-Part 09-

43 2 0
                                    

***

*

*

*

*

Aditsya kira, hari ini dia akan diliputi rasa senang dan bahagia. Tapi nampaknya semua harus sirna. Semua harapannya harus luntur karena keingintahuannya. Sungguh Aditsya membenci dirinya yang super duper ingin tahu pada suara aneh dari gudang yang harus dia lewati untuk sampai ke kelas.

Dan Aditsya mengutuk dirinya yang hanya diam terpaku menatap dua anak manusia yang tengah berada dalam kenikmatan dunia di tengah ruangan yang minim cahaya.

Harusnya Aditsya berlari. Atau harusnya dia mendekat pada dua orang yang tengah saling mendesahkan nama masing masing itu dan memisahkan mereka. Karena harusnya dia tidak diam saja saat cowok yang tak lain adalah kekasihnya itu bercinta dengan cewek lain. Dia tau dia tidak bisa atau tidak mau berhubungan badan dengan Farrel. Tapi salah kalau cowok itu lebih memilih bercinta dengan cewek yang bahkan dua hari lalu membully-nya. Bianca.

Aditsya tak bisa, dia tak bisa berlama lama disana atau bahkan memisahkan mereka dan menampar keduanya. Aditsya tak bisa, dia sungguh tak bisa.

Dan berlari adalah pilihan yang tepat untuk Aditsya saat ini. Tak perduli pada Farrel yang tersadar dan mengetahui bahwa Aditsya melihatnya. Tak perduli pada Farrel yang segera melepaskan penyatuannya dengan Bianca. Atau cowok itu yang dengan cepat berlari mengejarnya yang sekarang sudah duduk di tengah taman.

Aditsya mengerjap, saat air mata memenuhi kelopak matanya. Dia heran, sedikit kesal dan tidak suka pada apa yang Farrel lakukan tadi.

Dia bisa menerima kalau saja dia tak tau bahwa Farrel bercinta dengan Bianca dibelakangnya. Tapi saat melihat cowok itu bercinta tepat didepan matanya. Sungguh Aditsya tidak bisa menerima itu.

Dia tau dia salah, dia tidak memberi apa yang Farrel minta di sini sexs karena sungguh bukankah mereka sangat terlalu muda untuk melakukan itu? Apa lagi tabiatnya dengan seseorang yang masih berstatus sebagai kekasih dan bukannya suami. Dia bukannya tak mencintai Farrel, tapi apa harus memberikan keperawanan-nya pada cowok itu yang belum tentu akan menjadi suaminya kelak?

Karena sungguh, Aditsya hanya ingin melepaskan keprawanannya pada suaminya kelak. Jadi salahnya dimana? Tidak tidak. Dia tidak salah. Farrel yang salah disini.

Tapi kalau saja dia tidak penasaran dengan suara aneh dari gudang yang dia lewati dan berakhir dengan melihat Farrel dan Bianca yang menimbulkan suara aneh itu dengan percintaan mereka, mungkin Aditsya tak akan berakhir disini.

Menangis di tengah taman yang sepi.

Aditsya memiringkan kepalanya saat Farrel datang dan duduk dengan enaknya disamping cewek itu. Mengusap air matanya kasar, Aditsya menatap Farrel kesal.

"Kakak kenapa disini? Sana sama Ka Bianca aja!" Farrel mengulas senyum miring.

"Jadi kamu marah?"

"Enggak, aku gak marah. Cuma gak habis pikir aja sama kakak!"

"Kenapa?" Aditsya  bertambah kesal saat Farrel membalas perkataannya dengan santai.

"Ya, karena kakak ngelakuin itu sama Ka Bianca.  Ka, aku sakit hati loh! Aku gak perduli kalo kakak kaya gitu di luar sana! Tapi kenapa harus di Sekolah ka?! Tempat dimana aku bisa ngeliat kakak bahkan nyari kakak! Kenapa ka!" Aditsya tak bisa berkata lagi, saat dengan tanpa bebannya cowok itu memeluk dan mengusap rambutnya lembut.

"Hustt, jangan nangis. Aku minta maaf, aku lepas control tadi" Aditsya tadi berkata dia tidak salah dan tidak akan mentolerir kesalahan Farrel kan? Mengapa sekarang cewek itu malah mengangguk?

"Aku sebel liat kakak ngelakuin itu sama Ka Bianca. Aku gak terima ka!"

"Iya iya, kakak minta maaf. Maafin kakak ya?"  Dan Aditsya ingat dia juga pernah mengatakan kalau dia lemah pada setiap perkataan Farrel.

Mengangguk, Aditsya menatap Farrel intens, saat cowok itu mengusap jejak air mata di pipi Aditsya.

"Kakak bisa berhenti ngelakuin itu?"

Farrel menarik diri. Menyandarkan diri pada sandaran kursi,  cowok itu menatap kedepan dengan helaan nafas panjang.

"Ngelakuin apa?"

"Umm itu. Yang kakak lakuin sama Ka Bianca tadi"

Farrel mengangguk, membuat Aditsya tersenyum sebelum kalimat cowok itu memusnahkan senyum yang sempat terbit dikedua sudut bibir Aditsya.

"Kalo kamu mau ngelakuin itu sama kakak" Aditsya tertunduk.

Dia tak mau melakukan itu. Dia ingin melakukan itu bersama suaminya kelak.

"Kita hidup di jaman modern Sya. Udah biasa hal kaya gini. Dan keperawanan yang kamu agungin itu bukan jadi tolak ukur baik atau Enggak ya kamu. Dan banyak kok yang nerima pasangannya walau pasangan mereka udah gak perawan. Itu udah gak berlaku di jaman sekarang" Aditsya masih tertunduk, dia sedikit tersentil dengan perkataan Farrel barusan yang seolah menunjukan bahwa dia bukan anak baik baik.

"Kalo cinta harus banget kaya gitu?" Aditsya bertanya takut. Farrel mengangguk antusias. Dia sedikit pusing sebenarnya.

"Um. Dan kayaknya kamu gak cinta sama aku" Aditsya mengangkat kepalanya cepat, juga menggeleng cepat.

"Aku cinta sama kakak. Tapi..."

"Itu berarti kamu gak cinta sama aku" cowok itu mulai beranjak hendak melangkah pergi sebelum pergelangan tangannya Aditsya genggam.

"Aku cinta kakak. Dan... tolong kasih aku waktu ka" Aditsya memohon sekarang.

"Buat apa?"

"Buat.. buat ngelakuin itu sama kakak" Aditsya memejamkan matanya erat saat Farrel sudah berlalu setelah melepaskan tangannya dan menjawab perkataan Aditsya dengan 'hmm'

Sungguh dia sudah pernah bilang kalau dia lemah pada setiap perkataan Farrel.  Dan benci pada hatinya yang berseru dia pantas berpacaran dengan Farrel. Juga perasaannya yang tidak mau kehilangan cowok itu.

***

*

*

*

*

*
Aditsya agak bego ya? Hahah! Enggak enggak! Enak aja, sembarangan kau!

Hahah

Oke see you!

MiftaXeimora

Past | Na Jaemin✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang