#31.

410 26 0
                                    

*happy reading 💋

*
*
*
*










Satu bulan kemudian.

satu bulan Arkan dan Yuta lewati tanpa bersama-sama, seiring berjalannya waktu Yuta bisa menerima tanpa kehadiran Arkan di sampingnya,tapi tidak berlaku untuk Arkan, dia masih sering mengurung diri di kamar, memikirkan apa yang tengah terjadi disana kepada kakaknya ataupun bundanya.

Namun bukan berarti yuta melupakan Arkan begitu saja, ia juga masih merindukan adiknya, di tambah lagi bundanya sekarang malah tambah aneh.

Andini yang sekarang berbeda dengan Andini yang Yuta kenal, wanita paruh baya itu sekarang lebih sering menyiksa dirinya sendiri, padahal yuta sudah melarangnya agar tidak melakukan itu.

Begitupun dengan Arkan, dia sudah beberapa kali meminta papahnya agar mengantarnya pulang menemui Yuta dan bundanya, namun Ryan tetap bersikeras untuk tidak mengabulkan permintaan putranya.

***

Sebelum berangkat sekolah, yuta pergi ke kamar bundanya untuk memastikan apakah bundanya sudah sarapan atau belum.

"Bunda"
Yuta yang melihat makanan di atas meja itu masih utuh dia memajukan kakinya menghampiri bundanya yang tengah berdiri di depan jendela kamar.

"Bunda?" Panggil Yuta sekali lagi "sarapannya belum dimakan?" Tanyanya

Andini membalikkan badannya menghadap Yuta, wajahnya terlihat begitu pucat, bibirnya pecah-pecah, ada jejak mata panda si bawah matanya.

Yuta menatap bundanya malas, ini bukan yang pertama kalinya.
"Bunda semalem nggak tidur?" Tanya Yuta
Andini menggeleng lemas.
Yuta berdecak sebal, "Bunda kenapa sih?,yuta kan udah bilang jangan begadang, tidur tepat waktu, bunda kan lagi sakit, bunda mau tambah sakit?" Tanya Yuta, sedikit kesal dengan bundanya

Andini tampak tidak mempedulikan perkataan Yuta, dia kembali menghadap jendela.

Yuta di buat kesal oleh bundanya sendiri, "bunda!" Sergah Yuta "bunda nggak denger Yuta ngomong apa?!" Lanjutnya dengan nada sentak.

Andini menatap Yuta dengan tatapan marah, "kamu itu kalo mau sekolah, sekolah aja! Nggak usah marah-marah, bunda males Ladenin kamu!" Sentak bundanya

Yuta menahan emosinya,jika saja orang yang tengah berdebat dengannya bukanlah bundanya sudah Yuta Pastikan dirinya tidak akan segan-segan untuk memarahinya, menyentaknya dengan kasar.

Yuta menghela nafasnya berat,siapa yang marah? Dia nggak marah,dia hanya kesal.

Yuta menatap bundanya nanar
"Bun...,yuta nggak marah, yuta cuman nggak mau bunda sakit" ucapnya dengan nada lembut, mau tidak mau ia harus mengalah untuk bundanya, Andini yang sekarang memang sangat keras kepala.

Yuta menghangatkan tatapnya "Bun"

"Udah! Mening kamu berangkat sekolah sana!" Sarkas bundanya seraya mendorong bahu Yuta, membuat yuta mundur beberapa langkah.


Yuta menghela nafasnya, jika di bilang cape, pasti cape, bundanya sangat keras kepala, yuta tidak tau apa yang terjadi kepada bundanya, bundanya terlalu memikirkan masalah kemarin,hingga membuatnya stres.

"Yaudah yuta berangkat dulu, bunda jangan lupa sarapan ya, sarapannya jangan di buang lagi" ucap yuta, pasalnya kemarin Yuta melihat bundanya yang membuang makanan yang yuta siapkan dan malah memakan makanan yang tidak sehat, seperti mie instan.

Andini tak menjawab

Yuta memutar badannya, melenggang pergi keluar kamar bundanya, setelah itu dia mengambil tas dan kunci motor.

DEAR BROTHER || Yumark [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang