30 menit telah berlalu, tapi dua sejoli yang baru sah menjadi pasangan suami istri. Kini justru tampak duduk terdiam di tepi ranjang
Glara terus saja memperhatikan kipas angin yang sedang menyala menghadap ke arahnya serta Ilyas, dia mengusap sekilas rambutnya yang masih belum kering sepenuhnya karena habis keramas untuk menghilangkan hair spray “Om masih kegerahan?" Tanyanya memecahkan keheningan
Ilyas menoleh perlahan, padahal ini kali ketiga baginya berada di dalam satu kamar yang sama dengan Glara. Tapi kenapa dia justru malah merasa canggung ya “ ayo ke hotel" celetuknya
“ha?" Bibir atas Glara refleks terangkat mendengar lontaran aneh Ilyas
Mengerti kalau Glara tidak akan mengerti maksudnya, Ilyas pun mendongak dan menatap atap-atap kamar milik istrinya “kamar kamu nyaman” pujinya mengalihkan topik pembicaraan
“memang” balasnya lirih, sejujurnya Glara masih tak yakin kalau dia benar-benar sudah menikah dan memiliki suami. Kalau suaminya seperti Aksa mungkin dia akan biasa-biasa saja. Tapi kalau suaminya om-om seperti Ilyas rasanya dia seperti sedang menikah dengan ayahnya sendiri.
"papah kamu bilang apa, pas tau kamu nikah sama laki-laki tua?" Tanya Ilyas kemudian
Glara lekas menoleh, padahal dia baru saja memikirkan soal usia Ilyas dan pria itu tiba-tiba malah mengungkitnya. Ia pun kemudian menggeleng samar "nggak, gimana-gimana" ujarnya pelan, sebab Glara juga tidak mau memperdulikan pendapat dari Papahnya itu. Kemudian senyuman jahil mulai terukir di bibir Glara saat menyadari pertanyaan tidak biasa yang di ajukan oleh Ilyas tadi "ceritanya, Om lagi insecure sama umur sendiri nih?" Ujarnya penuh Ledekan
Ilyas lalu menoleh dan menatap lurus mata Glara "Masih om aja manggilnya" protesnya namun nada suaranya terdengar lelah
Glara refleks memutar bola matanya malas " Iya, Mas" ujarnya sengaja menekan kata-katanya, namun sedetik kemudian Glara langsung bergidik “kok geli ya, aku manggilnya Om aja ya. Soalnya udah kebiasaan" tambahnya tak yakin akan memanggil ilyas dengan sebutan mas untuk seterusnya
Ilyas tersenyum tipis, lalu mulai berkutat melepaskan kancing kemeja putihnya satu persatu “ya makanya belajar manggil mas, nanti kalau kita punya anak gimana? Masa kamu manggilnya om"
Glara sama sekali tak mendengarkan apa yang di katakan oleh ilyas sebab pokus utamanya saat ini adalah dada serta perut ilyas, kemudian dengan sigap ia buru-buru menahan tangan suaminya itu agar berhenti melepaskan kaitan kancing bajunya “Om mau ngapain?" Tanyanya penuh curiga
Sebelah alis Ilyas terangkat, dia tentu saja bingung melihat sikap aneh istrinya "nggak nyaman pake baju lama-lama di dalam kamar, apa lagi kalau di temenin sama perempuan cantik" ucapnya tersenyum meggoda sembari mulai menanggalkan kemeja yang melekat di tubuhnya
Glara melirik semua tindak tanduk ilyas “om mukaku mirip sama tante Aletta kan?” kini dia mempertanyakan kecurigaannya
Ilyas yang tadinya tersenyum seketika langsung muram “mirip, tapi cuman sekilas" ujarnya sambil mengusap-usap perut padatnya
Glara pun jadi ikut memandang perut ilyas “oh...” gumamnya pelan, tadi siang dia sudah menyimpulkan kalau Ilyas menyukainya karena wajahnya mirip dengan mantan pacar pria itu “Om kenal sama mantan suaminya Tante Aletta?" Tanyanya lagi
“kenal, umm lebih tepatnya temen mas dari jaman kuliah" ujar ilyas begitu tenang masih mengusap perutnya
Pupil mata Glara membulat sempurna
“ Temen om itu ngerebut Tante Aletta dari om Ilyas, dia ganteng banget ya?" Tanyanya sedikit terkejut, pasalnya wajah dan tubuh Ilyas itu benar-benar terpahat sempurna apalagi dompet pria itu juga tebal rasanya sangat mustahil kalau ada perempuan yang sanggup mencampakkan pria seperti Ilyas. Jadi Glara pikir, suami Aletta sepertinya jauh lebih baik dari pada ilyas. Makanya suaminya ini di campakkkanJujur saja sebenarnya Ilyas sudah sangat bosan untuk memberi tahu Glara agar tidak lagi memanggilnya dengan sebutan Om karena dia merasa seperti bapak-bapak “ Masih gantengan Suami kamu ini lah" ujarnya penuh percaya diri
“masa?" Glara refleks menyisir menilai penampilan pria yang telah resmi menjadi suaminya itu dengan seksama.
“ Tante kamu memang gitu, dia kalau ada masalah sama pasangannya. Curhatnya ke laki-laki lain" ujar ilyas sambil menatap dinding yang terlapisi cat putih bersih
“Aku pikir karena om selingkuh, dulu aja om sering bawa perempuan sexy kerumah terus di gituin” ujarnya sambil memandang wajah rupawan suaminya dari samping
Ilyas terlihat membasahi bibirnya lalu tersenyum “berarti kamu udah pernah liat punya mas kan?" Tanyanya seraya menoleh memandang Glara penuh maksud.
Glara melongo dan langsung memalingkan wajahnya untuk menghindari ilyas “liat apa?” tanyanya sambil mengetuk-ngetuk dahinya menggunkan telapak tangannya karena jengah mendengarkan ucapan ambigu Ilyas
“Pura-pura nggak paham” ujar ilyas terus beringsut mendekatkan diri ke Glara “mas pikir kamu anaknya polos, ternyata nakal juga ya" ucapnya menyerupai suara bisikan tepat di depan telinga Glara
“aku nggak nakal" pipi Glara kian memanas tampa berani menoleh ke belakangnya
Seringaian tipis ilyas sungingkan, kemudian ia menjah dari Glara. Padahal gadis di sebelahnya telah menjadi Istrinya tapi kenapa dia justru merasa ragu untuk segera menjamah miliknya sendiri “Lampunya di matiin ya?" Tanyanya lirih
“dih. Ya jangan" tolak Gadis itu cepat. Dia hanya takut kalau ilyas sampai mengerayai tubuhnya ketika dia sedang tertidur pulas nantinya, ya walaupun sebenarnya hal-hal seperti itu sudah layak di lakukan ketika malam pertama pernikahan. Glara refleks mengigit jarinya ketika malah berfikiran terlalu jauh
Ilyas menggaruk gundukkan kejantanannya yang sudah sesak di dalam celananya, belum lagi suara lembut istrinya yang mengalun indah di telinganya rasanya itu semakin membuatnya gelisah “tapi kamu aman kan hari ini?" Tanyanya lagi
“aman kenapa?" balas Glara sambil melirik gelagat aneh ilyas yang terus saja meletakkan tangannya di atas penisnya
Ilyas menoleh perlahan, dia tidak menyangka kalau istrinya benar-benar tak mengerti hal dewasa “Mas lupa beli pengaman" ujarnya, dia hanya khawatir kalau Glara sampai kebobolan padahal pernikahan belum di resmikan
Alis Glara bertaut, dia tau pengaman itu kondom. Matanya sontak saja terbelalak, kalau pembicaraan menjurus kesana itu berarti Ilyas mengajaknya berhubungan. Tampa sadar dia justru menggeleng pelan “nggak mau..." tolaknya lirih “kalau maksa beneran aku pukul”
“kamu lupa perjanjiannya?”
Glara terhenyak, benar juga. Tapi mau di ajak berhubungan tidak ada di dalam perjanjian “itu nggak ada di perjanjian" balasnya
“gimana caranya mas mau nyanggupin semua isi di pernjanjian, kalau kamu aja nyepelein hal itu" ujarnya tampa ekspresi
“tapi aku masih sekolah." ucap Glara mencoba mencari-cari alasan untuk menolak ilyas
“ hubungannya apa?"
Glara lantas tertawa hambar sambil berusaha mendorong dada ilyas yang terus maju ke arahnya "om kok serius banget sih" ucapnya seraya memalingkan wajahnya “anak sekolah mana boleh begituan” imbuhnya melanjutkan
Ilyas berdecih pelan, lalu mundur perlahan sampai dia duduk selonjoran di atas tempat tidur dan menyandarkan pungungnya ke dinding “sini...” ia tampak menepuk pahanya hingga beberapa kali dan meminta istrinya itu untuk duduk di atas pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM ILYAS [END]
Romance⚠️FOLLOW 🔞 Adult content Pada dasarnya pernikahan itu terjadi atas dasar kemauan sendiri, tapi bagaimana jika seorang Glara yang baru mengijak usia 18 tahun justru di desak oleh keluarga neneknya untuk menerima pinangan dari om-om yang tinggal tep...