cuman beda 8 tahun ilyas" ujarnya lebih terkesan seperti meledek

Walaupun terdengar menyakitkan di telinga, Ilyas hanya membalas dengan senyuman tipis

Januar lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan Ilyas sendirian, ternyata pria paru baya itu pergi menghampiri Lina untuk berpamitan pulang. Glara pun juga tampak enggan mengatakan sekata patahpun pada Januar, sehingga membuat pria itu cukup sadar diri jika dia bukanlah orang tua yang becus untuk putrinya.

OM ILYAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang