10 : Naik motor ✔

22.1K 2.7K 223
                                    

10 ; Naik motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10 ; Naik motor

Siang ini kediaman Marko sangat sepi di karenakan penghuninya sedang melakukan aktivitas masing-masing, kecuali Rafa yang hanya menonton tv di ruang tamu.

Remaja itu sudah 2 jam lebih hanya duduk santai menunggu kepulangan keluarga barunya, Alvin dan Alan sedang sekolah dan pulang jam 3 sore, Austin? Entahlah Rafa tidak tahu apa yang pria itu kerjakan, sedangkan Marko sudah jelas pergi bekerja untuk membiayai kebutuhan ke empat putranya.

Sekarang sudah jam 11 siang, namun Rafa sudah merasa bosan karena di rumah ini Ia hanya berdiam di depan tv, tidak ada yang mengajaknya mengobrol karena para bodyguard di rumah ini juga seperti robot, walaupun sudah di ajak berbicara oleh Rafa bodyguard tersebut hanya menjawab singkat.

"Uwahh bosan," keluh Rafa membaringkan tubuh nya di sofa besar yang sedari tadi Ia duduki.

"Kapan mereka pulang? uhh Rafa tidak ada teman, biasanya jam segini Rafa sedang berjualan." Rafa membayangkan kehidupannya dulu yang selalu berjualan tanpa sedikitpun bermain dengan anak-anak seusianya.

Dulu Rafa memang berjualan koran dari jam 9 pagi sampai sore atau bahkan sampai malam, karena daganganya belum habis.

Tapi sekarang semua nya sudah berbeda, sekarang Rafa sudah memiliki Ayah dan keluarga. Keseharian Rafa yang berjualan koran pun tergantikan oleh rasa bosan karena tidak ada yang harus Rafa kerjakan selama di rumah ini.

Ingin berkeliling rumah besar ini, tapi Ia takut tersesat dan malah merepotkan orang lain.

Seorang bodyguard yang sudah di tugaskan Marko untuk menjaga Rafa akhirnya membuka suara setelah sedari tadi hanya menatap 'anak baru' tuannya.

"Apa tuan kecil ingin makan siang sekarang?" tanya bodyguard tersebut dengan suara datar.

"Eh, memangnya harus makan siang? Tadi pagi kan sudah sarapan," Rafa bingung. Ia terbiasa makan pukul 7 pagi dan 6 sore, itupun jika Ia memiliki uang untuk membeli nasi.

Bodyguard itu mengangguk. "Tuan kecil ingin makan dengan menu apa saja, saya akan menyampaikan pada koki di dapur," ujarnya.

Rafa mengernyit bingung mendengar 1 kata asing yang tidak pernah di dengarnya.

"Koki itu apa?" Rafa menatap pria di hadapannya dengan penasaran.

Tanpa di perintah lagi Bodyguard itu segera menjelaskan pada Rafa.

"Koki adalah orang yang menyiapkan makanan untuk disantap. Bisa juga yang tugasnya membuat resep, menentukan dan menakar bahan-bahan masakan, memasak, juga menyajikan suatu hidangan yang enak rasanya, dan terlihat indah," jelasnya secara detail.

Rafa mengangguk mengerti dan kembali bertanya, "Ada koki?" tanya Rafa dengan mata berbinar.

"Ada, Tuan."

"Rafa mau ikut ke dapur, Om." Rafa berdiri dan segera mendekat pada bodyguard berwajah datar itu.

Bodyguard bernama Max itu menatap Rafa. "Anda tidak di perbolehkan masuk ke area dapur," ujarnya.

"Memangnya kenapa? Kan cuma dapur," ucap Rafa bingung.

"Area dapur terlalu berbahaya untuk anda."

Walaupun bingung Rafa tetap mengangguk mengiyakan larangan Bodyguard di depannya. Rafa menyebutkan makanan apa yang ingin Ia makan untuk makan siang dan setelahnya Rafa kembali masuk ke dalam kamar.

Beberapa jam terlewat dengan cepat, kini Rafa tengah berdiri menghadap kaca jendela yang langsung menyajikan langit sore yang sangat memanjakan penglihatannya.

Pintu kamar Rafa terbuka dan menampilkan wajah seorang remaja tampan yang masih mengenakan seragam SMA.

Pemuda itu dengan ragu-ragu menghampiri Rafa yang tengah berdiri memandang jalanan yang terlihat dari kaca jendela kamarnya.

"Rafa?" panggilnya.

Rafa membalikan tubuh kecilnya dan melotot lucu menatap pemuda yang tiba-tiba berada di kamarnya.

"Nama mu Rafa, kan?" tanya pemuda itu dengan senyum kecil di wajahnya.

Rafa mengangguk kaku.

"Nama ku Alvin, kamu bisa memanggil ku Kakak atau Kak Al." Pemuda itu menatap gemas pada Rafa yang sedari tadi hanya menatap nya tanpa mengeluarkan suara, sangat lucu. Pikirnya.

"I-iya, Kak Al."

Alvin berdiri di sebelah Rafa dan ikut menatap jalanan yang terlihat di jendela kamar. Pantas Rafa betah berdiri di sini, karena pemandangan yang terlihat pun sangat indah.

Matahari setengah tenggelam.

"Kamu bosan tidak di rumah seharian?" tanya Alvin menghadap Rafa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu bosan tidak di rumah seharian?" tanya Alvin menghadap Rafa.

"Sedikit."

"Mau keluar jalan-jalan?" tawar Alvin.

"Jalan-jalan? Rafa mau," Rafa dengan antusias menyambut ajakan Alvin.

"Mandi dulu, udah sore." Alvin mengacak rambut hampir setengkuk Rafa dengan perasaan senang.

Setengah jam kemudian, Alvin dan Rafa sudah siap dengan pakaian rapinya. Kedua remaja berbeda usia itu rencananya akan pergi mencari makan di luar.

"Ayo." Alvin menarik pergelangan tangan Rafa dengan lembut.

Setelah mengeluarkan motor di garasi rumahnya, Alvin membantu Rafa yang tampak kesusahan memasang helm.

"Lucu," gumam Alvin menatap wajah bulat Rafa yang sudah terpasang helm.

Rafa menunduk malu mendengar ucapan Alvin.

Setelah memastikan Rafa duduk dengan nyaman, Alvin segara menyalakan mesin motornya.

Motor tersebut melaju meninggalkan rumah besar itu.

Jalanan sore ini tidak terlalu ramai namun tidak sepi juga. Ini pertama kali nya Rafa naik motor dan rasanya sangat mendebarkan, Ia senang namun juga takut terjatuh dari motor Alvin.

"Pegangan, Raf," titah Alvin dengan fokus terus ke depan.

"Sudah," balas Rafa dengan tangan sudah memegang baju Alvin.

Alvin menarik tangan Rafa untuk memeluk pinggangnya, pemuda itu tidak ingin mengambil resiko jika Rafa terjatuh dari motor karena tidak berpegangan dengan erat.

"Kayak gini," Alvin menepuk pelan kedua tangan Rafa yang melingkari perutnya.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di depan halaman rumah keluarga Immanuel, seorang pria baru saja keluar dari mobil dan tidak sengaja melihat pemandangan dua orang pemuda yang berboncengan sepeda motor.

Entah kenapa pria itu mulai merasakan perasaan asing yang menyusup di hatinya yang selama ini kosong.

Dia juga ingin dekat dengan Rafa ... adik barunya.

- To Be Continued -

Note : tolong vote dan komen sebanyak-banyaknya ya!

RAFANO ZAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang