21

3.6K 310 32
                                    

Happy reading ⬇️



Braakk

Shani menutup pintu rumah dengan kasar dan berjalan sedikit cepat dangan tangannya yang mengusap-usap perut buncitnya. Di belakangnya Ara mengikuti langkah Shani dengan ekspresi takut, sedih, menyesal menjadi satu.

"Sayang, hati-hati jalan nya. Kasihan baby nya"

Shani tak mengindahkan peringatan yang di ucapkan oleh Ara. Shani tau tentu saja dirinya lebih tau tentang kehamilan nya yang sekarang sudah menginjak usia 9 bulan, dan hanya tinggal menunggu hari kelahiran bayi nya.

"Sayang"

Ara menghentikan langkah Shani dengan memegang tangan istrinya. Namun Shani langsung melepaskan pegangan tangan Ara dari tangannya.

Ara menghela nafasnya. Sungguh, Shani yang sedang bad mood seperti ini sangatlah membuatnya lelah dan pusing.

Ara mendekat dan memegang bahu Shani, namun lagi-lagi Shani menepis tangan tangan Ara dari bahunya.

"Jangan kayak gini dong sayang,"

Shani menatap tajam Ara.

"Terus aku harus kayak gimana? Diem aja liat kamu berduaan sama dia? Gitu?"Shani menatap marah pada suaminya.

"Aku gak berduaan sayang, kan mau liat sendiri kalo aku gak cuma sama dia"Ara menjelaskan.

"Aku gak perduli, aku marah sama kamu!"

Shani meninggalkan Ara sendirian di ruang tamu, berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu kamar. Ara kembali menghela nafasnya, mengelus dadanya.

'sabar Ra. Istri mu lagi dalam mood yang buruk'

Ara menyusul Shani ke kamar. Saat masuk kedalam kamar, Ara melihat Shani sedang duduk bersandar di kepala ranjangnya membaca novel. Ara tak ingin mengganggu istrinya, takut jika mood istrinya semakin buruk. Dirinya berjalan menuju kamar mandi, selang beberapa menit Ara selesai dengan ritual mandinya. Ara tersenyum tipis saat melihat sepasang pakaian yang sudah ada diatas ranjang. Ara tau semarah apapun istrinya itu padanya, dia tidak pernah melupakan kewajiban nya sebagai istri dan akan tetap mengurusnya.

Ara keluar dari kamar setelah selesai berpakaian. Ara berjalan kearah dapur kala mencium bau harum masakan. Ara melihat Shani sedang menyiapkan makanan diatas meja. Ara segera mendekat dan membantu, Shani yang melihat suaminya itu membantunya hanya diam saja membiarkan. Setelah selesai menyiapkan kini mereka makan malam dengan keadaan yang hening.

"Ci. Udah dong ngambek nya."Ara kembali mencoba untuk berdamai dengan sang istri.

Shani diam tak menjawab ucapan dari Ara. Mereka berdua berada di ruang tamu dengan tv yang menyala. Waktu sekarang sudah menunjukkan pukul 22:15 namun keduanya belum tidur. Ara sebenarnya sudah mengantuk, namun dirinya tak bisa tidur jika belum bisa membuat istrinya itu kembali ke mood yang baik. Sedangkan Shani, perempuan itu memiliki alasan tersendiri kenapa dirinya belum tidur, padahal biasanya jam segitu dirinya sudah tidur.

Ara menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Shani namun Shani malah berdiri dari duduknya.

"Ci. Ara minta maaf. Ara tau Ara salah. Gak seharusnya Ara ngebiarin dia buat deket-deket sama Ara."Ara berbicara dengan nada sedih dan menyesal.

"Ara benar-benar gak bisa di diemin sama kamu seperti ini. Ara minta maaf ci."

Shani diam tak menjawab, berdiri di samping sofa, tangan kanan Shani mencengkeram erat bajunya dan tangan kirinya mengelus perutnya.

Ara berdiri dan memeluk Shani dari belakang. Ara merasakan ada yang aneh pada tubuh Shani.
Shani mencengkeram tangan Ara yang sedang memeluknya.

"Ra.."lirih Shani.

I Love You Kakak 🚫🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang