Jealous

285 55 2
                                    

Selamat malam 😊
.
Up kembali Abella 😊
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment  juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

"Dasar ceroboh." Ucapnya, menatapku dan berjalan mendekat.

Berjongkok tepat di depanku, mengambil sarung tangan dari saku celananya, mengusap darah yang masih mengalir di telapak tanganku, wajahnya terlihat kesal, tapi entah kenapa seakan memberikan angin sejuk padaku, ada rasa bahagia melihat dia ada di depanku, apalagi dengan tangannya yang saat ini menyentuh tanganku.

Kenapa dengan diriku ini? Jantung, kenapa juga dengan dirimu? Kenapa suka sekali berdetak kencang saat dekat dengan pria arogan ini?

"Sudah selesai mengagumi ketampananku nona? Jika sudah, berdirilah karena aku harus membawamu ke rumah sakit, lukamu terlalu dalam, harus dijahit." Katanya membuatku mendengus, tadi apa katanya? Lukamu terlalu dalam?

Aku menatapnya, "Luka di dalam hatiku memang dalam dan sakitnya lebih dari luka di tanganku." Kataku.

"Itu bukan urusanku, cepat berdiri." Jawabnya, lagi - lagi membuatku mendengus kesal.

Aku pun berdiri, bertepatan dengan dua orang berseragam polisi yang menghampiri kami, "Cieeee." Kata salah satu polisi dengan name tag Bayu, membuat bang Hafiz yang kali ini bergantian mendengus. Iya bang Hafiz, pria yang sudah menolongku dari amukan penjahat itu, dia datang tepat waktu layaknya hero.

"Nggak usah mikir aneh - aneh, urus kerjaan lu, gue harus ke rumah sakit." Katanya, menarik tanganku agar segera mengikutinya, "Lain kali mbak harus hati - hati ya." Lanjut bang Hafiz saat di depan mbak yang tadi kena jambret.

"Iya pak, terima kasih bantuannya, buat mbak juga terima kasih, maaf karena saya mbak jadi terluka."

Aku tersenyum, "Hanya luka kecil mbak, nggak papa."

"Kami permisi mbak, ayo." Kata bang Hafiz lagi, tanpa menunggu jawaban dariku, kembali menarik tanganku menuju mobilnya.

Selama di perjalanan kami saling diam, sampai bang Hafiz mengantarku ke IGD pun masih diam.

"Wah ada Letnan tampan pujaan para wanita." Aku menoleh, melihat siapa yang datang, pria bersnelli yang sedang tersenyum seakan tengah menggoda bang Hafiz berjalan mendekati kami.

"Tak perlu banyak bicara, cepat obati lukanya." Kata bang Hafiz.

"Santai Letnan, tunggu dulu, siapa nona cantik ini? Bolehkah berkenalan?"

"Lakukan tugasmu dengan cepat dokter Faridz, jika masih ingin berada di rumah sakit ini."

Kali ini bukan bang Hafiz yang mendengus, tapi pria bersnelli yang bernama Faridz itu, "Santai Letnan, gue nggak akan merebut nona cantik ini." Kata dr. Faridz, lalu berjalan mendekatiku, "Mari nona, saya obati lukanya." Lanjutnya, aku tersenyum dan mengangguk.

"Nggak usah modus pegang tangan." Lagi, dr. Faridz mendengus kesal mendengar perkataan bang Hafiz.

"Ini bukan modus Letnan, tangan nona ini yang terluka, bukan kaki, jadi wajar tangannya yang di pegang." Jawab dr. Faridz dengan kesal.

"Cepat, jangan bertele - tele mengobati luka secekil itu." Jawab bang Hafiz, ya ampun betapa terlihat sangat kesal dr. Faridz karena ulah bang Hafiz, dia itu memang menyebalkan sekali.

"Baik nona, jangan lagi dengarkan pria yang sedang menahan cemburu itu." Kata dr. Faridz, hampir saja bang Hafiz akan menjawab namun, "Stop, saya harus segera memberikan pertolongan pada pasien saya Letnan, diam di situ karena saya harus hecting." Lanjut dr. Faridz, sumpah rasanya ingin sekali tertawa melihat wajah bang Hafiz yang menahan kesal pada dr. Faridz.

Cita Setinggi AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang