01 : Namanya Rafa ✔

31K 4.1K 392
                                    

01 ; Namanya Rafa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

01 ; Namanya Rafa

Rumah besar itu hanya di isi oleh empat pria tampan berbeda umur.

Mereka ber empat tengah sarapan dengan tenang tanpa suara atau memainkan ponsel. Suasana meja makan sangat hening karena mereka terbiasa makan tanpa berbicara.

"Saya selesai," ucapnya dengan wajah datar.

Pemuda bersetelan jas itu berdiri dari kursinya, Ia menjadi orang pertama yang menyelesaikan sarapannya.

"Bang, gue numpang sama lo, ya?" Pemuda dengan seragam SMA itu berdiri sambil menarik jas pemuda tadi.

"Ck, tidak bisa." Pemuda itu menepis tangan pria yang lebih kecil darinya dan pergi begitu saja.

Pemuda itu adalah Austin, anak sulung pria yang sekarang sedang menghela nafas pelan melihat kelakuan anaknya yang tidak pernah berubah.

Marko namanya. Pria berusia akhir 40 tahun itu sudah menjadi duda setelah kepergian istri tercinta dan sekarang dia hidup bersama ketiga anak laki-lakinya.

Marko menatap Alan. "Kamu bareng sama Papa. Lain kali, tidak usah mengganggu kakakmu itu," ujar Marko.

"Yaudah, padahal Alan cuma iseng mau numpang sama kak Austin," ucap Alan dengan tidak peduli, dia hanya mengetes apa kakaknya itu masih sama atau tidak.

Marko menggeleng tidak habis pikir dengan anak bungsunya ini. Dari semua anaknya memang Alan yang paling manja, mungkin karena dia anak bungsu.

"Kamu mau bareng juga, Alvin?" tanya Marko pada pemuda yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan.

"Alvin bawa motor sendiri Pa."

"Hati-hati saat berkendara, jangan ngebut."

"Iya."

"Ayo Pa, Alan udah selesai," ucap si bungsu dengan mengaitkan tas pada bahunya.

"Papa titip Alan sama kamu di sekolah, jagain dia," ucap Marko. Pria itu menepuk pundak Alvin beberapa kali.

"Alan udah gede, gausah dijagain lagi. Kak Alvin juga pasti sibuk sama tugas-tugas nya," ucap Alan tidak terima, lagi pula dia tidak mau merepotkan sang kakak yang tengah di sibukan oleh tugas.

Alvin sendiri hanya mengiyakan ucapan Papanya.

Sedangkan di tempat lain dengan waktu yang sama.

Seorang pemuda kecil dengan pakaian lusuh itu berdiri di atas trotoar jalan dengan setumpuk kertas koran di pelukannya.

Sesekali bibirnya akan tersenyum membalas sapaan dari anak seusianya yang berpakaian lusuh sama seperti pemuda itu.

"Hari ini cuacanya bagus, semoga saja nanti sore tidak hujan."

Setelah melihat lampu lalu lintas berubah menjadi merah, pemuda itu berjalan ke arah mobil yang tengah berhenti dan menawarkan dagangannya.

"Koran, koran, koran."

"Koran, koran beritanya Pak."

Pemuda itu berjalan mengelilingi mobil yang berhenti di lampu merah dengan membawa barang dagangannya.

"Dek! Korannya satu," ucap pria yang ada di dalam mobil.

Pemuda itu segera berlari menghampiri sebuah mobil hitam yang berisikan dua orang pria berbeda usia.

"Ini pak, harganya Rp 3.000"

Pria itu mengeluarkan uang sepuluh ribu dan memberikannya pada pemuda di depan nya dan berkata, "Kembaliannya ambil saja."

"Alhamdulillah, makasih ya Pak."

Pemuda itu segera menyingkir saat lampu lalu lintas berubah hijau.

Dia Rafa, Rafano Zayan nama lengkapnya.

Pemuda kurang beruntung yang harus menghidupi dirinya sendiri di saat anak seusianya hanya bersekolah dan bermain.

Rafa segera memasukan uang sepuluh ribu tadi ke dalam saku celananya, sebelum terjadi hal yang tidak di inginkan, di palak preman misalnya.

Hari ini Rafa hanya perlu menjual 20 koran, tidak seperti kemarin-kemarin yang harus terjual sampai 50 koran.

Sepertinya, hari ini koran milik Rafa akan terjual habis sebelum malam tiba, semoga saja.

Rafa melakukan hal yang sama yaitu, menjajakan koran saat lampu lalu lintas berwarna merah sampai pukul 3 sore.

***

Jam istirahat kedua sudah berbunyi lima menit yang lalu.

Alvin kini sudah berdiri di depan kelas 10 IPA 1 menunggu Alan keluar kelas dan ke kantin bersama sesuai perintah sang Papa untuk menjaga Alan saat di sekolah.

Tidak sedikit adik kelas yang lewat menyapa Alvin dan di balas dengan anggukan ramah olehnya.

"Lama," ucap Alvin pelan

"Maaf hehe, lo tau sendiri kan guru sejarah gue gimana?"

Alvin merangkul bahu sang adik dan berjalan ke arah kantin tanpa perduli tatapan siswa-siswi yang mengarah pada mereka berdua.

Fyi, Alvin dan Alan hanya berbeda 2 tahun, Alvin berada di kelas 12 sedangkan Alan kelas 10.

Mereka berdua menghampiri empat pemuda yang duduk di bagian dekat kaca pembatas antara kantin dan lapangan.

"Dateng juga lo, tuh makanan biasa yang kalian berdua makan udah di pesenin si Dika," ucap pemuda berkaca mata sambil menunjuk pemuda yang tengah menggigit es batu.

"Makasi bang."

"Santai aja sama gue mah Lan, lagipula tadi tuh sekalian gue beli ini, " pemuda bernama Dika itu mengangkat gelas berisi es miliknya dan menunjukan pada Alan.

Andika atau yang biasa di sapa Dika itu adalah teman Alvin. Mereka berdua kenal sejak kelas 8 SMP, sedangkan dengan pemuda berkaca mata atau Varel mereka berteman saat pertama kali sekolah disini dan berlanjut sampai sekarang.

- To be continued -

Publish : 22 Mei 2022Revisi : 11 April 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Publish : 22 Mei 2022
Revisi : 11 April 2023

Aku minta vote komen dari kalian sebanyak-banyaknya.

RAFANO ZAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang