"Sudah berapa lama?" Tanya bang Alvand saat aku sudah berada di dalam ruang kerjanya.
"Apanya bang?"
"Lu bisa bohong sama semua orang Fiz, kecuali gue."
"Hafiz benaran nggak ngerti bang, bohong apaan?" Aku benar - benar nggak paham dengan apa yang bang Alvand katakan.
Bang Alvand berdercak, "Lu sama Aliqa, sejak kapan official?"
"Apaan? Ma .... maksud abang apaan sih, nggak usah ngarang cerita, siapa yang jadian."
"Gaya lu Fiz, kaya bisa bohong sama gue, mmm ... tapi kalau memang kalian nggak jadian syukur sih, gue mau jodohin Aliqa sama anak Mayjen. Heru." Jawab bang Alvand membuatku terkejut, apa katanya? Menjodohkan Aliqa? Ish, menyebalkan juga pria satu ini.
"Sudah nggak jaman jodoh - jodohan bang, lagian kaya Aliqa mau saja." Kataku berusaha sesantai mungkin, jangan sampai ketahuan jika aku sedang menyembunyikan sesuatu.
Bang Alvand mengambil ponselnya, memberikannya padaku, "Lihat, saat ini anak Mayjen. Heru sedang berada di rumah abang, mungkin saat ini Aliqa juga sudah bertemu dengannya, Mayjen. Heru meminta Aliqa menjadi calis putra semata wayangnya, menurut lu gimana?" Jelas bang Alvand membuatku langsung kesedak ludah sendiri saking kagetnya.
"Uhuk uhuk uhuk."
"Kenapa? Sampai segitunya kaget."
"Abang nggak serius 'kan?" Tanyaku saat sudah berhasil menguasai diri.
"Serius lah, memangnya di wajah tampanku tertulis kata dusta kah?" Jawab bang Alvand dengan cengiran yang terlihat sangat menyebalkan, kini giliranku yang mendengus kesal mendengar jawabannya itu, "Bagaimana Lettu. Hafiz Yudhistira?"
Aku menatap bang Alvand yang juga tengah menatapku, "Baiklah, tapi abang janji ya, hanya abang yang tahu, karena Hafiz dan Aliqa sudah sepakat untuk silent, sampai tiba waktunya nanti kita up." Bang Alvand mengangguk, "Hafiz dan Aliqa sudah jadian bang, jadi please jangan jodohin Aliqa dengan siapapun, masa abang tega sih, bikin Hafiz kembali patah hati." Kataku dan bang Alvand justru tertawa saat mendengar jawabanku.
"Ko abang tertawa?"
"Fiz Fiz, lu perhatiin deh itu photo waktu kapan dan di mana, lu lupa?"
Aku kembali mengambil ponsel bang Alvand, memperhatikan photo putra Mayjen. Heru, tunggu dulu sepertinya aku mulai ingat sesuatu, ini bukan di rumah dinas bang Alvand tapi bang Andi, ya aku ingat kursi teras ini ada di rumah bang Andi, ah sial kena jebakan bang Alvand.
Aku kembali menatap bang Alvand yang terkekeh, karena berhasil menjebakku, "Cie yang sudah nggak jomblo haha."
"Puas - puasin ketawanya bang." Kataku.
"Kenapa lu? Marah?"
"Nggak bang, sedikit kesal saja."
"Oke, sorry kalau gue terlalu ikut campur, tapi jujur gue tenang sekarang sudah tau Aliqa sama lu Fiz, ingat jangan pernah sakiti dia, kalau lu sakiti Aliqa, sama saja lu sakiti gue, paham."
"Seriusan tenang? Perasaan waktu Hafiz mau jalan sama Aliqa ada yang dengan tegas melarang, pakai bilang nggak percaya juga, kenapa sekarang berubah?" Tanyaku balik, bang Alvand kembali tertawa.
Aih, kenapa juga dengan pria di depanku ini, kenapa terlihat begitu menyebalkan, bang Alvand yang biasanya terlihat serius, pelit senyum kenapa saat ini berubah total, bukan hanya tersenyum tapi juga tertawa, tawa yang sayangnya terlihat sangat menyebalkan.
"Wajarlah gue nggak percaya, lu 'kan jomblo lama, takut Aliqa lu terkam." Lagi, bang Alvand tertawa, meski tak ada yang lucu.
Terkam? Maksudnya apa coba, kena juga pakai bahasa terkam segala, apa bang Alvand pikir karena lama menjomblo membuatku hilang kendali pada wanita? Oh ya ampun, yang benar saja, biar seperti ini masih punya iman untuk tidak merusak anak gadis, memang ya bang Alvand ini, terlalu ngadi - ngadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cita Setinggi Asa
RomansaMaliqa Paradina, biasa di panggil Aliqa, gadis berusia 18 tahun yang memiliki cita setinggi asa, menjadi melati pagar bangsa, mengabdikan seluruh jiwa raganya untuk ibu pertiwi, seperti abangnya yang telah gugur saat menjadi garda terdepan menjaga i...