20

3.8K 274 47
                                    

Happy reading ⬇️



Shani menatap layar monitor dengan mata yang berkaca-kaca. Tangannya menggenggam erat tangan Ara. Terlihat di layar monitor itu sebuah kehidupan yang saat ini berada di dalam perutnya. Terdengar pula detak jantungnya yang berdegup dengan normal. Janin yang sudah membentuk dengan sempurna dan lengkap dengan anggota tubuh. Terlihat jari-jari kecil itu bergerak.

"Kondisi janinnya sangat bagus dan sehat. Detak jantungnya pun juga normal. Berat badannya sesuai dengan usia kandungan"

"Rutin makan makanan yang bergizi ya Bu. Olahraga khusus ibu hamil juga perlu. Banyak bergerak juga agar lebih sehat."

Shani dan Ara mengangguk mengerti akan penjelasan dari dokter kandungan yang mereka kunjungi hari ini untuk USG.

Setelah selesai dengan cek kandungan kini Shani dan Ara berada dalam perjalan pulang. Setiap pulang dari rumah sakit untuk cek kandungan Shani selalu terlihat sangat bahagia dan bersyukur karena kandungannya sehat. Kini usia kandungan Shani sudah menginjak 6 bulan, tinggal menunggu beberapa bulan lagi dirinya akan bertemu dengan sang buah hati.

"Mau kemana habis ini?"tanya Ara melirik istrinya.

"Pulang aja deh Ra. Aku capek"jawab Shani yang diangguki oleh Ara.

Tangan sebelah kiri Ara menyentuh dan mengelus-elus perut buncit Shani.

"Gak sabar pengen cepet-cepet ketemu sama dedek bayi"ucap Ara lembut.

"Sehat-sehat terus ya sayang"lanjut Ara.

Shani tersenyum dan mengusap-usap tangan Ara yang berada di perutnya.

"Kamu gak balik ke kantor Ra?"tanya Shani.

"Gak ci. Aku udah minta izin sama atasannya Ara kalo untuk hari ini Ara gak masuk"jawab Ara.

Ara menghentikan mobilnya di dalam garasi mobilnya disamping rumah mereka. Keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu tempat Shani duduk. Membukanya dan membantu Shani keluar dari mobil.

Membantu Shani duduk di sofa ruang tamu dan ikut duduk disampingnya. Mengecup kening istrinya.

"Ra"panggil Shani.

Ara menatap Shani dengan sedikit mengangkat sebelah alisnya.

"Kangen Bunda, Ra"ucap Shani lirih.

Ara menghela nafasnya. Membawa istrinya kedalam pelukan, mengusap-usap lengan Shani.

"Pengen ketemu sama Bunda dan ci Desy. Yori juga"lanjut Shani.

"Ci."

"Ara janji. Ara akan mempertemukan kamu dengan bunda dan juga ci Desy sama Yori juga. Tapi gak sekarang ya."lembut Ara.

Shani menghela nafasnya kemudian mengangguk. Mood nya masih suka berubah-ubah karena hormon dari kehamilan nya. Namun Shani paham akan alasan Ara belum bisa memenuhi permintaan nya.

Shani memeluk erat tubuh Ara. Menenggelamkan wajahnya di dadanya. Matanya mulai berat karena merasakan usapan lembut di lengannya. Tak berselang lama terdengar suara dengkuran halus dari Shani yang menandakan jika perempuan itu sudah tertidur.

~~

Octa menatap ayah mertuanya dengan prihatin. Semenjak Ara dan Shani pergi dari rumah, ayah mertuanya itu terlihat sangat kacau. Kehilangan dua orang anak sekaligus dan harus bertengkar dengan ayahnya sendiri selama berbulan-bulan tanpa adanya titik terang.

"Yah."panggil Octa pada mertuanya.

Satya hanya berdehem menjawab panggilan dari Octa. Octa berjalan dan duduk di kursi di seberang ayah mertuanya.

I Love You Kakak 🚫🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang