33

73 18 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Hyura masih merasa denyut dadanya terasa begitu nyeri. Ia begitu benci dengan segala bentuk perhatian yang Park Jimin berikan kepada Seo Ra. Perasaan cemburu selalu saja bersarang di dalam dirinya ketika melihat Pria itu yang memperlakukan Seo Ra dengan begitu spesial.

Tidak setahun dua tahun Hyura mengenal Jimin. Ia tahu betul bagaimana sikap asli Pria itu. Jimin adalah tipe Pria yang sangat dingin dan tidak pernah peduli dengan sekitarnya. Namun Pria itu akan sangat peduli dengan seseorang yang ia sayangi. Itu tandanya jika Seo Ra mendapatkan perhatian seperti itu dari Park Jimin, sudah dipastikan jika Pria itu menyayanginya. Tentu saja Hyura merasa panas dada mengetahui kenyataan yang ada. Padahal sedari dulu ia yang menemani Jimin disaat Pria itu masih dalam keadaan susah.

"Apa kau tidak pulang?"

Pertanyaan Kim Namjoon sontak membuat Hyura tersentak dari lamunannya. Ia memang harus pulang, sebab berada di apartemen Jimin hanya membuat denyut nyeri di dadanya semakin menjadi.

Yoon Hyura mengangguk, "Aku pulang bersamamu tak apa?" tanya Hyura kepada sang sahabat. Hatinya terasa begitu sakit, ia takut tidak dapat berkonsentrasi saat menyetir dan malah membuat dirinya malah celaka di jalan.

Namjoon tersenyum, tentu saja ia merasa senang karena Perempuan yang dicintainya akan berada satu mobil bersama dengannya. Momen seperti ini memang sangat ia nantikan. Agar dirinya dapat lebih dekat dengan sosok yang dicintainya. Sebab Hyura terlalu fokus pada Jimin, hingga tak menganggap dirinya ada. Padahal disaat tertentu, saat Perempuan itu membutuhkannya, Namjoon selalu ada untuknya. Ia hanya akan dianggap saat Perempuan bermarga Yoon itu menginginkan bantuannya. Menyakitkan memang mengetahui fakta yang sebenarnya, namun karena cintanya yang begitu besar, Namjoon mencoba untuk tetap bertahan.

"Tentu saja. Aku akan mengantarkan mu pulang." ucap Namjoon sembari tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipitnya.

Kim Namjoon mengambil remote yang berada di atas meja, lalu menekan tombol off untuk mematikan televisi. Sedari tadi ia mengamati Hyura. Perempuan itu sama sekali tidak melihat siaran televisi yang sedang ditayangkan.

"Aku akan ke Jimin Oppa dulu. Mengatakan jika aku akan pulang." ucap Hyura.

Namjoon mengangguk, "Dia sedang berada di kamar Seo Ra."

Ucapan Kim Namjoon semakin menambah denyut di dadanya semakin nyeri. Sedari tadi Pria itu mengabaikannya. Fokusnya hanya kepada Seo Ra. Tanpa peduli akan dirinya yang saat ini berada di apartemennya. Padahal Hyura sudah susah payah memasak untuk makan malam bersama, namun tidak ada ucapan terima kasih sedikitpun yang Jimin ucapkan untuknya. Pria itu hanya fokus memberi perhatian pada Seo Ra, hingga tidak menganggap jika dirinya ada.

Hyura melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar Seo Ra. Langkah kakinya terhenti tetap di ambang pintu. Maniknya menatap pada Jimin yang saat ini sedang menggenggam tangan Seo Ra yang sedang tertidur di atas ranjang. Perasaanya semakin kacau, pun ia masih merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Bagaimana bisa Jimin bersikap seperti itu pada seorang gadis yang belum lama hadir di dalam hidupnya. Bagaimana dengan dirinya yang sudah lama menyimpan perasaan cinta pada Pria bermarga Park tersebut. Sejujurnya Hyura merasa begitu tersiksa dengan perasaanya sendiri. Hingga pada saat itu ia pernah memutuskan untuk pergi jauh demi bisa menghapus perasaan cintanya pada Jimin. Namun justru rasa rindu yang menggebu yang pada akhirnya membuat dirinya kembali ke Kota kelahirannya.

Jimin tersenyum ketika melihat kehadiran Hyura, lantas ia segera melepaskan genggaman tangannya pada tangan Seo Ra.

"Aku akan pulang." ucap Hyura pada Jimin.

Jimin beranjak dari atas ranjang, lalu melangkahkan kakinya untuk mendekat pada sahabatnya tersebut.

"Sudah malam. Kenapa tidak menginap? Kau bisa tidur bersama dengan Seo Ra."

Ucapan yang baru saja keluar dari belah bibir Jimin membuat rasa sakit di dada Hyura semakin menjadi. Ia begitu membenci Seo Ra, karena kehadiran gadis itu perhatian Jimin padanya jadi harus terbagi. Dulu sebelum ada Seo Ra, hanya dirinya Perempuan yang bisa dekat dengan Jimin.

"Aku pulang dengan Namjoon Oppa." ucap Hyura yang masih mencoba untuk menahan nyeri di dalam dadanya yang semakin menjadi.

"Hati-hati di jalan." ucap Jimin sembari menepuk pelan bahu Hyura.

Hyura mematri sebuah senyuman yang dipaksakan, "Aku pulang dulu."

Setelah mengatakan hal tersebut, lantas Hyura melangkahkan kakinya untuk menemui Kim Namjoon yang saat ini berada di ruang tamu. Ia sudah tak sanggup lagi berada di dalam apartemen Park Jimin. Sebab sedari tadi Jimin hanya menyuguhkan rasa sakit untuknya. Ia merasa begitu panas dada melihat bagaimana perlakuan Jimin pada Seo Ra.










🍁🍁🍁🍁



"Apa kau sudah gila?" bentak Namjoon pada Hyura.

Terlihat Hyura sudah sangat mabuk, dan Perempuan itu kembali ingin meminum segelas vodka yang berada di tangannya. Lantas dengan cepat Namjoon meraih gelas vodka tersebut.

"Kenapa hiks dia begitu jahat padaku?"

Sedari tadi Namjoon sudah menahan nyeri di dalam dadanya karena Hyura. Ia jelas tahu alasan yang membuat Hyura sampai seperti ini. Itu jelas karena Perempuan itu merasa cemburu atas perhatian yang Jimin berikan kepada Seo Ra. Padahal dirinya sendiri juga menahan rasa sakit di dadanya karena merasa cemburu pada perlakuan manis yang kerapkali Hyura berikan kepada Jimin. Sampai kapan Perempuan itu akan mengejar cinta Park Jimin, padahal sudah jelas selama ini Jimin hanya menganggapnya sebagai sahabat.

"Kau saja yang bodoh. Dia tidak pernah mencintaimu." ucap Namjoon pada Hyura. Ia sudah teramat muak dengan semuanya. Sudah bertahun-tahun ia mencintai Hyura dalam diam. Banyak hal yang ia lakukan untuk Perempuan tersebut. Namun tetap saja Hyura tidak pernah menoleh sedikitpun kearahnya, seakan tidak peka dengan apa yang telah dilakukannya selama ini.

"Bahkan hiks ketika aku pergi dia juga tidak pernah menahan ku."

Dulu saat Hyura memutuskan untuk pergi, yang menahan Perempuan itu adalah Kim Namjoon. Tentu saja dengan alasan jika Pria itu sangat mencintainya, hingga melarang Perempuan itu untuk tinggal seorang diri diluar Negeri.

"Kau saja memang yang bodoh. Tidak pernah bisa melihat mana yang tulus dan mana yang tidak pernah mencintaimu." ucap Namjoon dengan menahan banyak emosi di dalam dirinya. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun untuk masalah ini. Meskipun ini cukup rumit. Ia juga tidak mungkin menyalahkan Jimin yang bahkan sampai saat ini tidak tahu menahu perihal perasaan cinta Yoon Hyura kepada Pria.

Hyura menangis hingga terisak. Dengan wajah yang sudah basah oleh air mata, Perempuan itu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya guna meredam suara tangisnya yang cukup keras. Ia merasa hancur karena rasa cintanya sendiri. Jimin seperti tidak menganggap dirinya ada. Ia seperti fatamorgana dimata Pria itu. Padahal dirinya yang menemani Pria itu selama ini. Ia yang sudah tau bagaimana baik buruknya seorang Park Jimin. Namun kenapa hanya karena kehadiran seorang gadis asing, Pria itu bisa mengabaikan dirinya. Perhatian yang seharusnya ia dapatkan, malah didapatkan oleh gadis asing yang baru saja hadir di dalam kehidupan Jimin.

Melihat kesedihan Hyura tentu saja membuat Namjoon merasa ikut hancur. Namun disisi lain ia sangat ingin Hyura bersama dengannya, meskipun ia tahu jika perasaan Perempuan itu sedari dulu hanya untuk Park Jimin. Selama ini ia sudah berusaha selalu ada untuk Hyura. Menemani kesakitan Hyura karena cinta sepihak yang dirasakannya, bukannya sadar, perasaan Hyura kian menjadi. Hal tersebut tentu saja membuat Namjoon semakin merasa sakit hati. Jika saja Jimin bukan sahabatnya, bisa saja sedari dulu ia melenyapkan Pria itu, agar Hyura bisa menjadi milik dirinya seutuhnya. Namun Jimin adalah sahabat baiknya. Terlebih lagi Pria itu tidak tahu menahu akan hal ini.




****

Kira-kira ada yang nungguin cerita ini nggak?
Kalau ada coba angkat kepalanya donk.

Stay Alive (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang