5. Mimpi

1.2K 188 14
                                    

Di sebuah rumah sakit seorang gadis tampak berbaring di atas bangsal. Matanya menatap lurus ke depan tanpa berkedip. Seorang wanita yang berdiri di sampingnya memegang tangan kiri putrinya, memberi elusan pelan yang menenangkan.

"Sayang, jangan sedih ya?" ucap sang Ibunda. Tapi tak ada respon yang ia terima. Putrinya itu hanya diam menatap langit - langit.

Hingga tak lama kemudian, pintu ruang rawat terbuka. Menampilkan dua orang pria berpakaian rapi bersama seorang gadis yang memiliki seragam yang sama dengan gadis itu.

"Gimana keadaan Yujin, sayang?" tanya Seokjin.

"Dia udah sadar dari tadi. Tapi belum mau ngomong," ucap ibu Yujin, Exy.

Seokjin melirik gadis muda di sampingnya kemudian beralih kembali pada putrinya. Ia melangkah mendekati Yujin dan mengelus dahi putrinya.

"Sayangnya papa, kamu laper gak? Mau makan apa? Biar papa beliin," ucap Seokjin. Tapi lagi - lagi Yujin hanya diam.

Kazuha, gadis yang masih terdiam di ambang pintu itu menatap lurus pada Yujin.

"Gak sampe diamputasi ngapa alay bener," batin Kazuha.

"Pokoknya selama masa pemulihan, kamu harus jagain Yujin. Di sekolah pun begitu," ucap Sehun. Kazuha menghela nafas kasar kemudian mengangguk.

"Kamu minta maaf sana," suruh Sehun. Kazuha dengan berat hati melakukan hal ini. Gadis itu melangkah mendekat hingga sosoknya ditangkap oleh pandangan mata Yujin.

"NGAPAIN LO DISINI BANGSAT?!" pekik Yujin ketika melihat Kazuha di depan matanya.

"Yujin, tenang sayang," ucap Exy.

"GIMANA BISA TENANG? DIA YANG BUAT AKU KAYAK GINI! PERGI LO ANJING PERGI!" Yujin mengusir Kazuha dengan suara yang amat lantang. Suaranya bisa dipastikan bisa menganggu orang lain.

"Sehun, bawa anak lo keluar bentar," ucap Seokjin. Sehun mengangguk kemudian membawa Kazuha keluar.

"Itu anaknya Eunseo kan?" tanya Exy.

"Iya,"

"Astagaa," Exy memijat pelipisnya. Mereka memang sudah lama tak bertemu karena Seokjin yang dulu ditugaskan di luar negeri. Yujin menghabisnya masa sekolah dasar dan menengahnya disana, ketika SMA barulah ia kembali ke negaranya.

"Yujin, denger papa,"

"Kazuha, mulai detik ini, dia budak kamu,"

"Perlakuin dia semau kamu, asal jangan dibunuh,"

"So, biarin dia di sisi kamu. Dan dia bakal lakuin hal yang harusnya kamu lakuin. Semuanya. Sampai kamu sembuh total," ucap Seokjin.

"Gunain waktu ini buat kamu balas dendam," ucap Seokjin.

Yujin yang mendengar ucapan papanya bukan merasa senang malah bergidik ngeri. Papanya lebih keliatan kek psikopat dibanding bapak yang suportif.










***















Setelah melakukan berbagai macam metode pengobatan, kini tangan Yujin sudah dipasangi gips dan sudah boleh pulang. Tentunya Kazuha ikut bersama Yujin dan keluarganya. Dia benar - benar harus berada di sisi Yujin 24 jam full. Jadi, dia tinggal juga di rumah Yujin, toh juga sepupuan.

Keduanya kini telah berada di kamar Yujin. Yujin merebahkan dirinya di kasur sementara Kazuha masih diam memegang tas ransel berisi segala kebutuhannya selama disini.

"Kaga berat lu disitu? Duduk aje sih," ucap Yujin.

Kazuha tanpa menjawab melangkah ke meja belajar Yujin. Meletakkan tasnya di lantai kemudian duduk di kursi. Ia menatap kamar Yujin. Banyak sekali koleksi gundam yang tersusun rapi. Banyak juga miniatur - miniatur unik. Agak ngeri kalo banyak gerak di kamar Yujin.

Matanya kini tertuju pada berbagai penghargaan yang diletakkan paling atas. Sepertinya Yujin sangat menjaganya. Tapi karna posisinya sangat jauh, dia tidak tahu penghargaan apa itu.

"Gue ada ekstra bed di lemari ujung sana. Jangan mimpi gue berbaik hati mau bagi kasur gue ke lo," ucap Yujin. Kazuha dalam hati sudah menganjing - anjingkan Yujin, tapi gak mungkin solo nge-rush di base musuh.

Waktu sudah cukup malam. Mata Kazuha sudah cukup berat menahan kantuk. Tapi ia tak terbiasa tidur dengan tempat tidur tipis seperti ini. Bisa - bisa tubuhnya bisa sakit semua besok.

Yujin yang belum tertidur melirik ke arah Kazuha yang sedari tadi sibuk mengganti posisi tapi tak kunjung menemukan posisi ternyamannya untuk tidur.

"Lo tau ga,"

Kazuha sedikit menaikkan alisnya ketika Yujin tiba - tiba mengajaknya mengobrol.

"Waktu smp gue ketua tim basket di sekolah,"

"Gue gigih banget latihan supaya bisa dapet banyak penghargaan,"

"Lo bisa liat piala yang berjejer disana. Semua dari basket,"

"Trus taekwon—"

"Gue ikut juga, tapi gak pernah menang,"

"Basket itu udah jadi soulmate gue,"

"Dan dalam sekejap, mimpi gue buat jadi pemain profesional harus gue kubur dalem - dalem," suara Yujin lebih pelan ketika ia mengucapkan kalimat terakhir.

Kazuha yang mendengar itu terdiam. Pantas saja saat di rumah sakit tatapan Yujin begitu kosong. Ia menyesali ucapannya yang mengatakan bahwa Yujin lebay saat itu.

"Maaf,"

"Kalem,"




"Lo maafin?"

"Kagalah anjing,"










Tbc

DOMINANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang