Selamat malam 😊
.
Up calon Taruni
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.
Setelah melewati hari pertama latihan yang menurutku bukan latihan, tapi seperti ajang balas dendam, karena aku merasa jika aku sedang dikerjai olehnya, bayangkan kalau gerakan saat pemanasan saja salah, padahal itu semua yang mengajari ayah Alvand, aku sampai kesal dibuatnya, latihan hari pertama hanya mengenai pemanasan saja dan juga tejnik - tehnik saat berlari.Dosa apa yang sudah aku perbuat atau karma apa yang saat ini sedang aku jalani, kenapa aku harus dipertemukan dengan pria ini dan kenapa juga ayah Alvand harus mendapatkan ide menghukumnya dengan cara melatihku.
Mami Vina bilang, "Aliqa, percayalah kalau bang Hafiz akan menjadi mentor terbaik, kamu nggak akan bosan karena mendapatkan mentor setampan bang Hafiz." Sambil tersenyum, menaikturunkan kedua alis, beliau sengaja menggodaku.
Aku hanya bisa tersenyum, senyum yang sungguh sangat terpaksa, mami Vina memang benar jika dia tampan, aku sebagai wanita normal jelas mengakuinya, tapi membayangkan jika harus melihat wajahnya yang anyep dan arogan itu sepanjang latihan, oh ya ampun, percayalah kawan jangankan untuk di dunia nyata, bahkan dimimpipun aku tidak pernah menginginkannya.
Saat pertama kali bertemu saja sudah membuatku naik darah, fisaratku jelas sudah tak enak, sudah pasti dia akan membuatku merasa berada di dalam neraka yang bernama latihan.
Rasanya ingin menangis, ingin marah, tapi apakah pantas aku marah pada ayah Alvand? Aku yakin jika beliau pasti sudah memikirkan segala sesuatunya, aku sedikit tau dari anggota ayah Alvand, jika dia prajurit yang berprestasi, dia seperti bayang - bayang dari ayah Alvand, selalu membuat bangga kesatuan dalam setiap tugasnya.
Mungkin atas pertimbangan itu juga, ayah Alvand percaya pada dia untuk menjadi mentorku. Andai saja pertemuan pertama tak separah itu, mungkin aku akan menikmati latihan.
Hari kedua latihan, masih sama seperti kemarin, malas, tak ada rasa semangat seperti biasanya, jalan kaki menuju lapangan yon yang biasanya terasa jauh kini terasa begitu cepat, tau - tau sudah sampai di lapangan saja, padahal jalanku sudah dibuat sepelan mungkin, agar waktu latihanku bersama dia berkurang, tapi apa ini? Bahkan semestapun ikut berperan mempercepat semuanya.
Sampai di lapangan, mataku langsung di suguhkan dengan pemandangan yang membuat status jombloku mendadak ingin segera pensiun. Oh ayolah, sekali lagi aku katakan jika aku aku wanita normal! Siapa yang tak kagum melihat tubuh tinggi tegap yang di balut celana hitam diatas lutut, kaos hijau muda pres body yang sudah melekat dengan sempurna di tubuhnya, karena basah oleh keringat.
Bahkan dengan tak tau dirinya, jantungku mulai berdetak makin tak terkendali, akupun tak tau kenapa jantungku memberi respon seperti ini. Wahai jantung, ada apa denganmu? Kenapa harus berdetak senakal ini saat berada di dekat pria menyebalkan ini? Kenapa detaknya seperti saat bersama penghianat itu, bahkan ini berkali lipatnya.
"Tak perlu menatapku seperti itu! Tujuanmu untuk latihan, bukan memujaku!" Katanya yang sukses menyentak diriku dari lamunan.
Heh, dari mana dia tau jika aku sedang menatapnya? Bahkan balik badan pun tidak, dia masih membelakangiku, lalu dari mana dia tahu?
"Tak perlu heran, aku prajurit sejati, jelas bisa merasakan kehadiran seseorang." Katanya lagi.
Lihatlah, dia ini cenayang atau apa? Kenapa pandai sekali membaca pikiranku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cita Setinggi Asa
RomanceMaliqa Paradina, biasa di panggil Aliqa, gadis berusia 18 tahun yang memiliki cita setinggi asa, menjadi melati pagar bangsa, mengabdikan seluruh jiwa raganya untuk ibu pertiwi, seperti abangnya yang telah gugur saat menjadi garda terdepan menjaga i...