Tidak ada yang menyangka seorang gadis remaja yang tadinya tidak suka bergaul dan bahkan tidak dikenal murid SMA Bhayangkara, tiba tiba bergabung dengan perkumpulan para bad boy yang diidamkan seluruh kaum hawa.
Highest Rank 🏅
#1 in ice boy [25-03...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Gue pulang duluan ya." Setelah menyelesaikan urusan kostum dengan Kinan, Rachel berpamitan kepada tiga temannya karena Gavin sudah menunggunya dimobil milik lelaki itu.
" Oke Chel, hati-hati. Salam buat Gavin." Ucap Salma.
" Gue sampein beneran ya?" Bukannya mengiyakan, Rachel malah menguji keseriusan dari omongan teman sekelasnya itu.
Salma menggeleng panik, omongannya tadi hanyalah sebuah candaan yang keluar dadi bibirnya.
" Jangan bego, nanti gue dicegat ditengah jalan bisa panjang urusannya."
" Ah elah cuma Gavin doang kok." Ucap Rachel.
" Cuma elo Chel, yang berani ngomong kayak gitu."
" Kenapa harus takut." Remeh Rachel, ia mulai melangkahkan kakinya dan melambaikan tangan kearah teman-temannya.
Setelah perempuan yang masih memakai baju abu-abu ala anak SMA membuka pintu mobil Civic merah, Rachel mendapati Gavin yang asik dengan handphone digenggamannya.
" Kenapa? Kok lemes?" Setelah sadar gadisnya sudah masuk kedalam mobil lelaki itu, Gavin menyadari Rachel tampak tidak baik-baik saja.
Tangan kekar itu mulai mengelus pelan surai rambut Rachel yang sangat halus dan terawat. Dan mendekatkan kepala gadis itu, lalu mencium ujung kepala Rachel sehingga wangi shampo rambut gadis itu tercium sangat kelas dihidung Gavin.
" Biasa, migrain aku kumat." Rachel menyenderkan kepalanya yang berdenyut sebelah di dada Gavin. Sangat nyaman, itulah yang gadis itu rasakan saat ini.
" Kamu sering migrain?!" Gavin terkejut dengan perkataan Rachel, seolah perempuan itu sudah sering mengalami rasa sakit dikepala yang sungguh tidak mengenakkan.
Rachel mengganguk, rasanya sudah tidak ada lagi tenaga yang ia punya untuk berbicara saat ini.
" Kita kerumah sakit ya, buat check up." Tangan Gavin masih setia mengelus rambut Rachel, merasa iba dengan perempuan yang ada didekapannya.
Rachel menggeleng.
" Udah biasa." Jawab Rachel seadanya, rasa sakit ini sudah sering Rachel rasakan namun saat migrain itu kumat ia tetap saja tidak bisa menahan rasa pening itu ditambah dengan rasa mual akibat denyutan kepala yang sangat terasa.
" Ya kalau udah sering kayak gini, kenapa ga dibawa kedokter Rachel! Kalau ternyata ada apa-apa gimana?! Jangan pernah nyepelein penyakit gitu aja!"
Rachel terkejut dengan suara tinggi yang Gavin lontarkan padanya. Air mata gadis itu langsung jatuh dengan mudah kepipinya.
Gadis itu paling tidak tahan dengan namanya rasa sakit, dan ditambah dengan suara tinggi Gavin membuat mood Rachel semaki tidak karu-karuan.