02 : Orang baik ✔

25.3K 3.3K 383
                                    

02 ; Orang baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02 ; Orang baik

Marko bergegas pulang saat langit berubah mendung.

Duda tampan itu segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan area perkantoran sebelum hujan turun.

Di dalam mobil hanya terdengar lagu yang berasal dari radio. Mobil Marko berhenti di lampu merah, pria tampan itu mengetuk-ngetuk jari pada setir mobil dengan pandangan mengarah ke depan.

Pandangan Marko mengedar menatap beberapa anak kecil yang tengah mengamen ataupun berjualan di tengah jalan tepat di samping mobil-mobil yang tengah berhenti menunggu lampu hijau seperti ini.

"Kemana orang tua mereka? Aku tidak bisa membayangkan jika putra ku ada di posisi bocah itu," ucap Marko sedikit iba

Pandangan Marko tidak sengaja melihat anak laki-laki yang tengah menjajakan koran kepada pengendara yang berhenti di lampu merah.

Saat anak laki-laki itu akan melewati mobilnya, Marko segera menurunkan kaca mobil dan memanggil anak tersebut, "Berapa harga satu koran?" tanyanya.

Anak laki-laki itu berhenti di samping mobil Marko.

"Ya, tuan? 1 koran seharga 3rb, Tuan."

Marko mengeluarkan uang satu lembar berwarna biru dan memberikan pada anak laki-laki di hadapannya.

"Uang anda terlalu besar." Anak itu menatap uang dan Marko secara bergantian.

"Ambil saja kembaliannya," ucap Marko dengan santai.

Setelah menerima uang 50 ribu tersebut anak itu segera memberikan koran yang tersisa di pelukannya.

Anak laki-laki itu tersenyum senang dan mengucapkan terima kasih kepada Marko.

Sedangkan di tempat lain, Rafa tersenyum begitu lebar memperhatikan mobil yang melaju di jalanan.

"Paman tadi baik sekali, dia memborong semuanya."

"Semoga saja paman tadi selalu sehat dan di berikan kebahagiaan, Aamiin."

Rafa berbalik badan dan berjalan ke arah gang kecil yang sangat lembab dan kotor, Ia harus menyetorkan hasil penjualannya hari ini kepada Pak Tio dan segera pulang.

Pak Tio itu adalah pemilik dari koran yang selalu Rafa dagangkan, pria tua dengan rambut putih itu satu-satunya orang yang mau memberi Rafa pekerjaan.

Setelah 20 koran sudah terjual habis dan Rafa akan mendapat upah 15.000 dan sebotol air.

Rafa berjalan menyusuri rumah yang saling berdempetan di dalam gang tersebut, rumah Pak Tio sendiri lumayan jauh dari lampu merah tempat Rafa berjualan koran.

Di sepanjang jalan banyak sekali  anak-anak berusia 6-8 tahun bermain di depan rumah yang menyambung dengan gang yang Rafa lewati.

Tidak banyak yang Rafa kenal di jalanan ini selain pemuda yang tengah duduk sambil merokok di warung kecil itu.

"Numpang lewat bang," ucap Rafa menunduk begitu sampai di depan pemuda itu.

Pemuda itu membuang rokok nya dan bangkit menghampiri Rafa.

"Tumben lo pulang jam segini?" Pemuda itu menyamakan langkahnya dengan Rafa.

Rafa tetap berjalan sambil sesekali menjawab pertanyaan dari pemuda di sampingnya.

"Oh itu, koran punya Rafa di borong sama om-om pake mobil."

"Omnya baik kan, bang?" tanya Rafa menoleh ke arah samping.

"Ck, begitu doang lo bilang baik. Gue yang selalu ngasih lo makan saat lo ngga dapet duit, apaan dong? Malaikat? Pangeran? Atau ahli surga?" ucap pemuda itu dengan nada tidak suka.

"Bang Guntur itu beda tau, bang Guntur itu orang paling baik banget banget di hidup Rafa, hehee."

Pemuda bernama Guntur itu berhenti melangkah dan membuat Rafa menoleh padanya. Raut wajah pemuda itu berubah serius dan mulai menjelaskan.

"Hati-hati di Jln. Anggrek, anak buah si botak selalu berkeliaran di sana jam segini." Guntur menepuk pundak Rafa beberapa kali dan memberinya informasi.

"Okee, Bang. Rafa akan hati-hati kalau lewat Jln. Anggrek."

Guntur mengangguk.

"Cuma itu aja sih, capek juga ya jalan sampe sini." Guntur pergi setelah mengusak rambut Rafa yang mulai memanjang.

Mau tau siapa yang Guntur sebut 'si botak'?

Si botak itu sebenarnya, hanya panggilan kurang ajar yang Guntur berikan untuk preman yang selalu memalak anak-anak pengemis di jalan yang selalu Rafa lewati sebelum sampai rumah Pak Tio. Si botak ini tidak hanya memalak para anak-anak, terkadang dia juga akan melakukan hal serupa kepada pengemis dewasa dan beberapa pedagang kecil lainnya.

Rafa kembali berjalan. "Semoga saja nggak ada preman," harapnya.

Rafa meremat erat saku celana yang tersimpan uang hasil jualan hari ini, perasaan takut mulai menyelimuti pemuda kecil itu. Sambil terus berjalan menyusuri jalan, Rafa juga berdoa agar tidak bertemu preman di Jl. Anggrek.

Rafa tidak bisa membayangkan jika dirinya menjadi salah satu anak yang di palak itu, menyeramkan.


- To be continued -

Note ; vote komen sebanyak-banyaknya guys!

3k vote 1k komen cappi up lagi!

RAFANO ZAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang