08 : Tidak di terima? ✔

22.9K 2.6K 257
                                    


"Setiap anak memiliki rumah, tapi tidak setiap rumah memiliki warna yang cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setiap anak memiliki rumah, tapi tidak setiap rumah memiliki warna yang cerah."

***

08 ; Tidak di terima?

Setelah menunggu di tempat yang sudah di janjikan hampir 20 menit lamanya, kini Rafa sudah duduk anteng di dalam mobil hitam milik Marko.

Mobil hitam tersebut melaju melewati padatnya jalanan sore ini.

Sekarang sudah pukul 5 lewat 30 menit, untungnya Rafa sudah mandi terlebih dulu di wc umum dekat warung yang Guntur sering datangi.

Suasana sunyi terus menemani mereka sampai mobil tersebut akhirnya memasuki gerbang Mansion besar itu. Seorang Bodyguard datang dan membukakan pintu penumpang yang di tempati Marko dan Rafa.

"Selamat datang, tuan."

"Ayo turun," Marko menarik pelan pergelangan tangan Rafa agar mengikutinya.

"Bawa barang-barang itu masuk, dan taruh di kamar atas."

"Baik tuan." 2 bodyguard berjalan ke arah bagasi mobil dan mengeluarkan barang belanjaan yang Marko beli untuk Rafa.

Rafa menatap kagum bangunan besar di hadapannya, walaupun sudah pernah memasuki Mansion ini, tetap saja selalu membuat Rafa merasa kagum dan betah untuk memandanginya.

Mungkin Mansion ini sebesar lapangan sepak bola di dekat rumah pak Tio. Tadi saja dari gerbang sampai pintu Mansion mungkin memakan waktu 7 menit.

"Sudah tidak sabar bertemu abang mu?" tanya Marko yang sedari tadi memperhatikan tingkah Rafa.

"Eh, i-iya Om," jawab Rafa.

"Kok Om? Papa dong, Daddy juga boleh," ucap Marko dengan nada tidak suka.

Rafa gelagapan sendiri mendengar nada bicara Marko, "Iya pah," ucapnya.

"Bagus. Pertahankan."

Marko masuk lebih dulu dengan Rafa yang berjalan di belakang tubuhnya.

Sesampai nya di ruang tamu Marko memperhatikan sekitarnya dan tidak menemukan satu pun anak-anaknya.

"Kemana mereka? Padahal mereka tahu akan ada anggota baru," ucap Marko kesal sendiri, anak-anaknya ini memang kurang ajar sekali.

"Bibi!" teriak Marko memanggil seorang pelayan paruh baya.

"Dimana Alvin dan Alan?"

RAFANO ZAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang