Menceritakan tentang kisah seorang gadis berusia 23 tahun bernama Cheetah, salah satu inti kelompok yang bertugas menuntaskan kasus kejahatan, PREDATOR. Gadis itu harus menyamar menjadi murid di SMA PELITA BHAKTI dalam menjalankan tugasnya, melindun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • • • • • •
Perempuan ibaratnya seperti kapas, terlihat lembut namun dapat diartikan juga lemah. Sehingga perempuan rentan menjadi korban kejahatan. Terutama pada kasus pelecehan yang memanfaatkan kelemahan mereka. Hanya diancam, mulut perempuan langsung terbungkam. Begitu rapuhnya hati perempuan.
Seperti itulah yang dirasakan seorang gadis berusia 17 tahun. Menjadi korban pelecehan dari teman kelasnya sendiri. Ia yang kalah dalam kekuasaan, mendapatkan sebuah ketidakadilan. Namun Ayahnya terus memperjuangkan keadilan untuk putri satu-satunya itu. Walaupun lawannya kali ini adalah orang berkuasa, memiliki apa saja. Bahkan orang kecil seperti dirinya hanya dianggap ngengat yang sekali ditepuk langsung mati.
Karena kegigihan Ayah korban demi keadilan putrinya, ia sampai nekat melakukan pertemuan dengan Ayah terduga pelaku.
Pertemuan ini berada di luar sepengetahuan kepolisian. Karena kecewanya Ayah korban pada aparat keamanan itu yang justru memihak pelaku dan tak memproses lebih lanjut, diberhentikan begitu saja tanpa adanya keadilan sama sekali.
Apa karena dirinya dan putrinya hanya orang biasa? Sehingga mereka menutup mata mendengar suara meminta tolong akan keadilan dan memilih orang besar yang sudah jelas-jelas salah?!
Tak terima akan itu semua, Ayah dari korban sampai mencari tahu tentang sekelompok orang yang digadang-gadang menjujung tinggi kebenaran tanpa adanya bungkaman uang. Kelompok itu benar-benar memberikan sebuah keadilan tanpa memandang status korbannya. Yang seharusnya kepolisian juga seperti itu, namun ada beberapa anggotanya yang mengkhianati profesinya.
Ingat, bukan profesinya lah yang salah, melainkan orangnya.
Tak ada yang tahu paras-paras anggota kelompok itu, karena selalu menutupinya dengan topeng hitam dan menggunakan nama samaran.