Seo Ra meringkuk dengan rasa dingin yang seperti menusuk tulang. Hyura benar-benar tidak mempunyai rasa belas kasihan sedikitpun pada gadis tak bersalah tersebut. Setelah menciptakan banyak robekan pada gaun pemberian Jimin, kini Perempuan itu menyuruh Seo Ra untuk tidur di lantai tanpa alas apapun. Tidak merasa peduli sedikitpun pada perasaan gadis bermarga Kim tersebut. Padahal Seo Ra sudah merasa begitu sakit hati karena gaun pemberian Jimin yang telah Hyura robek. Seo Ra tak tahu bagaimana perasaan Jimin jika saja tahu kalau gaun pemberian darinya sudah penuh dengan robekan. Pria itu pasti akan merasa sangat kecewa kepada dirinya.
Manik Seo Ra menatap pada jam yang menggantung di dinding kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Itu berarti sudah dua jam lebih ia meringkuk di atas dinginnya lantai kamar. Bukan hanya rasa dingin yang tak dapat membuatnya tidak dapat memejamkan matanya barang sejenak saja, namun keadaan lampu kamar yang menyala juga membuat dirinya tidak dapat tertidur. Pasalnya Seo Ra sudah terbiasa tidur dalam keadaan lampu yang dimatikan.
Seo Ra memberanikan diri untuk bangun. Lantas ia mencoba untuk melangkahkan kakinya kearah sofa. Ia sudah merasa tidak tahan dengan rasa dingin yang terasa seperti menusuk tulang.
"Kau mau kemana?" belum juga sampai pada sofa, suara Hyura membuat Seo Ra tersentak. Ia sempat menganggap jika Perempuan itu telah tertidur.
Seo Ra berbalik guna menatap Hyura yang saat ini masih sibuk bermain ponsel di atas ranjang. Ia sempat mengira jika Perempuan itu telah tertidur. Nyatanya Hyura masih setia bermain ponselnya sejak tadi.
Dengan perlahan Seo Ra melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah nakas yang berada di samping tempat tidur. Ia mengambil buku catatan kecil miliknya dan sebuah bolpoin. Ia mulai menulis sesuatu untuk Hyura. Pasalnya ia sudah merasa sangat sakit hati atas perlakuan Hyura padanya. Terlebih lagi rasa sakit itu tercipta karena Hyura yang merobek gaun pemberian dari Park Jimin. Padahal Pria bermarga Park itu memberikan gaun tersebut dengan sangat tulus.
Setelah selesai menulis dengan rasa sakit yang luar biasa pada hatinya, lantas Seo Ra segera menyerahkan buku catatan kecil miliknya kepada Hyura.
Aku akan tidur di sofa. Aku merasa sangat kedinginan. Tidak peduli kau mengizinkan atau tidak. Yang jelas ini adalah kamarku sekarang. Kau tidak berhak atas kamar ini.
Seo Ra sudah tidak dapat lagi menahan rasa sakit yang kerapkali Hyura ciptakan. Mungkin kali ini ia sudah merasa berada di ambang batas kesabarannya. Jika saja ia mengalah terus dengan perlakuan Hyura terhadap dirinya, pasti Perempuan tersebut akan semakin berbuat jahat kepadanya. Maka dari itu Seo Ra memutuskan untuk memberanikan diri melawan perbuatan jahat yang dilakukan oleh Hyura kepadanya. Karena dengan berpasrah tidak akan membuat Hyura berhenti menyakitinya.
Dengan manik yang menatap tajam kearah Seo Ra, Hyura membuang buku catatan milik gadis manis tersebut.
"Kau sudah berani kepadaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive (PJM)
RomanceSeo Ra tetap mampu bertahan ditengah rasa sakit dan banyaknya hinaan yang selama ini ia terima. Hanya karena ia terlahir berbeda, lantas banyak sekali orang yang memandangnya sebelah mata. Selama hidup Seo Ra selalu berpegang teguh pada apa yang ia...