15. Hutang Es Krim

2.9K 333 107
                                    

Tentang sakit yang diderita sang ibu tidak separah yang lalu. Asalkan Xiao Zhan memperbaiki pola makan sang ibu, dipastikan jika ibunya akan sehat. Pesan dokter tidak boleh membuat kaget dan berpikir keras karena akan mempengaruhi jantungnya. Xiao Zhan mengangguk dan segera membawa sang ibu keluar.

Zhan memapah ibunya. Tangan kanannya dilingkarkan ke lengan ibunya. Mereka baru keluar dari gedung. Sedangkan Yibo sudah berdiri di pinggir jalan parkiran. Dia menyandar di sebuah tiang jalan.

Xiao Zhan mendecih karena Yibo masih disana. Kan dia jadi salah tingkah. Loh? Zhan berpura-pura tidak melihatnya. Tapi sang ibu malah melihat anak itu. Alhasil mereka kembali bertemu. Yibo terus menatap Zhan dengan tanpa ekspresi. Tapi ada rasa ingin memeluknya. Xiao Zhan tidak berani melihat. Nanti niatnya luntur untuk marah.

Sedangkan Vicky Zhou ingin tertawa sekarang. Dia sebenarnya tahu Zhan itu memiliki rasa dengan Yibo hanya saja gengsian. Pucuk dicinta ulanpun tiba. Istilah kiasan yang memiliki arti ada kesempatan yang datang ketika sangat dibutuhkan pertolongan. Vicky melihat ada temannya.

Mereka mengobrol sebentar, lalu ketika selesai dia meminta ijin untuk jalan-jalan sebentar. Sedangkan Zhan ingin menolak karena tidak mau bersama Yibo.

Akhirnya mau tidak mau Zhan harus menunggu dengan Yibo. Selama sepuluh menit tidak ada yang dibicarakan. Mereka saling diam. Lalu Yibo berinisiatif bertanya.

"Apa kau lapar?"

Zhan diam, sama sekali tidak menggubris meski dalam hatinya ingin sekali makan. Perutnya tidak mau diajak kerja sama.

"Aku akan membelikanmu es krim semaumu"

Zhan mulai tergoda buktinya dia melirik Yibo. Jarang sekali Zhan membelinya karena sibuk.

"Benarkah?" gayanya yang tetap ketus tapi lucu untuk Yibo. Zhan itu gengsian. Harga dirinya itu lebih pnting. Tetapi jika untuk eskrim semaunya mungkin bisa diegosiasi.

"Hn"

"Tapi aku kan sedang marah denganmu?! Jangan mencoba menghasutku"

Zhan melenggang begitu saja sesekali dia menendang batu kerikil. Tidak ada pemandangan seindah ketika Yibo melihat Xiao Zhan dengan segala tingkahnya.

Yibo mengikuti jejak Zhan dari belakang tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung berbalut jaket denim itu.

"Sialan. Anak berengsek" makinya, Zhan masih tidak sadar saja jika Yibo masih mengikutinya berjalan yang juga terkekeh.

Baru setenga jalan di trotoar, Zhan merasakan jika dibelakangnya ada yang mengikuti sejak tadi. Alhasil dia menengok. Dan benar saja ada Wang Yibo yang berdiri menyaku tangan di celana kantornya. Sejak pagi Yibo belum berganti baju sampai siang itu. Meski begitu pemuda itu masih saja tampan.

Blush.

Zhan menghardik dirinya yang memuji Yibo tampan. Kemudian dia menyalahkan Yibo yang sejak tadi mengikutinya.

"Uwe, kau mengikutiku sejak tadi?"

"Hn"

Xiao Zhan tampak memerah karena cuaca panas di sana. Tapi juga panas karena desiran darahnya mengalir deras. Jadi sejak dia mengumpati Yibo, yang diumpati justru mendengarnya.

"Kenapa kau mengikuti ku?" sentaknya tidak terima.

"Karena itu janjiku"

"Dih, pulang sana. Apa kau tidak lelah?"
Sejujurnya senang juga Wang Yibo perhatian dengannya. Tapi dia masih malu untuk mengakui Yibo.

Sampai Wang Yibo melembutkan ekspresinya. Ini pertama kalinya Zhan melihat pandangan mata yang tidak ada dendam. Hanya ada anak polos tanpa kedua orang tua.

/END/ My BABY Wang (Yizhan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang