20. Kacau

999 187 14
                                    

Gue bingung gmn cara biar Yujin suka Kazuha balik hnghngnhnngggghhhh



.
.
.
.
.
.

"Gue gak ngerti,"

Hanya itu yang terucap dari bibir Kazuha saat menatap bahan yang diberikan oleh Chaer. Chaer terkekeh pelan, ia menggeser laptop milik Kazuha ke arahnya.

"Gapapa, biar aku aja yang kerjain," ucapnya sambil tersenyum. Kazuha reflek balas tersenyum, percaya gak percaya, senyum Chaer itu menenangkan banget.

"Chaer, kalo ngetik gue bisa kok, gue aja sini. Gue ga enak kalo lo ngerjain semua," ucap Kazuha, berusaha mengambil alih laptop itu.

"Gapapa, kamu jadi temen kelompok aku aja udah lebih dari cukup," balas Chaer.

"O-oke,"

"Gue pesen dessert mau gak?" tanya Kazuha.

"Gak us—"

"Ga nyampe lima menit," ucapnya kemudian beranjak memesan makanan untuk dirinya dan Chaer.

Saat Kazuha tengah sibuk memilih makanan, di saat itu juga Winter, Ryujin, Yujin, dan Wonyoung tiba.

Yujin tak tahu kalau disini ada Kazuha.

Ini semua rencana Winter.

Dia janjian dengan Yujin dan Kazuha di tempat yang sama.

"Lah?"

"Ngapa? Gue sengaja, gue gamau kita tuh kepecah," ucap Winter sambil bersedekap dada.

Mereka berempat berjalan ke tempat dimana Chaer tengah sibuk dengan laptop berwarna silver itu.

"Hai," sapa Ryujin.

"Hai," balas Chaer seadanya.

"Loh? Kok?" Kazuha yang baru saja kembali terkejut melihat keberadaan Yujin disini.

"Win?" Kazuha menatap Winter, Winter hanya tersenyum sebagai tanggapan. Tapi respon Kazuha diluar pikiran Winter, Kazuha terlihat tak senang dengan hal ini.

"Gue ngerasa ditarik ulur," lirih Kazuha.



"Mau kalian yang pindah atau gue?" lanjutnya.

"Zu—"

"Gue hargain niat baik lo, Win. Tapi gue gak bisa, sorry," Kazuha menarik tangan Chaer ke meja lain yang lebih jauh, tak lupa membawa laptopnya.

"Cih," Yujin berdecih, menatap malas pada Kazuha.

"Dikira gue bakal mau dateng apa ya? Gue ditipu juga," gerutu Yujin pelan, tapi masih bisa di dengar orang sekitarnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Maaf kalo terkesan ikut campur, tapi.. kamu gapapa?" tanya Chaeyeong saat melihat mata Kazuha berkaca - kaca.

"Hahh.. belakangan ini mata gue sering pedih hehe. Gue gapapa kok," ucap Kazuha kemudian menghapus genangan air di pelupuk matanya.

"Gapapa kok kalo nangis. Yang penting jangan nyerah," ucap Chaeyeong. Kazuha yang mendengar ucapan Chaeyeong kembali berkaca - kaca. Kini ia tak menyekanya, membiarkan cairan itu membasahi pipinya.

"Gue dibuang, ditolak. Sakit, sakit banget," lirih Kazuha. Chaer menatap iba pada Kazuha, ia menarik Kazuha mendekat kemudian memeluknya. Tangan kecilnya menepuk - nepuk punggung Kazuha yang bergetar.

"T-trus dengan gampangnya mereka dateng. Setelah ngebuang gue?" lanjut Kazuha sesegukan.

"Heem heem, semua pasti ada hikmahnya kok. Entah hikmah ke kamu, atau ke orang lain," ucap Chaer.

"Maksudnya?"

"Setidaknya aku gak merasa kesepian kayak sebelumnya," ucap Chaer dengan wajah penuh senyum, sama sekali tak menunjukkan kesedihan apapun.

Kazuha jadi merasa malu, seolah ia mengadu jarinya tertusuk jarum kepada seseorang yang ditusuk belati.

"Gapapa kalo masih mau nangis. Tugasnya dikit lagi selesai kok," ucap Chaeryeong dengan tangan yang masih setia menepuk punggung Kazuha.

Perlakuan Chaeryeong membuat sekelebat ingatan datang. Ia jadi merindukan Exy, wanita yang memperlakukannya seperti anak yang disayangi.

Setelah beberapa menit diam di dekapan Chaeryeong, Kazuha melepas pelukannya. Disaat itu juga, makanan mereka datang. Tapi bukan pelayan yang memberikan, melainkan Winter.

"Pesanan lo ke meja yang tadi, jadi gue anter kesini," ucap Winter.

"Gue minta maaf," ucap Winter pelan.

"Gapapa," jawab Kazuha seadanya. Winter tentu menyadari bahwa Kazuha baru saja menangis. Sesedih itukah dia? Yang dia tahu,  Kazuha tak pernah terlihat menangis.

Winter tak tahu harus menanggapi seperti apa lagi. Intinya ia merasa ada yang tersangkut di balik kata "gapapa" Kazuha.

Winter kembali ke mejanya kemudian menghampiri Yujin.

"Jin, gue takut semuanya gabisa balik kayak dulu," ucap Winter.

"Mending lo minta maaf—"

"Minta maaf atas dasar apa? Gue gak apa - apain dia," potong Yujin.

"Jin, lo udah keterlaluan. Jangan sampe lo kehilangan Kazuha," ucap Winter. Mendengar ucapan Winter barusan, membuat rasa tak rela hadir ke hati Yujin.

"Keterlaluan gimana sih?" tanya Yujin.

"Denger. Sekarang lo bayangin, Ryujin suka sama lo," ucap Yujin.

"Ngapa bawa bawa gu—"

"Trus kalian hidup serumah, sekamar malah. Dan pas Lo tidur, Ryujin curi kesempatan buat cium lo?!"

Winter terdiam mendengar penjelasan Yujin. Cukup terkejut sebenarnya, ia tak menyangka Kazuha seberani itu.

"Kenapa diem? Baru sadar kalo lo ngeliat dari satu sudut pandang doang?!" tanya Yujin dengan suara lantang, cukup menarik perhatian karena seluruh pengunjung cafe menatap ke arah mereka.


"Yujin,"

Itu suara Kazuha.

Suara langkahnya terdengar semakin mendekat, Yujin berbalik dan kini keduanya saling berhadapan.

"Gue minta maaf soal kejadian itu," ucap Kazuha.

"Gue juga minta maaf udah bikin mimpi lo jadi atlet basket pupus," lanjutnya.

"Gue minta maaf karena biarin Eunchae sama Leeseo main di kamar lo,"

"Gue minta maaf karena lo harus berbagi kamar ama gue,"

"Gue minta maaf karena kasih sayang ortu lo kebagi ke gue,"

"Gue minta maaf buat segalanya,"

"Gue harap lo maafin gue,"

"Dan dengan itu, izinin gue buat kembali ke semula. Biarin kita kayak dulu. Gak perlu saling kenal, hehe,"

"Kalo perlu saling gasuka," lanjutnya.














Tbc

Udah mo tamat nich hehehe
Btw jgn lupa follow akun ini agar ak semakin pemes😎

DOMINANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang