Ceroboh

292 58 3
                                    

Selamat malam 😊
.
Up kembali Aliqa & Hafiz
Setelah lama tertidur 😁🤭
.
Semoga suka ya ...
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

Satu minggu sudah berlalu, sejak kejadian aku pingsan, hingga sekarang aku belum juga bertemu dengan bang Hafiz lagi, ayah bilang bang Hafiz sedang ada tugas luar yang tidak bisa di gantikan, oleh sebab itu bang Hafiz pergi dan sementara tidak melatihku.

Hari ini setelah latihan, aku sudah meminta izin ayah dan bunda untuk jalan ke mall, awalnya bunda melarang aku pergi sendirian, tapi ayah berusaha meyakinkan bunda, akhirnya bunda setuju dan memberikanku izin. Aku ingin menghabiskan waktu sore yang biasanya di dalam kamar, kali ini aku ingin merasakan udara luar, meski sebenarnya lebih mirip orang hilang karena luntang lantung sendirian.

Lama berjalan keliling mall, membuat cacing di dalam perutku mulai demo, mereka sudah memberi alarm untuk segera di beri makan, aku melangkahkan kaki menuju lestoran cepat saji, memesan menu paket yang pastinya lebih murah.

Setelah mendapatkan pesanan dan membayar, aku memilih duduk di kursi paling pojok, sudah sendirian duduk dipojok pula, menyedihkan sekali aku ini.

Menikmati makanan sambil sesekali stalking di sosmed dan juga mata yang tak mau diam menatap lalu lalang para pengunjung mall, menjadi aktifitas yang aku jalani saat ini, nasib jomblo ya seperti ini, lagi - lagi terlihat menyedihkan.

"Bang Hafiz mau pesan apa?" Suara cempreng dan manja dari seorang wanita, di tambah menyebutkan nama seseorang yang sudah satu minggu ini memenuhi pikiran, membuatku langsung menoleh ke sumber suara.

Hampir saja aku kesedak makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutku, menyaksikan pemandangan di depan sana, apa aku tak salah melihat? Dia yang kata orang - orang jomblo justru sedang bermesraan dengan wanita? Pintar sekali dia mencari muka depan yang lain, sok suci tak mau dekat dengan wanita, tapi kenyataanya? Sungguh menjijikan.

Masih mengenakan seragam PDL, bersama wanita cantik dengan kulit tubuh yang terlihat bening, bang Hafiz berjalan menuju meja pemesanan. Ya, dia bang Hafiz mentorku yang sudah satu minggu menghilang dan sekarang muncul dengan tiba - tiba, membuatku hampir saja tersedak.

"Abang mau apa?" Tanya wanita itu lagi, mungkin karena belum mendapatkan jawaban dari yang di tanya.

"Terserah." Jawab bang Hafiz, lokasi aku duduk memang lumayan dekat dengan mereka, apalagi suara cempreng wanita itu yang terdengar dalam satu ruang resto ini, meski duduk jauhpun pasti akan mendengarnya.

Aku masih melihat mereka berdua, bang Hafiz tampak tengok kanan - kiri seperti mencari tempat kosong dan aku segera menunduk, memutar tubuhku agar benar - benar membelakanginya, jangan sampai dia tahu kalau aku ada di sini, bisa habis jadi bahan ejekkannya.

"Abang yang bawa ya, kita duduk di mana?" Lagi suara wanita itu terdengar.

"Di sana."

"Oke."

Sumpah, jantungku sudah berdetak kencang saat mendengar jawaban bang Hafiz, meski aku tak tau di sana yang di maksud bang Hafiz di sebelah mana, tapi entah kenapa aku memiliki firasat jika bang Hafiz menunjuk ke arahku, di tambah suara derap langkah sepatu yang benar - benar terdengar makin mendekat, membuatku makin deg - degan.

Cita Setinggi AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang