Jimin menatap beberapa obat yang ada di atas nakas samping tempat tidur. Dokter Kim Seokjin mengatakan padanya jika saat ini Seo Ra telah mengalami demam. Entah kenapa saat melihat tubuh tak berdaya Seo Ra yang terbaring lemah di atas ranjang membuat Jimin kembali menorehkan rasa iba pada gadis manis tersebut. Wajah Seo Ra terlihat sangat pucat dengan sudut bibir yang terluka.
Melangkahkan kaki untuk mendekat kearah ranjang, lantas Jimin mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Seo Ra dengan telapak tangannya. Ia merasakan panas pada telapak tangannya tatkala bersentuhan langsung dengan dahi gadis manis tersebut.
"Aku benci seseorang yang mengkhianati kepercayaanku." ucap Jimin sembari menjauhkan tangannya dari dahi Seo Ra. Jika kembali mengingat atas apa yang telah Seo Ra lakukan padanya ia merasa sakit. Ia sudah menaruh rasa percaya pada gadis manis itu, namun Seo Ra malah mempermainkan kepercayaan yang telah ia berikan.
Jimin tersentak tatkala rungunya mendengar suara bel apartemen yang ditekan berulang kali oleh seseorang. Ia yakin jika yang datang ke apartemennya adalah Hyura, pasalnya hanya Perempuan itu yang seringkali mengganggu dirinya. Dan hanya Hyura pula yang seringkali mengirim sebuah pesan untuk dirinya hanya untuk sekedar bertanya apa Jimin sudah makan atau belum.
Jimin melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar Seo Ra, berjalan mendekat kearah pintu untuk membukakan pintu apartemen miliknya.
Dan benar saja dugaannya, jika yang datang ke apartemennya adalah Hyura. Perempuan itu kini sudah berdiri di depannya dengan mengenakan dress mini berwarna merah maroon.
"Aku membawakan kue untukmu." ucap Hyura sembari memperlihatkan sekotak kue cokelat yang ada ditangannya.
Jimin tersenyum, "Kau kesini hanya untuk mengantar kue? Kenapa repot sekali." ucap Jimin pada Perempuan yang ia anggap sebagai sahabatnya tersebut.
"Aku tidak merasa repot sama sekali jika itu menyangkut tentang dirimu." ucap Hyura dengan sebuah senyuman yang terpatri pada belah bibirnya.
"Kau memang sabahat yang baik." ucap Jimin sembari menggeser sedikit badannya, "Masuklah." lanjutnya mempersilahkan Hyura untuk masuk ke dalam apartemennya.
Mendengar penuturan Jimin barusan membuat hati Hyura merasa sedikit sakit. Memang dari dulu Jimin selalu menganggap dirinya sebagai seorang sahabat. Sudah banyak sekali perhatian yang ia berikan pada Pria bermarga Park tersebut. Nyatanya hal tersebut tak lantas membuat Jimin menaruh perasaan lebih untuknya.
Hyura pernah pergi meninggalkan kota kelahirannya hanya demi menghindari Jimin. Ia bermaksud pergi karena mungkin dengan tidak berada di dekat Jimin akan membuat dirinya dengan sangat mudah menghapus perasaannya pada Pria yang sedari dulu menganggapnya sebagai sahabatnya tersebut. Namun nyatanya hal itu tak ubahnya membuat perasaannya kepada Jimin berkurang. Justru dengan berada jauh dari Jimin malah membuat dirinya semakin merasa rindu. Ia selalu merindukan Jimin, bahkan disaat dirinya sudah mencoba untuk melakukan banyak aktifitas. Hyura bekerja, namun pikirannya selalu berpusat pada Park Jimin. Dan pada akhirnya ketika rasa rindunya sudah terasa tak tertahankan lagi, ia memutuskan untuk kembali ke Seoul. Dalam dirinya ia sudah bertekad akan mendapatkan cinta Jimin meskipun ia tahu itu bukanlah hal yang mudah. Pasalnya Jimin mengalami banyak trauma di masa lalu akan kisah cintanya. Hati Pria itu sudah mati rasa, bahkan akan sangat sulit bagi seorang Park Jimin untuk jatuh cinta.
"Tidak ingin keluar?" tanya Hyura sembari melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam apartemen Jimin. Ia merasa senang karena tak mendapati Seo Ra berada di dalam apartemen ini lagi. Ia telah berhasil menyingkirkan gadis yang ia anggap tidak berguna itu dari kehidupan Jimin.
Jimin mengernyit, "Bukankah biasanya kau keluar dengan Namjoon Hyung?"
"Dia sedang sibuk katanya, lagipula aku ingin jalan-jalan denganmu."
Jimin terdiam sejenak, ia teringat dengan gadis manis yang kini tengah terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang ruang tamu. Seo Ra sedang sakit sekarang, apa mungkin dia tega meninggalkan gadis itu seorang diri. Ia sudah mencoba bersikap abai, namun hatinya berkata lain.
"Kau bisa membuat sup?" tanya Jimin.
Hyura mengangguk, "Kau ingin sup? Aku bisa kalau hanya sekedar memasak sup."
"Buatkan aku sup hangat dan setelah itu kita bisa pergi jalan-jalan."
Hyura tersenyum karena penuturan Jimin barusan. Membuat sup bukan perkara yang sulit untuknya. Ia merasa senang karena Jimin memintanya untuk membuatkan sup. Mungkin setelah ini ia dapat lebih dekat lagi dengan Jimin.
Hyura mengangguk, "Aku akan membuatkan sup untukmu. Kau duduk saja di sofa, aku akan membuatnya dengan cepat."
Jimin tersenyum, "Gomawo."
Hyura melangkahkan kakinya kearah dapur. Ia akan membuatkan sup yang enak untuk Pria yang ia cintai. Memasak sup yang begitu lezat dan membuat Jimin merasa ketagihan dengan masakan buatannya.
🍁🍁🍁🍁
Kedua tangan Hyura terkepal kuat, ia menahan banyak emosi di dalam dirinya tatkala mengetahui jika saja Jimin menyuruhnya membuat sup untuk diberikan kepada gadis yang begitu ia benci. Ia tidak menyangka jika saja kini Seo Ra sudah berada di dalam apartemen ini lagi. Ia tidak yakin jika saja gadis bisu yang begitu ia benci ini dapat kembali seorang diri. Ia yakin jika saja Jimin pasti mencarinya.
Yang dapat Hyura syukuri untuk saat ini adalah Jimin tidak tahu jika saja ia yang telah meninggalkan Seo Ra begitu saja di jalanan yang berada sangat jauh dari apartemen yang ditinggali oleh Jimin.
"Dia sedang demam. Mungkin makan sup hangat bisa membuatnya sedikit lebih baik." ucap Jimin sembari menaruh sup yang masih dalam keadaan hangat tersebut di atas nakas samping ranjang.
Hyura merasa sangat sakit hati atas perhatian yang Jimin berikan pada Seo Ra. Ia tidak menyangka jika Pria yang dicintainya akan menaruh perhatian penuh pada gadis yang tidak dapat bicara seperti Seo Ra.
Jimin menatap pada Seo Ra yang kini masih terbaring lemah di atas ranjang. Lantas tangannya terulur untuk menepuk pelan pipi gadis manis tersebut. Seo Ra harus makan dan meminum obat yang telah Dokter Seokjin berikan kepadanya beberapa saat lalu.
Manik indah Seo Ra berulang kali mengerjap tatkala merasakan tepukan pelan pada pipinya. Hal pertama kali yang dapat ia lihat saat matanya telah terbuka dengan sempurna adalah wajah tampan yang berada cukup dekat dengannya.
"Makanlah dan setelah itu minum obat. Aku tidak mau kau mati kelaparan." ucap Jimin pada Seo Ra. Wajahnya kembali berubah menjadi begitu datar.
Seo Ra mengangguk, ia melihat pada semangkuk sup yang berada di atas nakas tepat samping ranjangnya. Hatinya menghangat tatkala mendapatkan kembali perhatian Jimin seperti sebelumnya.
Manik Seo Ra menatap pada Perempuan yang yang kini tengah berdiri di samping pintu kamarnya. Raut wajahnya berubah menjadi takut, ia merasa takut atas kehadiran Hyura di dalam kamar yang sekarang ia tempati. Takut jika saja Perempuan itu akan kembali berbuat jahat padanya.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Jimin melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar Seo Ra. Meninggalkan Seo Ra yang kini tengah terduduk di atas ranjang.
Hyura melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah ranjang. Ia menatap tajam pada gadis yang nampak sekali begitu ketakutan saat ini.
"Jika kau berani memberitahu Jimin atas apa yang telah aku lakukan. Aku akan pastikan kau tidak akan selamat." ancam Hyura yang seketika membuat Seo Ra semakin merasa ketakutan.
Setelah mengatakan hal tersebut, lantas Hyura melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar yang kini di tempati oleh Seo Ra. Setidaknya ia dapat memastikan sendiri jika saja gadis manis tersebut tidak akan memberitahukan atas apa yang telah ia lakukan padanya.
Sepeninggalan Hyura dari kamarnya, air mata Seo Ra jatuh membasahi pipinya. Kenapa banyak sekali yang membenci dirinya tanpa sebuah alasan yang jelas. Ia tidak pernah merasa pernah berbuat salah pada Hyura. Namun kenapa Perempuan itu terlihat sekali membencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive (PJM)
RomanceSeo Ra tetap mampu bertahan ditengah rasa sakit dan banyaknya hinaan yang selama ini ia terima. Hanya karena ia terlahir berbeda, lantas banyak sekali orang yang memandangnya sebelah mata. Selama hidup Seo Ra selalu berpegang teguh pada apa yang ia...