14

3 0 0
                                    

Aku masih terdiam, tapi Raka yang mungkin melihatku terdiam mulai mengusap pucuk kepalaku.

"Memikirkan apa hm?"

Aku menatap Raka, lalu haruskah aku menanyakannya pada Raka soal ini. Aku sungguh penasaran.

"Aku turut berduka atas meninggalnya adik kamu"

"Terimakasih sayang"

Aku menganggukan kepalaku, lalu berjalan lebih dahulu dengan pelan seraya melihat foto-foto yang terpajang di dinding.

"Raka, dimana adikmu yang satunya"

"Benar ingin tau? "

"Iya, memang dia ada disini?"

Raka tak menjawab melainkan menggengam tanganku lalu membawaku kedalam ruangan yang sepertinya ini adalah kamar miliknya, aku sempat terkejut melihat sekeliling ruangan ini. Ruang ini sangat luas, kupikir dirinya akan mengajakku untuk duduk di sofa tapi dia melewati sofa itu dan menuju sebuah dinding dengan dipasangkannya lampu disisi kiri.

Raka menekan lampu tersebut dan betapa kagetnya aku mana kala dinding itu terbuka, Raka tersenyum kearahku. Kamipun mesuk bersama, ternyata terdapat ruangan lainnya yang sama luasnya dengan kamar miliknya dan dindingpun kembali tertutup"

"Sayang, aku bertanya tentang adikmu kenapa kamu membawaku kesini?"

"Kamu akan tau sebentar lagi sayang, mari kita duduk disofa"

"Baiklah, apa kamu tak takut diruangan yang besar ini sayang? "

"Untuk apa aku takut sayang, disini sangat nyaman"

Memang benar adanya, bahwa ruangan ini sangatlah nyaman karena jika ingin bermain banyak permainan diruangan ini sudah ada dan jika ingin menonton pun bisa.

"Lihalah ini sayang" ucap Raka yang menyuruhku untuk melihat layar sedangkan diirinya berada tepat disampingku.

Tatapanku kini tertuju pada layar besar miliknya. Disana terlihat seseorang anak laki-laki tengah berjalan kearah anak perempuan yang asik dengan bonekanya.

'Kak Adrian kemarilah, icel punya banyak sekali mainan termasuk boneka ini. Kamu pasti akan suka kak' ucap gadis kecil itu dengan riang tanpa melihat kearah anak laki-laki yang bernama Adrian itu.

Aku melihat Adrian seperti mengeluarkan sesuatu di saku jaketnya lalu berhenti tepat didepan Icel.

'Kak.. '

DOR !!

Aku terkejut mana kala suara tembahkan itu begitu keras ditelingaku, tapi anehnya tak ada suara teriakan dari Icel maupun Adrian. Kurasa mereka sudah biasa mendengar itu, kulihat Adrian membalikan tubuhnya.

Aku menutup mulutku mana kala melihatnya tersenyum dengan puas bahkan darah bececeraan ditubuhnya sedangkan Icel, gadis itu sudah tergeletak di lantai.

Adrian mengambil kamera tersebut, lalu menunjukan bagaimana kondisi Icel.

"Akhhhh !!" teriakku seraya menutup wajahku, dapat kurasakan sebuah pelukan hangat yang mencoba menenangkanku.

Aku masih syok melihat dahi Icel yang berlumuran darah serta luka tembak disana, aku masih mendengar gelak tawa dari Adrian.

"Aku takut, kenapa Adiran sekejam itu pada Icel"

"Tenangkan dirimu sayang aku kana menceritakannya padamu nanti setelah dirimu tenang hmm"

Aku menganggukan kepalaku dan mengeratkan pelukanku padanya berharap rasa takutku akan hilang dengan cepat

~Rumah Sakit~

BOSS SEXY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang