Mas

303 55 3
                                    

Sinar mentari pagi begitu cerah, secerah kami para anggota yang sedang olahraga pagi seperti biasanya, di bawah komando bang Andi langsung, kami memulai lari mengelilingi lapangan Yon, tak lupa menyayikan yel yel penyemangat.

Bangun pagi-pagi menuju ke lapangan
Untuk mengikuti latihan
Tak tahan rasanya ingin segera pulang
Latihan belum usai

Bangun pagi lari pagi
Sarapan belum pasti
Dan setiap hari tak pernah mandi

Wahai Pelatih betapa kejamnya dikau
Wahai Pelatih betapa jeli matamu
Tak tahukah kamu apa isi hatiku
Aku cinta padamu

Mataku tak sengaja melihat pacarku yang juga sedang olahraga pagi bersama mbak An, cie pacar, rasanya belum percaya jika aku dan gadis nakal itu jadian, sebenarnya aku iseng karena dia sudah memancing duluan, ternyata keisenganku berbuah manis, Aliqa menyambutnya. Aku berani iseng karena perkataan bang Andi terus saja terngiang, aku juga tidak tau kenapa bisa seperti itu, pada akhirnya aku bisa mengerti setelah beberapa hari ini resmi berpacaran, ya aku mengerti jika semua itu karena rasa tertariku pada Aliqa, semudah itu hatiku kembali terbuka setelah cukup lama tertutup, ini kali pertamanya aku kembali merasakan getaran cinta.

Cinta, kata yang sudah kembali membuatku gila, entah kenapa setelah resmi berpacaran, rasa rinduku padanya tak pernah padam, satu hari saja tidak melihat atau mendengar suaranya membuatku rindu, biarlah meski dibilang lebay dan tidak cocok dengan umur, aku berhak bahagia, kembali merasakan indahnya bunga cinta yang bermekaran.

Aliqa tersenyum, akupun ikut tersenyum membalasnya, tak lupa sedikit melambaikan tanganku padanya.

"Lettu Hafiz!"

"Siap!" Jawabku spontan saat mendengar namaku di sebut, aku segera kembali menatap ke depan dan aku langsung menghentikan langkah saking kagetnya, karena apa? Karena saat ini aku sudah keluar barisan. Aku melirik anggota lainnya yang terlihat sedang menahan tawa, sumpah rasanya malu sekali, ini kali pertamanya aku tidak fokus, parahnya di depan bang Andi juga, ya ampun.

Aku berdiri menghadap bang Andi yang juga terlihat menahan tawa, sial memang, ini sih fix akan menjadi sejarah baru, seorang Hafiz Yudhistira akan di hukum karena kesalahan yang tak seharusnya terjadi, harusnya bang Andi bisa memaklumi, bukankah bang Andi juga pernah merasakan jatuh cinta? Jadi wajar jika aku hilang fokus, karena fokusku teralihkan pada dia yang aku cinta.

Ish, sejak kapan aku ini pandai merangkai kata, rasa - rasanya dari jaman cinta monyet, aku tak pernah bisa berkata - kata, para mantanku bilang, menjalin hubungan denganku tak jauh berbeda dengan maneking, terlalu kaku dan tak ada manis - manisnya sedikitpun, kalah dengan air mineral yang ada manis - manisnya, sungguh terlalu bukan.

"Tau kenapa saya panggil?"

"Siap, mengerti."

"Push up 50x, sekarang."

"Siap." Jawabku segera memposisikan diri untuk memulai push up, benarkan tebakanku jika bang Andi pasti akan menghukumku, oh ayolah bang, di belakang sana ada Aliqa, kenapa juga aku harus dihukum di depan Aliqa, turun sudah reputasiku.

Tapi aku tetap saja bersiap memulai push up, mulai dari hitungan pertama hingga bisa selesai 50x, untungnya hal seperti ini sudah biasa, tak menjadi beban buatku, hanya saja rasa malu yang aku rasakan pada Aliqa, karena melihatku dihukum seperti ini.

"Bangun."

"Siap."

"Jangan ulangi lagi,"

"Siap."

"Yang lain boleh bubar."

"Siap." Jawab anggota lainnya serentak, bang Andi kembali mentapku, kemudian tersenyum.

Cita Setinggi AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang