8

16 0 0
                                    

Aku mengerutkan keningku, kenapa dia menganggap Raka musuhnya padahal Raka dengan Dewa saja tak saling mengenal.

"Jangan bilang lo sama Raka sahabat lama yang jadi musuh?!"

Dewa kini menjauhkan tubuhnya lalu menatap kearah pantai dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku.

"Kamu akan tau nanti Joy setelah kita menikah"

"Tanpa menikah sama lo! gue bakalan cari tau sendiri"

Aku mendekat kearahnya lalu menarik tangannya

"Ayo pulang!"

Namun bukannya tubuhnya yang tertarik justru aku yang malas jatuh didadanya, segera ku jauhkan tubuhku darinya.

"Lihat ini, apakah dia akan menghampiri kita"

Aku mengerutkan keningku dan sedetik kemudia dia menyatukan bibirku dengan bibirnya, kami berciuman bahkan dengan beraninya Dewa memasukan lidahnya kedalam mulutku meyapu seluluh rongga gigiku dan dengan liarnya menghisap lidahku. Hal itu membuatku diam tak berdaya, bagaimana dia tau kelemahanku.

Masih dengan kepasrahanku, sebuah tarikan yang cukup kuat membuat tubuhku lemas hingga jatuh dalam pelukan seseorang. Harumnya yang memasuki hidungku membuatku tau siapa pemiliknya, ku tatap wajah Raka yang sudah emosi. Aku mencoba menenangkannya, tapi belum sempat ku tenangkan dia sudah lebih dulu bicara.

"Joy, pulang duluan ke rumah. Aku ada urusan dengannya"

"Ngga! kita pulang bersama!"

Tolakku tak ingin terjadi hal yang membahayakan keduanya, aku yakin jika aku pulang pasti terjadi baku hantam antar keduanya.

"Sayang..." ucap lembut Raka padaku

"Siapa yang lo panggil sayang?!" sewot Dewa pada Raka yang kini sudah maju kearah Dewa, dia melepaskan genggamanku begitu saja.

"Masalah lo apa?"

Oh shit! baru kali aku mendengar suara Raka yang diselimuti amarah, bahkan aku bisa merasakan aura gelap dari Raka.

"Masalah gue?! Hahaha lo gak inget hah?!"

"Jangan bawa-bawa masalah itu disini!"

"Kenapa Raka Aditya Wicaksono? Lo takut ketahuan eh?"

Raka mencengkram kerah Dewa, sedangkan Dewa diam tapi wajahnya menunjukan kepuasan. Sebenarnya ada apa dengan keduanya, bukankah mereka tak saling kenal tapi lihatlah sekarang ini.

"Gue peringatin sama lo! Lo mungkin bisa menang sekarang ini, karena ada Joy tapi lihat nanti Dewa! Kalo lo gak lupa siapa gue"

Kini kulihat Raka menepuk pipi Dewa, lalu melepaskan cengkramannya. Raka membalikan tubuhnya lalu jalan kearahku.

"Sini kunci motornya" mintanya padaku yang masih terdiam menatapnya.

Tuk

Aku mengusap dahiku, menatapnya kesal karena ketukan tangannya pada dahiku umayan kencang.

"Sakit tau!"

"Haha maaf sayang"

Raka mengusap dahiku, lalu menggenggam tangan kiriku membawaku menjauh dari Dewa.

"Eh mau kemana? itu Dewa gimana"

"Ada bodygruad, biar dia sama mereka"

"Tapi Raka, tadikan Dewa perginya sama aku masa iya aku tinggalin" ucapanku membuat Raka menghentikan langkahnya begitupun denganku.

"Kamu mau sama dia?"

Aku mengganggukan kepalaku tapi sedetik kemudia aku menggelengkan kepalaku, kebingungan menghampiriku.

"Jadi?"

"Aku mau ikut kamu tapi aku gak tega ninggalin Dewa"

"Yaudah makanya ayo ikut aku! biar dia sama bodygruad kamu, sini kunci motornya"

Belum sempat memberikan kunci motorku pada Raka suara dering ponselku, membuatku memilih mengangkat telpon tersebut.

'Halo Rel...'

'Joy hiks... kerumah sakit sekarang... Shura..Joy...dia'

'Ck dia kenapa? tenangin diri lo Rel'

'Dia kritis Joy, tadi suster bilang ada laki-laki dateng keruangan dan gak lama hiks Shura kejang-kejang. Gue yakin dia Adrian'

'Anjing!'

Aku mematikan sepihak lalu menatap Raka

"Gue harus ke Jakarta! pesenin tiket lo stay di Singapur gue pulang sendiri, motor gue bawa ke bandara nanti bawa kerumah" ucapku ya seperti biasa jika suda mode emosi sifat lembutku pada Raka menghilang.

"Ada apa?" itu bukan pertanyaan dari Raka melainkan dari Dewa

"Raka ajak Dewa naik mobil juga, gue harus ke Jakarta sekarang" ucapku pada Raka yang kini mulai khawatir padaku begitupun Dewa.

"Dewa, maafin gue gk bisa lanjutin acara kita. Jika papa tanya jawab saja sejujurnya, nanti biar gue yang jelasin kalo dia emosi"

Setelah mengucapkan itu aku berjalan kearah motorku, kupakai helm dan menukar high heelsku dengan sepatu tanpa mengganti bajuku. Sedangkan Dewa dan Raka sudah berada di mobil, mobil mereka memang mengikutiku sampai bandara nanatinya.

Aku membawa motorku cukup kencang, hingga membuat mobil pengawalku ketinggalan.

---Author Pov---

Raka maupun Dewa keduanya, terus memperhatikan Joy yang dengan kegilaan membawa motor. Terlihat keren memang tapi bagi kedua lelaki itu sangat mengerikan apalagi kondisi Joy tadi sedang emosi. Tentu siapa yang tak khawatir pada gadis itu.

"Gila! Joy tuh cewek apa cowok si berani banget bawa motor begitu kencangnya, heh lo harusnya lo aja yang bawa motornya"

"Berisik lo!"

"Ck! Lo deketin Joy tujuannya apa?"

"Bukan urusan lo"

"Itu akan jadi urusan gue, karena Joy bakalan jadi istri gue"

Raka menarik kerah Dewa, hingga membuat lelaki itu terbatuk karena tarikan yang tiba-tiba.

"Sampai kapanpun atau sampe gue matipun Joy itu milik gue!"

"Hahaha, sadarlah Raka! Dalam keluarga Joy lo hanya sekedar sekretaris bukan Raka Bos Mafia yang ditakuti di Amerika, gue tau gimana kejamnya lo Raka. Maybe jika keluarga Joy tau, lo dan Joy akan dijauhkan"

"Lakukanlah jika lo berani Dewa, ingat gue bisa ngelakuin apapun yang gue mau termasuk ngehancurin keluarga lo!"

"Hah, gue gak takut Raka! lo harus nerima apa yang udah ayah lo lakuin ke ibu gue"

"Hahaha bukan kah sudah jelas Dewa, bahwa ayah lo sendiri yang selingkuh bahkan hampir membunuh ibumu"

DEG

"Jika lo lupa! wanita yang sama ayah lo itu dialah selingkah ayah lo, yang nyuruh membunuh ibu kandung lo!"

Dewa terdiam, dia melupakan fakta itu karena terlalu mengikuti perkataan sang ayah.

"Mungkin memang saat itu ayah gue ditempat kejadian dimana ibu lo meninggal tapi kalo lo mau tau siapa pelakunya, maka jangan halangin gue buat dekat sama Joy"

"Apa urusannya sama Joy?! dia calon istri gue lo kalo dendam sama gue ya balesnya ke gue jangan ke Joy"

Raka tertawa keras, bahkan kini tangannya yang tadi menarik kerah Dewa sudah terlepas Raka bmengambil sebatang rokok lalu membuka jendela mobil. Membakar Rokok tersebut lalu menghisapnya.

"Hahaha tenang bung, bukan Joy yang ingin gue basmi. Tapi Adrian"

Dewa kembali terdiam lalu menatap Raka yang masih menghisap rokoknya, Dewa tak menyangka dengan fakta yang baru dia dapat ini.

BOSS SEXY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang